.
Suara ketukan di pintu depan bikin Sammy berhenti dari kegiatannya. Kepalanya tertoleh, menerka siapa yang datang.
Ketika ketukan itu terdengar lagi, Sammy baru bangkit berdiri dan berjalan keluar kamar.
"Sebentar!" teriaknya. Membuat ketukan itu terhenti.
Sammy membuka pintu dan menemukan sosok Dilan berdiri di baliknya.
"Lan...?"
Lewat lima hari sejak keributan di studio waktu itu dan satu-satunya orang yang masih rutin mengunjungi kontrakan Sammy selama lima hari itu hanya Jeffri.
Jadi, cukup mengejutkan buat Sammy melihat Dilan ada di depannya sekarang.
Ia dan Dilan belum sempat bicara apa-apa sejak hari itu. Sammy nggak tahu apa yang Dilan pikirkan tentang semuanya. Tentang dia dan Hana, tentang dia dan Leo, tentang apa yang dikatakan Leo waktu itu...
Sammy sempat berpikir, Dilan sengaja ikut menjauhinya.
"Tumben?" Sammy berusaha terdengar normal. "Masuk, sini."
Dilan tersenyum tipis lalu mengikuti Sammy masuk ke dalam.
"Ada apaan?" tanya Sammy lagi, saat melintasi ruang tengah.
Dilan mengedikkan bahu. "Jeff bilang lo udah bolos kuliah tiga kali seminggu ini," katanya sambil lalu. "Well, kalo seorang Sammy sampe bolos kuliah, he's not in his right state of mind then." Dilan nyengir. "Jadi gue ke sini, mau ngecek keadaan lo. Masih Sammy apa udah berubah jadi Samantha."
Sammy tertawa garing. Tipikal jokes Dilan banget. Kering. Nggak berbobot. Tapi lumayan menghibur buat Sammy yang selama seminggu ini uring-uringan.
"I'll take that in positive way so, thanks." Sammy nyengir, Dilan ketawa.
"Oh iya, nih gue bawain makanan," Dilan mengangkat bungkusan plastik di tangannya. "Makan bareng yuk?"
Entah karena nada bicara Dilan, atau mungkin karena imajinasinya sendiri,
Sammy merasakan hal tersirat dari kalimat Dilan barusan.
Yang membuat Sammy sampai pada kesimpulan kalau Dilan dan Leo juga belum saling bicara sejak hari itu.
Tapi, cowok itu memilih diam.
"Bentar, gue ambilin sendok," kata Sammy. "Lo ke kamar gue aja, Lan."
"Oke."
Dilan menuju kamar Sammy sementara temannya itu menghilang di pintu dapur.
Memasuki kamar Sammy, Dilan meletakkan bungkusan makanannya di meja. Kemudian duduk di sisi tempat tidur, melihat laptop Sammy yang tengah terbuka.
Lebih karena sesuatu yang nggak asing mengusik rasa penasarannya, Dilan mendekat. Matanya memeriksa layar laptop Sammy, menemukan halaman soundcloud.
Dilan menaikkan alis. Dia nggak tahu kalau Sammy punya akun soundcloud juga. Tepatnya, dia nggak tahu kalau Sammy punya track, bukan cuma listener kayak dirinya.
Tangan Dilan menyentuh touchpad laptop Sammy dan bergerak perlahan. Menggulir halamannya ke atas. Matanya kemudian menangkap sesuatu yang familiar.
Yang membuat mata Dilan membulat sempurna.
Itu sebuah halaman profile. Dengan nama imawho tertera sebagai display name-nya.
Dilan bangkit berdiri.
"Lan, ini— lo kenap—?"
Sammy mematung di pintu. Ia benar-benar lupa soal laptopnya dan apa yang tadi sedang ia kerjakan sebelum Dilan datang. Dan melihat apa yang ada di sana, Sammy merasa nggak perlu bertanya alasan Dilan memberinya tatapan tidak mengenakkan.
"Sam," Dilan berkata lamat. "Jadi... imawho itu beneran lo...?"
Hening. Sammy berusaha menatap ke arah lain sebelum akhirnya sorot mata Dilan membuatnya nggak punya pilihan.
"Lan, gue—"
"Wow," Dilan tersenyum miring. "Thought we were close enough?"
"We are, Lan," Sammy menekankan kalimatnya. "Masalahnya—"
"Thought you trust me enough..." kata Dilan lagi. Tatapan lelaki itu mulai nggak fokus. Membuat Sammy khawatir.
"I do. Tapi—"
"Udahlah, Sam," Dilan menatapnya tajam. "Wah, gue belain lo kayak orang tolol di depan Lele," cowok itu tertawa sarkas. "Gue kira lo yang paling bisa dipercaya di antara kita berempat?"
Sammy merasa akan meledak.
Leo masih memusuhinya. Kalau sekarang dia kehilangan Dilan juga, Sammy benar-benar nggak tahu harus apa.
"Lan, lo dengerin gue dulu."
"I'm done listening." Dilan berkata tegas. Ia berjalan ke arah Sammy, menuju pintu.
"Lan, please—"
Sammy hampir menahan lengannya tapi Dilan dengan cepat mengelak. "Screw you, Sam. I don't even know you're gonna tell me the truth or just another bullshit. Gue gak tahu gue masih bisa percaya sama lo atau nggak setelah ini..."
Dilan berjalan melewati Sammy. Meninggalkannya. Sementara Sammy berusaha menahan dan memanggil semampunya. Karena tubuhnya sendiri sekarang melemas, seolah kehilangan tenaga.
Tapi Dilan tetap meninggalkan kontrakan Sammy, tanpa menghiraukan panggilannya sama sekali.
Semuanya telanjur berantakan.
Persahabatan, kepercayaan...
Dilan selalu tahu siapa pun bisa berkhianat,
Ia hanya tidak pernah menyangka pengkhianatan bisa datang dari seorang Sammy,
Orang yang selalu ia percayai lebih dari dirinya sendiri.
***
Jadi, guys, uhm...
Aku pernah bilang kan kalo sesungguhnya WITR ini di draft udah tamat?
I don't think I'm gonna edit anything so...
Gimana kalo aku publish aja semua chapter sekaligus sampe abis?
Atau enaknya pelan-pelan gini aja, satu-satu aja publish-nya biar rasa-rasa digantungin gebetan? HAHAHAHAHA .g
Let me know ya! :")
KAMU SEDANG MEMBACA
We're In The Rain✔
Ficción General"do you hear me?" . . . Sammy, Leo, Dilan and Jeffri stayed in the same band for like two years already. People claimed they do look like siblings, or some family members. But, that doesn't mean they know each other that well. Sad truth. ㅡOct, 2018...