We're In The Rain✔

0.1 - Sam

.

"Sam!"

Suara itu bikin Sammy terlonjak. Tangannya buru-buru mengarahkan kursor di layar laptop ke pojok kanan atas. Kemudian memberi klik di tanda silang berlatar warna merah.

Membuat hal apapun yang tadi sedang dikerjakannya menghilang dari layar laptop.

"Napa dah lu kaget amat?"

Itu suara Rangga. Teman satu kelas Sammy.

"Nggak," Sammy menggeleng, menghilangkan sisa-sisa keterkejutannya sendiri. "Nggak pa-pa."

Mata Sammy menangkap raut bingung Rangga, seolah cowok itu sedang menimbang apakah ia harus percaya atau tidak.

Sebelum akhirnya cowok itu angkat bahu dan berujar, "Tadi gue mau bilang, ntar gue ngemail bahannya agak maleman ya. Gapunya kuota, cuma ada kuota midnight. Hehe."

Sammy nyengir pasrah. Udah biasa diginiin temen-temen sekelompoknya.

"Ya, asal jangan ketiduran terus lupa ngirim."

"Hehehe, siap, bos!"

Sepeninggalan Rangga, Sammy menatap kembali layar laptopnya. Ia menghela napas pelan sebelum menghembuskannya kembali.

Menyebalkan.

Tapi toh, memang dirinya sendiri yang tidak ingin ditemukan.

Tangannya tergerak, membuka kembali apapun yang tadi sedang dikerjakannya;

Sesuatu yang berhubungan dengan musik, pembuatan lagu. Yang tidak semua orang paham, namun semua orang akan merasa cukup mengerti untuk berkomentar,

"Anak ekonomi kok malah ngutak-atik musik? Mending lo ngutak-atik kurva ISLM tuh,"

Basi.

Sammy tidak pernah suka mendebat orang-orang, seperti ia sendiri tidak suka didebat tentang apa yang seharusnya ia sukai.

Jadi, ia memilih diam. Menyembunyikan kenyataan bahwa ia sejatuh cinta itu pada nada. Membiarkan orang-orang hanya mengenalnya sebagai mahasiswa ekonomi tingkat dua yang suka bernyanyi iseng sambil bermain gitar.

Tanpa tahu bahwa ia sebenarnya pemilik salah satu akun soundcloud dengan puluhan ribu pengikut, yang sering mengunggah lagu-lagu self-composed yang dicintai banyak orang.

***

Still a pre-story.

Not-so-late warning:
Ini akan menjadi sangat lokal dan penuh drama-drama dangdut :"