.
"Woi, sori telaaat!"
Jeffri nyelonong masuk sambil buru-buru melemparkan ranselnya begitu saja ke pojok ruangan. Kemudian melepas tas bass-nya, mengeluarkan isinya, dan mempersiapkan benda tersebut.
Mengabaikan teman-temannya yang lagi ngeliatin dengan muka kesel.
"Halo, halo, earth to anyone but the late dude?"
Suara menyindir Leo bikin Jeff mematung sebentar. Cowok jangkung itu baru melihat berkeliling, menyadari wajah-wajah kesal di sekitarnya.
Jeffri nyengir lebar sampai matanya menyipit.
"Hehehehe, maaf dong sayang-sayangku,"
Dilan berpura-pura muntah di balik drum set-nya, sementara Leo dan Sammy berseru "Najis!" dalam satu suara kompak.
Jeffri ngakak.
Beruntung, di studio kayak gini, nggak ada barang yang bisa dilempar. Kalau ada, hampir bisa dipastikan, semuanya pasti udah dilayangkan ke arah Jeffri.
"Kita nyewa studio dua jam, terus sejamnya udah abis buat nungguin lo doang???" Leo ngomel-ngomel. Sammy diam aja, tapi mukanya nggak bersahabat.
Sekali lagi, Jeffri cuma ber-haha-hehe.
"Nanti gue yang bayarin deh, gue ganti sekalian sejamnya. Maaf dong ya, Lele ganteng?"
Leo mendengus. Nggak mempan dirayu pakai kalimat kayak gitu.
Dirinya sendiri juga udah tahu kalau dia ganteng.
"Lo kemana sih, Jeff? Diteleponin gak diangkat?" Sammy mulai ikut bersuara.
Cuma Dilan yang masih diam sambil mukul-mukul pelan ride cymbal-nya.
"Soriii," Jeffri memohon lagi. "Tadi ada urusan mendadak, urgent, makanya gak sempet ngabarin."
Sammy menghela napasnya. "Lain kali jangan telat. Apalagi gak ada kabar."
"Siap, Komandan!" Jeffri dengan sigap membuat gerakan hormat sambil mengeluarkan cengiran andalan. Sayang, Sammy cuma melengos terus sibuk metik-metikin gitarnya nggak jelas.
Sammy paling nggak suka orang tanpa komitmen, Jeffri tahu. Dan Jeffri sadar hari ini dirinya emang salah. Jadi, dia nggak berusaha mendapat respon lain yang lebih hangat.
"Lah gitu doang? Tar dulu, tar dulu. Maaf gue mahal coy???" protes Leo dari sudut ruangan. Dilan udah siap-siap melempar stik drum ke arahnya.
"Kamu mau apa sih, Lele sayang?"
"Pizzaaaaaa!"
"Sip."
"Oke, gue maafin."
"Halah, tai." Umpatan Dilan bikin ketiga temannya ketawa bareng. Jeffri ngakak paling kenceng. Bikin Dilan tanpa sadar merhatiin cowok jangkung itu.
Well, if he wants to be known as The-Always-Happy-Jeff,
Dilan will just let him be.
.
.
."Lo kemana tadi pagi?"
Pertanyaan mendadak Sammy bikin tangan Jeff yang lagi megang pizza terhenti di udara. Dia berdeham sebentar, terus lanjut ngegigit pizza-nya. "Kemana apanih?" Jeffri balik bertanya dengan mulut penuh.
"Berangkat dari kosan gue katanya mau ngampus? Kok gaada di kam—" Sammy batal ngelanjutin omongan. Tangannya sibuk nabok-nabokin tangan Dilan dan Leo yang lagi berebut remahan topping. Dan kalau udah gitu, bisa dipastikan baik Dilan maupun Leo nggak akan ada yang menang.
Soalnya remahan topping yang tadi diperebutkan udah langsung berpindah ke tangan Sammy.
"Kok gaada di kampus? Malah bolos kelas..." Sammy mengulang pertanyaannya sambil memasukkan remahan topping tadi ke mulut, memberi tatapan mengejek ke Dilan dan Leo.
"Oh," Jeffri ketawa sebentar. "Itu tadi di jalan ketemu temen. Terus ya itu, ada urusan yang gue bilang tadi."
Dilan menoleh ke Jeffri dalam satu gerakan halus yang nggak disadari siapa pun. Tapi dia nggak komentar apa-apa.
"Eh, Sam," Jeffri tiba-tiba menoleh ke Sammy. Yang diajak bicara lagi sibuk ngunyah, dan cuma mengedikkan kepala, bertanya.
"Nanti bass gue tinggal sini aja ya."
Sammy mengangguk-angguk. Mau nanya kenapa, tapi yang terdengar justru sama sekali nggak jelas saking mulutnya lagi penuh.
"Telen dulu, jorok! Keselek, mati lu ntar!" Leo melempar bongkahan tisu bekas ke arah Sammy yang cuma ketawa sambil ngunyah.
Mereka sekarang lagi ada di kontrakan Sammy. Selesai latihan nge-band di studio sewaan tadi, mereka berpindah ke sini buat nagih janji Jeffri yang mau nraktir pizza.
Jadilah kontrakan Sammy dibikin acak-acakan sama makhluk-makhluk ini.
Sammy-nya sih senang-senang aja. Dia juga lebih sering sendirian di kontrakan. Dan kalau kontrakannya dibikin ramai sama tiga orang ini, Sammy nggak pernah keberatan.
Apalagi sambil dibawain makanan gratis.
"Itu sisanya masih pada mau dimakan gak?" Jeffri nanya sambil beresin kotak-kotak pizza yang udah kosong.
Dilan menggeleng karena udah kenyang. Pun Leo yang kelihatan bahagia banget karena berhasil makan enak tanpa ngeluarin isi dompet.
Sementara Sammy masih sibuk ngunyah, nggak menjawab.
"Tinggal sini aja, Jeff. Nanti juga abis sama Sammy," usul Leo sambil tidur-tiduran di lantai. "Dia casing-nya doang kurus gitu, lo kasih pizza large dua kotak juga abis sendirian." tambahnya.
Bikin Sammy yang lagi ngunyah jadi ketawa sambil terbatuk.
Dan nggak sampai sepersekian detik kemudian, suara batuk Sammy disusul teriakan Leo,
"Sam, jorok anjir! Gausah disembur juga gua?????"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
We're In The Rain✔
General Fiction"do you hear me?" . . . Sammy, Leo, Dilan and Jeffri stayed in the same band for like two years already. People claimed they do look like siblings, or some family members. But, that doesn't mean they know each other that well. Sad truth. ㅡOct, 2018...