Part 6 | Kampret Versi Bos

138K 14.3K 843
                                    

Terkadang bos dan bawahan tidak satu pemikiran. Saat si bawahan negative thinking, si bos positive thinking dan sebaliknya. Saat si bawahan positive thinking, eh si bos malah negative thinking.


***





***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Ribut. Kisruh. Mumet. Tiga kata itu adalah kesatuan huruf yang cukup untuk menggambarkan kondisi Ana saat ini. Dua jam penuh ia habiskan untuk menghubungi seluruh kepala divisi yang ada di Gamma Vers dan berkoordinasi panjang lebar dalam pencarian data konkret. Seluruh informasi berhasil Ana peroleh atas bantuan mereka. Hanya saja, beberapa informasi tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum layak dibaca oleh pak bos.

Bulan kemarin ketika Ana masih menjabat sebagai sekretaris direktur, ia juga disuruh untuk membuat laporan kinerja karyawan. Namun beda atasan, tentu saja beda kebijakan. Jika Pak Yusri menyuruhnya membuat laporan kinerja Ana sendiri selama satu tahun, Deo berbeda.

Bos sableng itu menyuruhnya membuat laporan kinerja seluruh karyawan GV. Spesifiknya, lima ribu orang! Mendatanya satu per satu untuk dikelompokkan dalam grup kualifikasi tertentu lalu dibuat statistika. Mu-met!

“Sabar, Na. Sabar. Orang sabar disayang jodoh yang masih diserobot orang,” gumam Ana sambil mengipasi diri sendiri.

Perbandingan antara Pak Yusri dan Deo jelas terlalu mencekik. Ia sedang mempertimbangkan apakah harus melempar Deo ke neraka atau kandang singa selepas ini. Biar saja bos kampretnya itu dimakan raja rimba. Toh, selama ini julukannya juga raja setan. Kalau raja setan hilang, damailah Gamma Vers. Say goodbye untuk inspeksi dadakan dan tugas maha memusingkan. Lima ribu karyawan suruh didata untuk dimasukkan ke dalam laporan? Bos kentir!

“Maaf mengganggu, Pak.”

Ketuk pintu walaupun pintunya terbuka, masuk dengan langkah terukur lalu senyum lima juta watt untuk mempermanis kedongkolan. Ana melangkah masuk dengan penuh kehati-hatian.

“Ini laporan yang Bapak minta.”

Sepuluh menit lagi pukul sebelas. Ana berhasil menyelesaikan tugas dari Deo tepat waktu. Behind the report, tolong jangan ditanyakan. Panas di kepalanya sudah tidak bisa diukur lagi dengan termometer biasa. Kewarasannya apalagi. Amblas sampai ke dasar bumi.

Deo meliriknya sekilas. Matanya masih berpusat pada kertas-kertas bernilai miliaran rupiah di atas meja. “Kamu yakin laporan itu tidak salah?” tanya Deo pada akhirnya. Pertanyaan setengah menuduh sebenarnya.

Ana menguatkan diri untuk menjawab. Tiga jam itu mustahil. Akan tetapi demi dewa bos, ia bersedia melewati semua kegilaan termasuk mengetik enam ratus kata dalam satu menit. “Enggak, Pak. Saya sudah meminta beberapa referensi dari seluruh kepala divisi. Bulan kemarin, pegawai di GV juga diberi tugas untuk menuliskan kinerja tahunan mereka. Jadi, saya enggak terlalu susah buat cari data.”

The Devil Boss [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang