Mr.E;

7.7K 602 64
                                    

Ketika Jungkook menerima laporan itu, dia sedang berada ditengah meeting penting. Tanpa basa basi Jungkook langsung melupakan semuanya dan bergegas pergi secepat mungkin agar dia bisa ke rumah sakit tempat Yeri katanya dibawa.

Dengan nafaa terengah Jungkook berlari ke ruang gawat darurat dan mendapati Jaehyun disana. Jungkook menatap Jaehyun yang tampak pucat dan cemas, Jungkook melihat darah. Darah di lengan dan baju Jaehyun yang berwarna putih.

"Kenapa ada darah di bajumu?" suara Jungkook bergetar, menahan perasaan cemas yang mulai menggelegak.

"Nyonya... Nyonya pendarahan, aku yang tadi menggendongnya, Tuan."

Jungkook meringis dan memegang kepalanya, ingatannya melayang kembali pada kejadian 4tahun lalu dimana orangtuanya meninggal dalam kecalakaan mobil.

"Dimana Yeri sekarang?"

"Dokter Lee sedang menanganinya, Tuan."

"Tuan Jeon..." Dokter Lee keluar dan memanggil Jungkook, "kepala bayi terlilit tali plasenta, dan..."

"Bagaimana? Bagaimana kondisinya dokter?"

"Nyonya Kim dalam kondisi kritis begitupun bayinya, kami akan melakukan yang terbaik dalam tindak operasi untuk mengeluarkan bayinya." Kata Dokter Lee meyakinkan Jungkook kemudian kembali masuk ke ruang operasi.

"Kalau Yeri tidak dapat diselamatkan..." Suara Jungkook  tertelan di tenggorokannya, "Aku belum pernah bilang kalau aku benar-benar mencintainya dan menginginkan keturunan darinya."

Solomon dan Jaehyun menundukkan kepala, tidak tahu bagaimana caranya menghibur tuannya yang sedang cemas.

---

Entah berapa jam proses operasi sesar yang menyiksa itu dan Jungkook duduk di sana dengan seluruh tubuh menegang dan tersiksa.

Solomon dan Jaehyun masih menungguinya di sana, sementara Ahjumma Kim baru saja datang, membawa beberapa kebutuhan yang sekiranya akan dibutuhkan Jungkook dan Yeri untuk beberapa hari ke depan.

Kemeja Jungkook sudah basah karena keringat, rambutnya sudah acak-acakan dan wajahnya terlihat sangat pucat. Sementara Ahjumma Kim diam-diam menyusut air matanya. Jadi tuannya ini, yang katanya begitu kejam dan jahat, ternyata mencintai istrinya. Ternyata Jungkook benar-benar mencintai Yeri dengan sepenuh hatinya.

Lalu terdengar tangis bayi. Tangis bayi yang sangat kuat dan keras, seakan memompa seluruh udara yang ada ke dalam paru-parunya. Jungkook terkesiap dan saling berpandangan dengan Solomon, tubuhnya makin menegang.

Apakah itu suara anaknya?

Apakah pangeran Jeon kecil berhasil terselamatkan?

Tapi bagaimana kondisi Yeri?

Tiba-tiba lampu menyala hijau, dan seorang perawat keluar, memanggilnya, "Tuan Jeon..."

Jungkook diajak masuk ke ruangan dalam di bagian ruang persiapan operasi, yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang operasi, "Ini putera anda Tuan Jeon."

Bayi itu menangis begitu keras, seolah-olah memprotes kenapa dia direnggut dari kehangatan yang nyaman di perut ibunya ke dunia yang begitu dingin ini.

Jungkook mengamati bayi itu dengan seksama, makhluk kecil tak berdaya itu, yang selama ini tumbuh di perut Yeri, darah dagingnya, yang dulu sangat ia benci akan keberadaannya.

Sejenak Jungkook masih tertegun di sana, lalu teringat kepada Yeri...

Kim Yerim... bagaimana istrinya?

"Suster," Jungkook memanggil perawat itu, berusaha agar tidak terdengar panik, "Bagaimana dengan istri saya?"

Perawat itu melirik ke ruang operasi, "Masih belum sadar tuan, kondisinya cukup stabil meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi waktu-waktu mendatang, Anda bisa melihatnya nanti ketika dia sudah dipindah dari ruangan operasi ke ruang rawat." Lalu perawat itu pergi meninggalkannya, memaksanya menunggu ke dalam ketidakpastian yang menyiksa lagi.

Kalau dulu, Jungkook pasti akan membentak, memaksa, menggunakan cara kasar agar bisa dituruti kemauannya. Dia ingin melihat Yeri secepatnya.

Kenapa para dokter tak becus itu begitu lama menanganinya?

Tetapi Jungkook menahan dirinya. Tidak. Mereka sedang menyelamatkan Yeri. Dia tidak boleh mengganggu mereka, karena nyawa Yeri taruhannya. Istrinya sedang meregang nyawa didalam sana.

---

Jungkook berjalan membuntuti langkah dokter Lee dan para perawat yang membawa istrinya ke dalam ruang inap vip.

Setelah semua selesai ditangani, dokter Lee dan para perawat yang menangani Yeri pergi meninggalkan Jungkook yang terduduk lemah disamping ranjang Yeri.

Air mata Jungkook yang sudah lama terbendung menetes di jemari Yeri dan kemudian jari tengah Yeri bergerak, membuat Jungkook terpaku. Jemari itu bergerak lagi, samar. Dan kemudian gerakannya lebih jelas terlihat. Bersamaan dengan itu, bulu mata Yeri bergerak-gerak, membuat Jungkook menunggu dengan cemas.

Lalu setelah penantian yang terasa sangat lama dan menyiksa, mata Yeri terbuka langsung menatap mata Jungkook yang basah dan sedikit bengkak, "Kenapa... Kau...menangis...?"

Jungkook langsung memasang muka sedatar mungkin meskipun perasaannya meluap-luap, "Mataku kemasukan debu."

"Oh," Yeri memejamkan mata lagi, sepertinya percakapan itu membuatnya lelah, "dimana anakku?"

"Dia laki-laki kecil yang sangat sehat dan sempurna, tangisannya sangat keras membuat para perawat harus menutup telinga dengan kapas ketika mengurusnya."

Yeri tersenyum, mencoba membuka matanya lagi, "Namanya..."

Jungkook mengerutkan keningnya alisnya sedikit terangkat, "namanya? Kau sudah mempersiapkan namanya?"

Yeri mengangguk.

Jungkook melepaskan pegangannya pada tangan Yeri, "bagaimana bisa seperti itu? Aku ayahnya! Aku yang berhak memberinya nama!"

"Dulu kau sangat membenci anak itu sampai menyuruhku untuk mengugurkannya..."

Jungkook terdiam sejenak, tubuhnya seperti sedang dilempari kutukan sumpah serapah istrinya atas perlakuan Jungkook terhadap anaknya sebelum itu.

"Aku tidak benar-benar mengatakan itu, aku hanya mengkhawatirkanmu." Gumamnya sangat pelan hampir tidak terdengar.

Yeri tersenyum lagi, tangannya diangkat merapihkan rambut Jungkook yang tidak beraturan, "kalau begitu, kau yang beri nama..."

"Jeon Seungjae"

Yeri berdeham panjang, "kemenangan yang terhormat... Nama yang bagus."

"Ya, Jeon Seungjae."

"Setuju, Jeon Seungjae."

Jungkook menarik Yeri kedalam pelukannya, "terima kasih Kim Yerim, aku mencintaimu."

"Terima kasih Jeon Jungkook, aku juga... Aku mencintaimu."

-End-

Mr.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang