8.0

402 106 5
                                    

.

Pertama kali Hana liat Sammy di acara ospek universitas. Di mana seluruh mahasiswa baru dari semua fakultas dikumpul jadi satu di balai pertemuan kampus.

Waktu itu, Sammy kena tunjuk senior panitia ospek, disuruh naik ke panggung dan memimpin mahasiwa baru lainnya buat nyanyiin lagu Buruh Tani.

Untung buat Sammy, cowok itu punya suara bagus, memang bisa nyanyi dan hafal lagunya.

Niat senior pengen ngerjain dia, malah bikin Sammy dipuji satu angkatan karena suaranya yang bagus.

Setelah hari itu, Hana nggak pernah liat Sammy lagi selama sisa rangkaian acara ospek universitas.

Entah mungkin karena emang berbeda jurusan dan ada ribuan manusia yang tumpah ruah di balai pertemuan setiap harinya, Hana juga nggak begitu peduli.

Kali kedua Hana liat Sammy, waktu penutupan acara ospek universitas. Entah gimana ceritanya, Sammy yang mahasiswa baru itu tiba-tiba ikutan tampil bareng band yang isinya mahasiswa-mahasiswa senior.

Bikin cewek-cewek histeris.

Ya, gimana nggak? Ganteng, suaranya bagus, dan keliatannya anak baik-baik, nggak macem-macem.

Tapi Hana biasa aja. Buat dia, Sammy cuma salah satu mahasiswa tenar di angkatannya.

Sampai suatu hari di semester dua,

Sammy tiba-tiba muncul di salah satu acara fakultas Hana, sebagai pengisi acara.

Tepatnya, sebagai vokalis band pengisi acara.

Satu band sama teman sejurusan Hana pula—si Leo.

Hana yang waktu itu lagi jadi panitia acara, untuk pertama kalinya secara intens menyaksikan penampilan Sammy.

Dan entah kenapa,

Cewek itu langsung jatuh hati sama cara Sammy bernyanyi.

.

"So, want to share how do you guys ended up as a band?"

Sammy tertawa.

Dari semua pertanyaan orang-orang tentang band-nya, pertanyaan yang satu ini nggak pernah gagal bikin Sammy tertawa.

"Kenapa ketawa? Selucu itu awal perjalanan kalian?" Hana mengerutkan kening. Tangannya mengaduk-aduk isi gelas es teh di hadapannya. Dia udah duduk bareng Sammy hampir satu jam, makan bareng, membahas ini dan itu seolah mereka udah kenal lama, tapi Hana nggak bisa bohong, degup jantungnya masih nggak normal tiap kali Sammy menatapnya atau tertawa manis seperti barusan.

Memang sebesar itu efek Sammy Kaffareza buat Hana.

"Nggak juga," kata Sammy, setelah menimbang beberapa saat. "Tapi ya, lucu aja kalau ada yang nanya."

Hana menaikkan alisnya.

Sammy nyengir. "Gue pas maba diajak nge-band bareng sama senior jurusan. Yang ternyata seniornya Lele di SMA," cowok itu berhenti sebentar. Tanpa sadar tersenyum sendiri melihat kilat antusias di mata Hana meski cewek itu cuma diam mendengarkan tanpa menginterupsi. "Dari situ gue kenal Lele. Langsung nyambung karena selera musik kita sama banget." Sammy ketawa.

Hana tersenyum tanpa sadar.

Ketawa Sammy emang semenghipnotis itu.

"Terus?"

"Terus Lele satu kosan sama Dilan yang ternyata jago drum," senyum Sammy makin lebar sampai matanya menyipit. "Dilan tuh ya, anak matematika, tampangnya kayak gitu, gue kira jago kalkulus doang," Sammy ketawa lagi, bikin Hana otomatis ikut ketawa. "Ternyata skill drum-nya master."

Hana nggak tahu ini hanya perasaannya atau bukan,

Tapi cara Sammy menceritakan teman-temannya satu-persatu itu, rasanya seperti cowok itu memiliki kebanggaan tersendiri.

"Terus gue sama Jeffri kan emang udah kenal karena sejurusan. Dia anaknya asik, keliatan juga bakat musiknya. Yaudah," Sammy tersenyum sendiri. "Awalnya iseng doang nyeplos 'nge-band yuk!', pas dicobain ternyata nyambung."

Ada jeda beberapa saat karena Hana nggak ingin mengganggu Sammy yang seolah lagi disibukkan sama pikirannya sendiri.

Jadi mereka berdua berdiam sampai Hana nggak tahan buat nanya,

"Jadi kalian awalnya strangers?"

Pertanyaan itu bikin Sammy refleks menatap cewek di depannya. Dia tersenyum. "Bisa dibilang gitu. Strangers yang dipertemukan takdir?"

Sammy ngomong dengan nada bercanda. Tapi rupanya, kalimat itu bikin Hana terdiam.

"Do you believe in 'takdir', then?"

Sammy nggak langsung menjawab. Dia memainkan sedotan es teh di depannya sambil tersenyum sendiri.

"Well," katanya akhirnya. "Kinda?"

Keduanya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hana selalu suka berada di sekitar orang-orang yang meskipun mereka nggak saling bicara, suasananya nggak canggung sama sekali.

Sammy salah satunya.

Hana nggak pernah menyangka kalau dia dan Sammy bisa mengobrol seakrab ini meski mereka bahkan nggak saling kenal sebelumnya.

Dia nggak salah menilai soal Sammy.

Sammy Kaffareza memang orang yang sehangat itu. Seramah itu.

Dan hari ini,

Hana menemukan dirinya sendiri jatuh semakin dalam pada pesona cowok bersuara raspy itu.


***

Showering this work with updates because I'm just, idk, happy? 😆

We're In The Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang