┊┊┊┊
┊┊┊✧
┊┊✦
┊✧
✦ .
.
·Yeri baru saja menyelesaikan pekerjaannya, kebetulan hari ini dia mendapatkan gajinya. Dia mengambil ponselnya untuk menelepon Mina.
"Kok gak di angkat sih." gumam Yeri sambil terus berjalan. Satu pesan masuk ke ponselnya.
[LINE]
Mina : Aku lagi date di bioskop gak bisa angkat telepon
Mina : Maaf ya! Nanti ku telepon.Yeri menghela napasnya, "Kalo gitu aku mending pulang aja ah." gumamnya lagi.
Dia akhirnya pulang ke rumahnya. Sesaat dia sampai tidak ada hal aneh yang terjadi. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba gelisah, dan dia tidak dapat menemukan obat penenangnya.
Dia belum sembuh. Trauma itu masih terus menghantuinya walaupun dia sudah berubah menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Namun masalah sebenarnya bukan berada di fisiknya, namun mentalnya.
Dia meraih ponselnya dengan cepat menelepon nomor yang paling gampang dia hapal.
"Kak. Hiks-" Yeri baru mengucapkan hal itu, namun Hyunjae sudah sangat panik.
"Halo Yeri? Yeri? Kamu dimana? Yeri kamu gak sendirian. Ada aku. Ada ayah. Jangan takut. Kakak kesana sekarang."
-
"Saya memang hanya memberikannya obat untuk satu bulan, mungkin sudah habis jika dia terus menggunakannya. Dia tidak apa-apa. Mungkin sebentar lagi bangun."
"Terima kasih, dokter." ucap Hyunjae. Dia mengeluh puncak kepala adiknya yang tertidur itu.
"Oh ya, saya juga ingin berbicara dengan kamu jika ada waktu. Mungkin saya tahu cara Yeri bisa sembuh." ujar dokter Jeon sebelum meninggalkan ruangan Yeri.
Sebenarnya Hyunjae tau maksud dokter Jeon. Karena sebelumnya dia sudah banyak mencari tau cara agar adiknya itu sembuh.
Hanya saja, kekhawatiran nya lebih besar. Itu bukan hanya bisa berdampak baik pada Yeri tapi juga dapat berdampak buruk.
"Kak." Hyunjae menoleh kearah Yeri yang kini telah membuka matanya, namun menatap kosong langit-langit rumah sakit tersebut seperti melamun.
"Gimana kalo aku kalo aku makin sering gini? Gimana kalo teman-teman ku tau? Gimana berakhir di rumah sakit jiwa kalo aku gini terus?"
"Engga. Kamu gak bakal gitu. Kan masih ada aku. Kita sama-sama cari jalan keluar untuk ini, ok?" tanya Hyunjae.
"Aku ngerti kak. Sekarang, mending kakak pulang deh. Karena aku disini lebih aman. Aku pengen sendiri. Kalo ada apa-apa kan ada suster disini." ucap Yeri.
Hyunjae benar-benar tidak ingin pergi, "Kamu yakin?" tanyanya. Yeri mengangguk kan kepalanya pelan.
"Hati-hati di jalan kak."
-
"Dok." ucap Yeri saat memasuki ruangan seorang dokter spesialis jiwa yang sudah cukup familiar dengannya.
Dokter yang tadinya fokus pada monitor komputer di depannya, mengalihkan pandangan ke arah Yeri. Dia lalu mempersilahkan Yeri duduk.
"Dokter kok belum pulang?" tanya Yeri berbasa-basi.
"Saya sedang memeriksa dokumen pasien. Ada apa, Yeri? Apa kamu merasa pusing atau sakit yang lain?" Yeri menggelengkan kepalanya pelan.
"Sebenarnya aku sudah bangun saat dokter ngomong sama kak Hyunjae. Jujur saja. Saya capek seperti ini. Saya capek terlihat seperti orang gila." ucap Yeri.
"Dokter bilang dokter tau solusinya. Jadi apa solusi itu dok?" tanya Yeri. Dokter Jeon terdiam dan terus menatap Yeri. Wajah Yeri menunjukkan bahwa dia memang benar-benar lelah.
"Kamu yakin?" tanyanya. Yeri mengangguk kan kepalanya pelan.
"Solusi dari semua ini adalah Jungkook."
Kening Yeri mengerut terlihat kebingungan. Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.
"Gak dok. Dia awal semua ini, gimana bisa dia solusi dari semua ini?" tanya Yeri tak percaya.
"Saya tidak mengatakan kamu harus kembali padanya. Tapi kamu harus terbuka. Kamu yang selalu menghindar kan? Padahal kamu selalu kepikiran." Yeri tercengang mendengarnya.
"Saya bisa saja tidak menyarankan kamu untuk menyelesaikan semua masalah itu dengannya. Toh tidak ada untungnya bagi saya kan? Malah saya yang untung karena kamu terus-menerus datang. Tapi saya juga ingin kamu sembuh. Ini satu-satunya cara yang saya tau."
Dokter Jeon menganalisis ekspresi Yeri yang sangat terkejut. Yeri memikirkan perkataan dokter Jeon, namun dia masih takut.
"Ada benarnya." gumam Yeri.
"Saya minta kamu menemuinya. Saya minta sebagai dokter kamu, bukan sebagai ayah Jungkook. Kamu percaya kan?"
-
"Jungkook! Jeon Jungkook! Turun dulu kebawa." teriak ibunya dari ruang tengah. Tidak perlu menunggu lama, Jungkook sudah tiba di ruang tengah dan menemukan ayahnya yang terlihat baru pulang.
"Ada apa?" tanyanya. Dia sangat jarang di panggil atau bahkan tidak pernah selain memanggil untuk makan.
"Kamu temui Yeri ya?" ucap ayahnya. Jungkook terdiam.
"Ha? Ye- Yeri?" tanya Jungkook meyakinkan. Ayahnya mengangguk.
"Tapi dia tidak mungkin mau bertemu dengan ku, yah." jawab Jungkook putus asa.
"Tidak. Ayah yakin banyak yang ingin kamu bicarakan dengannya. Begitu juga dengan dia. Dia setuju akan menemuimu. Kamu mau kan?"
Jungkook mengangguk kan kepalanya sangat bersemangat, "Tentu saja! Terima kasih ayah!"
"Ini bukan demi kamu loh? Ini demi dia." sangkal ayahnya.
"Aku tidak peduli. Akhirnya aku punya kesempatan untuk menjelaskan semuanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T [전정국 × 김예리]
Fanfic"Aku gak kenal kamu kok kak." ucap Yeri. Entah rasa apa yang seharusnya dirasakan seorang Jeon Jungkook. Hatinya terbelah seakan ada bagian yang senang dan bagian yang kecewa setelah mendengar itu. - "Menurutmu cinta itu seperti apa?" "Cinta?" tany...