┊┊┊┊
┊┊┊✧
┊┊✦
┊✧
✦ .
.
·"Lo serius mau pindah?" Gadis itu hanya mengangguk sambil mengunyah permen karet yang bisa dipastikan tidak lagi manis. Sudah sekitar setengah jam dia mengunyah permen karet yang sama.
"Yakin? Katanya lo harus ulang dari semester pertama loh?" Yeri tersenyum. "Ya gak papa lah. Lagian gue gak pernah dengarin kata dosen. Lebih baik gue mengulang aja," jawab Yeri.
"Ah, gue bakalan kangen keributan yang lo buat disini nantinya." ucap Doyeon. Yeri terkekeh kecil mendengarnya.
"Justru lebih baik bukan? Tak ada lagi mahasiswi sarkastik dan selalu melawan kakak tingkat disini."
"Gue pasti kangen sama lo di semester depan huaaaa." Doyeon memeluk lengan Yeri erat seakan tidak akan membiarkannya pergi.
'Ah, si muka dua ini.' pikir Yeri. Dia berpikir seperti itu bukan tanpa alasan.
Yeri tau betul bahwa dirinya itu sarkastik kepada siapa pun. Termasuk kakak tingkat yang menjadi alasannya malas untuk melanjutkan kuliah di universitasnya yang sekarang.
Doyeon, 'teman sekelas'nya itu sering membicarakan Yeri di belakang. Lebih tepatnya pada kakak tingkat yang bermasalah dengan Yerim.
"Lo pikir gue gak tau ya?" Doyeon mengerutkan keningnya.
"Tau apa, Yer?" Yeri tertawa.
"Lupakan saja. Jangan rinduin gue ya hahaha. Gue gak akan kembali."
Yeri melangkahkan kakinya meninggalkan gedung perkuliahan tersebut. Bukan menghindar dari permasalahan.
Masalah yang diributkan itu sebenarnya tidak begitu penting. Lagi pula Yeri tidak suka tinggal dengan bibinya. Dia ingin hidup sendirian.
❏ ❐ ❑ ❒ ❏
"Kamu akan kembali kesana?" Yeri menganggukkan kepalanya perlahan. Sumpit di tangannya bergerak memasukkan makanan ke mulutnya lagi.
"Aku tidak ingin membuatmu tinggal sendirian di kota, Yeri. Kenapa kamu tidak tinggal saja disini?" tanya bibinya.
Yeri tertawa lagi. "Agar bibi bisa mengambil uang kiriman ayah dan memakainya terus maksudmu?" tanya Yeri dalam hatinya.
Yeri. Gadis itu tidak pernah meminta uang pada bibinya. Dia hanya tinggal dan menumpang makan disana.
Tapi dengan uang kiriman ayahnya yang lumayan besar itu. Dia malah bekerja untuk uang kebutuhannya. Karena bibinya yang selalu menyimpan uang kiriman itu tiap bulannya.
"Aku ingin lebih mandiri, bi." Bibinya tidak dapat mengatakan apapun lagi. Dia hanya mengangguk pasrah walaupun di wajahnya terlihat rasa kecewa.
"Kamu akan baik-baik sajakan?"tanya bibinya yang sukses menghentikan kegiatan makannya.
Sebenarnya ada satu hal yang mengkhawatirkannya sejak dia memutuskan untuk kembali. Tapi akhirnya dia mengangguk.
"Aku pasti akan baik-baik saja."
❑ ❒ ❏ ❐ ❑
Jungkook baru saja duduk di cafetaria kampusnya tepat di depan gadisnya duduk. Senyum menghiasi wajahnya. Begitu juga dengan Lisa.
"Oh iya. Kamu dengar gak ada yang pindah kesini? Satu fakultas denganku. Tapi dia tidak satu angkatan dengan kita. " ucap Lisa disela-sela makannya.
Jungkook hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak begitu peduli dengan mahasiswa atau mahasiswi baru disana. Dia hanya peduli pada gadis di depannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T [전정국 × 김예리]
Fiksi Penggemar"Aku gak kenal kamu kok kak." ucap Yeri. Entah rasa apa yang seharusnya dirasakan seorang Jeon Jungkook. Hatinya terbelah seakan ada bagian yang senang dan bagian yang kecewa setelah mendengar itu. - "Menurutmu cinta itu seperti apa?" "Cinta?" tany...