.
Hana bergerak gelisah dalam duduknya. Beberapa kali ia menoleh ke pintu ruangan yang tertutup nggak jauh dari posisinya duduk. Dan beberapa kali juga cewek itu bangkit berdiri, hampir melangkah pergi, tapi nggak jadi dan malah kembali duduk lagi.
Hana menarik napas pelan dan menghembuskannya.
Ia hanya harus tenang.
Nggak lama berselang, pintu ruangan terbuka dan seorang pria berumur keluar dari ruangan itu. Melihat pria itu menyadari kehadirannya, Hana segera berdiri dan mengangguk. Membuat pria tadi membalas anggukannya.
Mahasiswa dari kelas tersebut keluar satu-persatu menyusul kepergian dosennya barusan.
Hana menautkan jemarinya dan berusaha menahan degup jantungnya sendiri.
Sosok yang ditunggunya, kenapa belum terlihat juga?
Tapi nggak lama kemudian, Hana akhirnya melihat seseorang yang dikenalnya, keluar dari pintu yang sama.
Yang sialnya—entah sial atau bukan—juga langsung liat Hana dan terdiam.
"Hai, Sam?" Hana melambai canggung, kemudian melangkah mendekat. Memberi sinyal ke Sammy kalau dari tadi dia emang menunggu cowok itu keluar.
Sammy masih diam. Tapi bibirnya tersenyum ramah. "Hai, uhm," Sammy berpikir sebentar. "Hana ya? Temennya Lele, kan?"
Hana mengangguk.
"Cari siapa, Han?" Sammy bertanya, terus berusaha melongok ke dalam kelasnya barusan. Seolah mencari seseorang yang mungkin dicari Hana. Bikin cewek di depannya tertawa kecil.
"Cari Sammy." Jawab Hana jujur, sembari mengarahkan telunjuknya pada cowok itu.
"Oh?" Sammy bengong. "Loh kok nggak bilang dulu? Ada apa?"
Sammy mengajak Hana buat duduk lagi di tempat tadi Hana duduk menunggunya. Nggak tahu kalau cewek di sebelahnya itu lagi berusaha mati-matian menahan segala perasaan yang bikin dia rasanya bisa pingsan di tempat sekarang juga.
Sammy Kaffareza is that powerful.
His aura is no joke.
Paling nggak buat Hana.
"Nggak, aku cuma mau balikin ini," Hana mengulurkan sesuatu yang barusan diambilnya dari tasnya. Bikin Sammy menaikkan alis.
"Thought it's yours?"
Sammy menerima pemberian Hana, beberapa lembar kertas penuh tulisan tangannya. Mulai dari catatan kuliah, sampai catatan not balok, chord, dan lirik lagu.
"Mungkin jatuh dari buku yang aku pinjem kemarin. Aku juga baru sadar." jelas Hana, tanpa diminta.
Sammy tersenyum. "Iya, punya gue," katanya sambil meneliti kertas-kertas itu. "Makasih udah dibalikin. Padahal guenya aja nggak nyadar. So thoughtful of you, thanks."
Wajah Hana memerah, sampai dia harus menoleh ke arah lain demi menyembunyikannya dari Sammy yang sama sekali nggak sadar karena lagi sibuk ngeliatin kertas.
"Lo nungguin gue selesai kelas cuma buat balikin ini aja?" tanya Sammy, bikin Hana menoleh ke arahnya dengan wajah yang makin merah nggak karuan.
"Iya, hehe," Hana tertawa garing. "Takutnya penting atau gimana gitu."
Sammy tertawa.
Sama sekali nggak tahu kalau efek tawanya itu bikin cewek di hadapannya mau meledak.
"Harusnya bilang dulu aja, biar lo gak perlu nunggu-nunggu kayak tadi," sesal Sammy, merasa nggak enak. "Tapi makasih ya."
Hana mengangguk, tersenyum malu-malu.
Mereka berdua akhirnya bangkit berdiri. Sammy udah bersiap untuk pamitan waktu telinganya mendadak mendengar sesuatu.
Jadi, karena berniat having manner, Sammy nggak jadi pamitan dan malah bertanya, "Eh, udah makan?"
Hana mematung sejenak. Dalam hati berdoa semoga pertanyaan Sammy itu bukan karena suara perut kelaparannya barusan.
Cewek itu menggeleng pelan.
Sammy tersenyum diam-diam.
"Mau makan bareng? Nanti sekalian gue anterin balik?"
Satu kalimat yang sukses bikin Hana refleks mendongak menatap Sammy yang lagi menunggu jawabannya.
Dan karena Hana nggak kunjung menjawab, Sammy jadi salah tingkah sendiri.
"Eh, itu," Sammy ketawa garing sambil menggaruk kepalanya. "Tapi kalau lo udah ada janji atau ada urusan lain ya nggak pa—"
"Nggak ngerepotin?" tanya Hana tiba-tiba.
Pertanyaan polos yang bikin Sammy ketawa.
Dan ketawa Sammy yang lagi-lagi bikin Hana makin nggak karuan.
"Sama sekali nggak." Sammy menggeleng lucu, tersenyum.
Hana mengangguk pelan. Dan kemudian, sebelum Hana sadar, mereka berdua udah jalan berdua ke arah kantin.
.
.
.Niat awal Leo main ke Fakultas Ekonomi sebenarnya murni buat ketemu beberapa seniornya. Plus mau cari Sammy juga setelah urusannya kelar.
Tapi ternyata, tanpa dicari pun, Leo udah ketemu Sammy.
Yang lagi makan berdua sama seseorang yang Leo kenal banget.
Dalam hati Leo bersyukur karena dua orang itu nggak ada yang sadar keberadaannya, jadi dia bisa pura-pura nggak ada di sana.
Dan Leo jadi bisa bebas observasi dua orang yang sama-sama penting buat dia itu.
Sammy dan Hana.
Leo emang selalu semangat empat lima buat menjodohkan dua orang itu,
Tapi dia nggak pernah tahu,
Kalau ternyata, liat Hana bareng Sammy rasanya bisa se-nggak menyenangkan ini.
Apalagi liat Hana selucu itu keliatan malu-malu di depan Sammy.
Biasanya, liat Hana selalu berhasil bikin Leo senyum.
Tapi hari ini, untuk pertama kalinya,
Leo justru nggak bisa senyum liat cewek itu.
Yah,
Kalau emang dia pengen bantuin Hana buat makin deket sama Sammy,
Leo emang harus mulai membiasakan diri buat meredam perasaannya sendiri, kan?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
We're In The Rain✔
General Fiction"do you hear me?" . . . Sammy, Leo, Dilan and Jeffri stayed in the same band for like two years already. People claimed they do look like siblings, or some family members. But, that doesn't mean they know each other that well. Sad truth. ㅡOct, 2018...