┊┊┊┊
┊┊┊✧
┊┊✦
┊✧
✦Lisa terus bolak-balik di kamarnya yang kini sangat berantakan dengan ponsel yang masih tertempel di telinganya sejak 15 menit yang lalu.
"Gue kan udah bilang gak masalah! Gue butuh tau, Jaehyun!" teriaknya.
"Gue bilang enggak ya enggak. Kenapa lo gak tanya Jungkook aja langsung?"
"Jungkook selalu bilang nanti! Nanti! Nanti! Dia bilang bakal cerita tapi gak pernah cerita!" Lisa mengacak rambutnya frustrasi. Rasa penasaran benar-benar menghantuinya.
Jaehyun yang berada di seberang telepon tetap menolak untuk buka mulut, "Lo tunggu lah. Lo bakal nyesel kalo lo denger dari gue karena yang gue tau belum tentu benar dan gak tau gimana dari sudut pandang orang lain."
"Nyesel atau enggak itu resiko gue. Lo yang punya informasi harus kasih tau gue apapun alasannya." Lisa menggigit bibir bawahnya.
"Oke terserah lo. Itu pilihan lo."
Telepon terputus. Lisa memegang dahinya yang terasa pusing. Sebenarnya dia juga takut.
Dia takut Jungkook marah. Dia juga takut untuk mengetahui kebenaran itu. Tapi rasa penasarannya lebih besar daripada itu semua.
LINE
Jaehyun : Lo bukan cuma kemungkinan kehilangan Jungkook kalo lo tau semuanya.
Jaehyun : Lo bakal benci beberapa orang yang dekat sama lo.Jaehyun : Kalo lo masih penasaran juga, kita ketemu jauh dari tempat nongkrong anak-anak.
Lisa merasa kepalanya akan segera pecah setelah membaca pesan dari Jaehyun. Mau bagaimana lagi, dia tidak terhentikan.
LINE
Jungkook : Feeling ku gak enak
Jungkook : Kamu gapapa kan?-
Untung saja tempat itu sepi. Hanya ada empat pelanggan lain selain Lisa dan Jaehyun disana.
Lisa menangis tanpa suara mendengarkan semua cerita dari Jaehyun, tapi air matanya sudah cukup membasahi seluruh pipinya itu.
"Gue udah peringatin lo kan?" tanya Jaehyun setelah melihat reaksi Lisa. Dia mengangguk pelan sambil terus menangis.
Lisa benar-benar tidak tahu bagaimana cara untuk mempercayai Jaehyun dan segala cerita yang dia sampaikan. Jaehyun tidak berbohong padanya. Dia memberikan tahu apa yang dia tahu.
"Mungkin ini alasan Jungkook rahasia in ini dari lo. Dia takut lo benci sama sahabat lo sendiri. Karena kita semua lo paling anti sama kekerasan. Ini yang gue maksud lo bakal kehilangan." jelas Jaehyun.
"Gue gak percaya sama lo."
Jaehyun tersenyum mendengar hal itu, "Gue berharap lo gak percaya sama gue. Tapi kalo lo mau kebenaran semua ada di mereka bertiga. Empat sama Yeri."
Lisa teringat saat pertama kali dirinya menceritakan tentang Yeri dan memang mereka tiga yang memberi respon paling mencurigakan.
"Tapi Yeri lupa ingatan. Dia gak ingat Eunha, Jungkook, Jiho juga. Lo gak bisa cari jawaban di dia. Dan Jiho, dia trauma. Kalo lo ingetin soal ini, mungkin dia bisa gila. Gue saranin jangan."
"Ta- tapi gimana bisa sih seorang Eunha." Lisa menangis lagi.
"Itu yang sering dibilang orang don't judge a book by its cover."
-
"Kok tumben cuma kita berdua ya, Lis? Gue telpon Jiho biar datang ya?"
Lisa dengan cepat mengambil ponsel Eunha dan memasukkan ya ke dalam tasnya, "Kita berdua perlu bicara."
Eunha ketakutan melihat tatapan mata dari Lisa yang terlihat seperti akan memakannya, "Kenapa? Kok serius banget sih sampe ngambil hp gue segala?"
"Lo yang calon pembunuh itu, benar?" tanya Lisa. Eunha terkejut bukan main, dia seperti sedang tersedak kuah pedas dan tidak ada air.
"Maksud lo apa?" tanya Eunha kembali. Dia sebenarnya sudah tahu topik pembicaraan ini mengarah ke Yeri.
"Yeri. Lo yang hampir bunuh mentalnya sampe dia mau bunuh diri. Apa itu benar?"
Eunha tertawa membiarkan semua kesombongan dalam dirinya keluar, "Ya emang gue. Kenapa? Gak ada yang berubah kalo pun lo tau. Yeri aja udah lupa."
"Bukan itu inti dari pembicaraan gue."
"Kalo bener itu lo. Berarti Jiho juga berawal karena lo dan Jungkook juga karena lo. Berarti benar juga lo yang pernah rebut Jungkook dari Yeri dulu." sambung Lisa.
"Memang ya kenapa huh? Mau sok pahlawan? Lo gak bisa. Mereka semua memang udah gila." jawab Eunha yang perlahan menunjukkan jati diri nya yang sebenarnya.
Lisa langsung menamparnya dengan keras, "Jaga omongan lo. Semua itu gak bakal terjadi kalo lo gak berusaha merebut apa yang bukan milik lo."
"Mungkin lo lupa. Awal gue kenal sama lo, Jungkook, Jiho dan Jaehyun. Lo yang terus-terusan nyuruh gue dekat-dekat sama Jungkook. Dulu gue bertanya-tanya kenapa. Tapi sekarang gue tau alasannya." lanjut Lisa.
Eunha terkekeh pelan, "Lo tau apa? Lo gak tau apa-apa dan gak akan pernah tau."
"Lo yang suruh gue dekat sama Jungkook karena lo merasa bersalah sama dia."
[Agustus 2017]
"Jungkook kan ganteng, kenapa lo gak mau coba dekatin?" ucap Eunha. Jiho yang mendengarnya hanya berdeham.
"Eh kenapa harus Jungkook. Kan ada banyak cowok di kampus ini. Gue sih niatnya nyari kating." jawab Lisa. Jiho tidak ingin ikut campur, dia hanya mengerjakan laporannya di notebook.
Eunha menepuk-nepuk pundak Lisa, "Nyari yang kaya Jungkook susah loh. Nanti gue atur deh biar lo berdua dekat."
"Beneran?"
"Alah masalah kecil itu sih. Serahin ke gue."
"Selama lo suruh gue dekatin Jungkook, gue benar-benar buka hati gue. Walaupun sebenarnya dia gentle ke semua orang. Gue beneran sayang sama dia. Hati gue bener-bener buat dia."
"Taoi kalo selama ini cuma gue yang cinta sama dia dan ternyata dia engga. Atau mungkin masih mikirin Yeri. Gue harus gimana." Lisa berakhir menangis lagi di depan Eunha.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T [전정국 × 김예리]
Fanfiction"Aku gak kenal kamu kok kak." ucap Yeri. Entah rasa apa yang seharusnya dirasakan seorang Jeon Jungkook. Hatinya terbelah seakan ada bagian yang senang dan bagian yang kecewa setelah mendengar itu. - "Menurutmu cinta itu seperti apa?" "Cinta?" tany...