15.0

351 95 16
                                    

.

"Your skin
Oh yeah your skin and bones
Turn into something beautiful
Do you know
You know I love you so
You know I love you so

Look at the stars
Look how they shine for you
And all the things that you do."

Tepukan riuh penonton yang hadir mengiringi penampilan terakhir The Rose malam itu. Setelah membawakan dua lagu berturut-turut, Sammy dan kawan-kawan menjadikan lagu Yellow milik Coldplay sebagai lagu penutup mereka.

Keempat personil The Rose segera menuruni panggung begitu MC acara telah mempersilakan.

Mereka masih di backstage, basa-basi sama panitia waktu tiba-tiba,

"Sammy!"

Suara itu bikin nggak cuma Sammy yang menoleh, tapi semua anak The Rose. Plus beberapa panitia.

Hana.

"Hai," cewek itu mengangkat tangan setelah dekat. Sammy menyunggingkan senyum.

"Katanya hari ini ada agenda lain?" tanya Sammy, sambil membereskan barang-barangnya.

"Well," Hana tersenyum malu-malu. "Aku sempetin ke sini buat kalian." katanya, mengedarkan pandangan ke Dilan, Jeffri dan Leo yang berada di dekat Sammy. "Lumayan, kebagian nonton satu lagu terakhir. Kalian keren banget!"

Sammy menoleh pada gadis itu. "Thanks." Katanya singkat.

Sementara Leo sengaja bergerak agak menjauh dari yang lain.

"Abis ini makan dulu yuk?" usul Jeffri. "Kafe deket sini aja," ia lalu menoleh ke Hana. "Lo join ya, Han."

Leo menoleh dalam diam. Dilan nggak bisa bilang apa-apa. Sementara Sammy, cuma mengangguk-angguk setuju.

Dan Hana, mengangguk malu-malu.

.
.
.

"Eh, eh, gue lupa mulu mau nanyain ini!" Jeffri, yang sibuk makan sambil menggulir halaman instagram-nya tiba-tiba bersuara. "Lo minggu lalu nginep di rumah Lele, Lan?"

Sadar pertanyaan itu buat dirinya, Dilan mengangkat kepala, melihat Jeffri. Kemudian mengangguk singkat dengan mulut penuh.

"Wah," Sammy ikut bersuara. "Dalam rangka apa?"

"Biar nyokap gue kenal aja," sahut Leo. "Jadi kalau gue mati di kosan, nyokap tahu harus mencurigai siapa."

Dilan ketawa sambil memukul punggung Leo, bikin cowok itu keselek.

"Gue kira," Jeffri sengaja menggantung kalimatnya. "Wah, Lele udah bawa Dilan ke rumah aja. Udah jauh juga hubungan kalian."

Sammy ngakak. Hampir bersamaan sama suara mengaduh Jeffri yang kakinya kena tendang Dilan di bawah meja. Leo cuma ketawa garing terus mengumpat pelan sementara Dilan memberikan death glare ke Jeffri.

Hana diam menyaksikan keseruan di depannya.

"Eh, tapi, seru kali ya, kalau kita berempat bikin hometown tour. Jadi ganti-gantian nginep berempat di rumah kita masing-masing." Usul Jeffri. Ketiga temannya menoleh tertarik.

"Alah," Leo nimbrung. "Yang punya hometown kan cuma Dilan," ia kemudian berhenti sebentar untuk menelan. "Nginep di rumah lu kan males, Jeff. Sama aja, deket banget sama kampus."

Jeffri ketawa, setengah kesal setengah membenarkan. Dilan tersenyum tipis. Diam-diam menyukai ide itu.

Sammy tiba-tiba menjentikkan jarinya heboh. "Gini, gini! Liburan semester ini kita semua ikut Dilan pulang ke Padang. Kita mulai dari hometown yang paling jauh."

"Setuju!" seru Jeffri, terlalu bersemangat.

"Gimana Uda Dilan?"

Dilan tersenyum sekilas. "Gue tanyain orang rumah dulu ya. Kasian keluarga gue kalau tahu, gue jauh-jauh kuliah ke sini, ketemunya malah sama orang-orang absurd macem kalian. Dibawa pulang, lagi."

Sekali lagi, meja itu heboh dengan tawa.

Hana tersenyum. Dia benar-benar menyukai suasana kekeluargaan yang selalu dia rasakan setiap kali lagi bareng sama anak The Rose. Benar-benar bukan cuma sekedar bandmates dan business thing. Tapi udah kayak keluarga sendiri.

"Hana kok diem aja dari tadi? Deg-degan ya ada aku? Kamu naksir aku, ya?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Jeffri bikin Hana ketawa geli. Sammy bahkan melempar sebongkah tisu bekas pakai ke arah Jeffri, yang sialnya malah salah sasaran dan membelok masuk ke gelas minuman Leo.

Bikin cowok itu cengo sementara empat kepala yang lain udah ketawa sampai nggak ada suara.

"Sam???"

Sammy berusaha menahan tawa sambil mengambil alih gelas Leo. Ia kemudian memberikan minumannya sendiri, yang isinya masih penuh karena emang dari tadi belum diminum.

"Sori, sori, nggak sengaja." kata Sammy kalem.

Dan melihat Leo yang masih berlagak kaget dan terdiam, Dilan mengambil inisiatif buat memasukkan paksa sedotan di gelas Sammy ke mulut Leo.

Bikin sekali lagi, meja mereka diramaikan oleh suara tawa.

.
.
.

"Han, sori banget ya."

"Nggak pa-pa, Jeff. Santai aja deh. Beneran."

Jeffri menghela napas di belakang kemudinya. "Gue beneran nggak enak nganter sampai sini doang."

Hana tersenyum. "Aku justru makasih banget udah dianter sampai sini."

"Han, soriii..." Suara Jeffri terdengar begitu frustrasi. Membuat Hana justru tertawa.

Tadi, saat sedang menuju rumah Hana setelah mengantar Leo dan Dilan lebih dulu, tiba-tiba saja Jeffri menerima telepon yang mengharuskannya segera pulang.

Mempertimbangkan jalanan yang macet di malam minggu, Hana akhirnya mengusulkan supaya Jeffri menurunkannya saja dan langsung putar balik untuk pulang.

Usul yang segera ditolak Jeffri, tentu saja.

Tapi karena Sammy kemudian mendukung usul itu juga, dengan berat hati, Jeffri terpaksa menepikan mobil.

"Nggak pa-pa, Jeff. Makasih ya,"

"Sam, jagain Hana yang bener lo." pesan Jeffri pada Sammy yang lagi sibuk membetulkan tali tas gitarnya.

Sammy mengacungkan jempol.

Setelah pamitan selesai, mobil Jeffri meninggalkan Sammy dan Hana di pinggir jalan.

"Mau jalan kaki aja?" tanya Sammy. Hana menaikkan alis. Tidak melihat ada pilihan lain selain jalan kaki.

Sammy, yang menyadari tatapan itu cuma angkat bahu. "Pesen taksi online misalnya."

Hana tertawa. "Cuma satu kilo, Sam."

"Oh iya," cowok itu nyengir. "Oke."

"Kamu nggak pa-pa, kan, jalan kaki?"

Sammy tersenyum tipis kemudian menggeleng. Setelahnya, mempersilakan Hana berjalan duluan, sebelum kemudian menyejajari langkah gadis itu.




***

Please fasten your seatbelt. We will, idk, get more dramas for the upcoming chapters :(

We're In The Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang