20.0

353 95 17
                                    

.

Tubuh Sammy dipaksa terjaga akibat ketukan brutal di pintu kamarnya. Cowok itu mengerang pelan. Ia baru tidur setelah matahari lumayan tinggi, sekitar jam 9 pagi. Dan meski dia nggak tahu sekarang jam berapa, dinilai dari rasa kantuknya yang luar biasa, Sammy yakin ia belum tidur terlalu lama.

"Sam, bangun woi! Dicariin temen lo nih,"

Itu suara Yoga, salah satu senior penghuni kontrakannya.

Sammy mengerang lebih keras hanya supaya Yoga tahu kalau ia sudah bangun.

"Siapa?" teriak Sammy, sekuat yang ia bisa. Meski nggak begitu jelas terdengar, setidaknya mampu mencapai pendengaran Yoga karena setelahnya, seniornya itu balas berteriak, "Leo."

Bikin Sammy membeku.

Mengira dia hanya sedang bermimpi, Sammy memutuskan untuk kembali menutupi kepalanya dengan bantal.

Sampai kemudian, dia bisa mendengar suara pintu kamarnya dibuka,

Disusul sebuah guling yang mendarat di kepalanya yang tertutup bantal.

"Bangun anjir, udah siang. Dasar pemalas."

Membuat Sammy seketika bangkit terduduk dengan mata terbuka lebar. Dan menemukan sosok Leo sudah duduk di pinggir tempat tidurnya.

"Le...?"

Leo nyengir. "Selamat pagi, Primitif."

Sammy langsung mengumpat sambil menarik selimut buat menutupi dadanya yang telanjang, sementara Leo ketawa.

Detik berikutnya, keduanya saling diam.

"Terharu dong lo, gue udah romantis banget sampe nyamperin lo ke kontrakan???" protes Leo, memecah keheningan.

Sammy mengerjapkan matanya, bingung. "Le, ini lo—?"

"Sori, ya." Leo nyengir minta maaf. "I was being an asshole, I know."

Dan meskipun otaknya memproses kalimat tersebut secara lambat, Sammy bisa merasakan beban berat yang mengganjalnya selama seminggu ini seolah terangkat.

Ia merasa jauh lebih ringan.

"Maafin gue juga," balas Sammy, sembari kembali merebah dan menutupi separuh wajahnya dengan selimut. "Lo bener, selama ini gue fokus sama diri gue sendiri tanpa ngeliat orang lain."

Cengiran Leo luntur perlahan. "Jangan dimasukin ke hati, Sam."

"Gue masukin ke otak, Le."

Mereka terdiam. Leo memandang Sammy yang hanya memejamkan matanya dalam diam.

"Gue gak tahu lo sesuka itu sama Hana. Gue gak tahu Jeff nggak sebahagia keliatannya. Gue gak tahu Dilan—" Sammy bahkan nggak sanggup melanjutkan. Ia menghembuskan napas. "I was being an asshole as well."

"We're an asshole, then." Leo kembali nyengir. Bikin Sammy tertawa lemah.

"Gue beneran nggak tahu kalau lo sama Hana—"

"Jangankan lo, gue aja gak tahu." potong Leo. Senyumnya berubah getir. "Gue nggak tahu gue bakal semarah itu sama lo cuma karena dia nangisin lo," suara tawa Leo terdengar. "Tapi yaudahlah, udah lewat. Harusnya gue belajar dari awal kalo perasaan gak bisa dipaksa."

Sammy mengambil jeda hanya untuk diam-diam memperhatikan Leo dari balik selimutnya.

"Terus lo sama dia gimana?" tanya Sammy akhirnya.

Leo cuma angkat bahu. "Dia masih nggak mau ngomong sama gue, jaga jarak banget," ia menghela napas. "Ingetin gue buat ngasih tahu Jeff sama Dilan juga. Biar kalo tiba-tiba dijudesin Hana pas nggak sengaja ketemu di kampus, mereka bisa maklum."

Sammy cuma manggut-manggut. Sampai dia sadar sesuatu. "Lo sama Dilan—?"

Leo tertawa. "Mending lo khawatirin diri lo sendiri sekarang."

"Sialan."

Sammy kembali bergelung dengan selimutnya, berusaha menahan kantuk yang mulai menyerangnya kembali.

"Baikan sana sama Dilan."

Leo ketawa menyebalkan. Sammy mendengus.

Diam-diam, perasaan mengganjal yang tadi ia rasakan hilang, kembali dalam jumlah yang hampir sama banyaknya.

"He was so mad, I" Sammy menghela napas. "I don't think it's gonna be easy, facing him. Not that I still have this guilty feeling all over me."

Leo tersenyum. "Lo nggak kenal Dilan berarti."

Bikin Sammy menatapnya, setengah kesal. "Pardon?"

"He was mad, of course," Leo angkat bahu. "But he loves us more than he loves his ego. And, Sam," cowok itu memandang Sammy, lekat. "We don't feed our fear just to let it grows bigger on us. Your guilt is your guilt, but your fear is another thing."

Dan Sammy nggak bisa berkutik di bawah selimutnya.

"Jam berapa sekarang?"

"Setengah sebelas."

"Let me sleep another hour first." Sammy menutup wajahnya dan kembali berguling dalam selimut, memunggungi Leo. "Gue baru tidur jam 9 tadi."

Dan Leo cuma bisa melempar jaket Sammy yang tersampir di kursi ke pemiliknya.




***

We're In The Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang