0.4 - Jeff

541 146 5
                                    

.

"Kamu dari mana?"

Langkah mengendap-endap Jeffri terhenti. Dalam hati ia bersyukur tadi sempat menitipkan bass kesayangannya di kosan Dilan.

Sambil memasang wajah tanpa dosa, Jeffri berbalik. "Kampus."

"Kampus atau kampus?"

Pertanyaan bernada menuduh itu bikin Jeffri jengah. "Kampus, Pap. Kenapasih?"

Papi Jeffri menatap putranya dengan tatapan tidak percaya. Sebelum akhirnya mendengus.

"Ya, ya. Terserah kamu. Asal kamu cukup tahu diri buat nggak—"

"Jeff capek, Pap, mau tidur. Ke kamar dulu ya."

Dan Jeffri melanjutkan langkah menaiki tangga menuju kamarnya, mengabaikan segala omelan Papinya, sambil berharap menjadi tuli.

Ia sudah menghadapi banyak hari seperti ini,

Sudah biasa.

Tapi hari ini, Jeffri hanya ingin jatuh terlelap sambil membawa seluruh tawanya di luar rumah,

Melupakan fakta kalau setiap memasuki pintu depan rumahnya,

Ia harus kembali menjadi Jeffarian yang patuh.

Yang sudah diarahkan menjadi pewaris tunggal keluarganya sejak hari itu,

Pewaris tunggal yang tidak boleh memiliki ketertarikan pada hal lain apapun yang tidak penting menurut Papinya.

Dan Jeffri selalu tahu,

Musik berada di urutan teratas daftar hal tidak penting itu.


***

We're In The Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang