44.

81 7 0
                                    


Sejak Keanu tau, Lay drop gara-gara adiknya, ia dengan sukarela menemani adiknya di rumah sakit sebelum Tiara balik ke Semarang. Selesai sholat subuh Keanu pulang ke rumah dulu, ia sebelum pergi menceramahi adiknya dulu agar tidak membuat Lay drop lagi.

Tiara hanya mendapat ijin tiga hari dari atasannya. Pagi ini selesai sholat subuh berjama'ah, ia dan Keanu pergi ke bandara. Tiara telah pamit ke Lay dan mama Samantha, mereka telah mengijinkannya asalkan ia cepat balik ke Jakarta.

Dengan penerbangan pertama Tiara sampai di kantor jadi tidak terlambat. Begitu sampai di ruangannya Sanny langsung memeluknya.

"Aku ingin tau cerita sebenarnya" Sanny segera menarik kursinya didekat kursi Tiara.

"Kamu benaran ga kenal sama Lay San, dia itu terkenal seorang pengacara muda yang mulai diperhitungkan kinerja kerjanya, Lay juga anak pengusaha yang terkenal" ucap pak Harry, teman satu divisinya, mereka satu divisi memang menunggu kedatangan Tiara, ada hubungan apa diantara Lay dan Tiara.

"Kok bapak tau sich" Sanny dengan cepat membuka hpnya dan mencari data tentang Lay.

"Pantas waktu saya lihat dia di lobby, seperti pernah lihat" Tata yang pendiam ikut ngobrol juga.

"Wah iya pak Harry, disini ada beritanya. Lay saat ini sedang koma akibat tabrakan sehabis dari sini" Sanny dengan cepat membaca beritanya.

"Sepertinya Lay sudah sadar beberapa hari yang lalu" ucap pak Harry lagi.

"Bapak tau banyak nich" sela Wibi.

"Ya iyalah, saya heran aja, ga biasanya ada tamu yang datang ke sini yang seperti Lay, ganteng, keren, dan kaya, penampilannya oke sekali"

"Si bapak bisa aja, Lay tuh biasa aja, ada kok tamu yang seperti dia yang pernah ke sini" Tiara berusaha merendah, Lay jadi seperti artis aja terkenal, membuat dirinya tidak enak ke teman-temannya.

"Beda Tia, waktu saya lihat Lay, auranya bersinar ia terlihat sangat ramah terhadap sekitarnya, kemarin banyak perempuan yang terpana, tuh sebelah kamu salah satunya" Sanny hanya tertawa mendengar ucapan pak Harry.

"Lay ga seperti yang diberitakan, dia itu sangat posesif dan ehmm apa ya dia juga galak" Tiara sedikit enggan menyebut kejelekan Lay.

"Tau darimana Lay galak dan posesif, apa kalian punya hubungan spesial, khan ga mungkin Lay tiba-tiba aja ada di sini" tanya Wibi penasaran.

"Ya benar, tau darimana" Sanny dan pak Harry bicara berbarengan.

Tiara tersenyum kecut, teman-temannya mulai memojokkannya. Mau tidak mau ia harus berkata dengan jujur.

"Oke, oke, Lay itu calon suami saya"

"Hah, benarkah?" Ucap mereka kompak. Tiara menganggukkan kepalanya.

"Tapi Tia, di sini diberitakan Lay koma, apa kamu ga pernah nengokin dia, kalau dilihat kejadiannya itu kamu pas ada di Surabaya" Sanny masih penasaran dengan hal ini.

"Maaf, untuk hal itu bersifat pribadi, saya ga bisa cerita, sekarang waktunya kita kerja, nanti pak Kun marah ngelihat kita ngobrol aja bukannya kerja" kali ini Tiara berkata tegas, ia sengaja menghentikan pembicaraan dirinya dan Lay, mereka akhirnya membubarkan diri dan balik ke pekerjaannya masing-masing.

"Tia, kamu mah gitu, aku khan pengen tau" Sanny cemberut. Sebelum kembali ke mejanya ia berbisik ke Tiara.

"Pokoknya kamu harus cerita, entar pulang kerja aku tunggu" Tiara mau tidak mau menganggukkan kepalanya

Sore hari, Tiara pulang bersama Sanny, di lobby tanpa sengaja mereka bertemu dengan Dewo.

"Kamu sudah masuk kerja lagi, ada apa mendadak cuti" tanya Dewo penasaran. Sebelum Tiara menjawab, Sanny telah bicara terlebih dahulu.

"Wo, kamu mau ikut ga, hari ini Tiara akan cerita tentang dirinya, enaknya sich ngobrol sambil makan" Sanny sudah mengajak Dewo duluan tanpa persetujuan dari Tiara.

"Iya aku ikut, tapi memangnya Tiara ga dijemput"

"Sepupu aku belum tau kalau hari ini aku udah masuk kerja lagi, tadi aku naik pesawat paling pagi ke sininya" Sanny dan Dewo hanya menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga memutuskan makan di mall.

Mereka makan di bakmi GM, Tiara yang mentraktir keduanya. Agak lama pesanan mereka baru datang.

"Kalian tau kenapa aku hampir tiap hari selalu membawa bekal ke kantor" Tiara memulai pembicaraan sambil makan dengan perlahan. Keduanya menggelengkan kepalanya

"Aku tuh punya alergi, jadi ga bisa makan sembarangan, makanya eyangku tiap pagi selalu masakin aku, keluargaku ga mau ngelihat aku pingsan untuk ketiga kalinya hanya gara-gara salah makan" Sanny dan Dewo terkejut mendengarnya.

"Kalau di Jakarta selalu ada Aming yang mengontrol makanan aku, karna dia hampir setiap saat ada bersamaku"

"Aming? Siapa dia?" Tanya Dewo penasaran.

"Kamu mungkin lupa, Aming itu cowok berkulit hitam dan paling tinggi diantara kita, dia itu sahabatku sejak kecil"

"Benarkah hanya seorang teman, ga ada tuh persahabatan cowok dan cewek tanpa ada cinta diantara mereka, apalagi kamu sudah dekat dari kecil" ucap Dewo sinis.

"Ya awalnya Aming memang suka sama aku tapi aku hanya menganggap dia sebagai sahabat, dia selalu ada untuk aku. Dengan aku pindah ke sini mereka sangat takut terjadi apa-apa sama aku. Oh ya, satu yang harus kalian tau juga, aku sewaktu kecil pernah diculik dan itu membuat aku trauma, aku selalu was-was jika sang penculik datang mendekatiku. Sama kakakku aku diikuti bela diri tapi tetap saja rasa takut itu masih ada. Belum lama ini aku diculik lagi oleh orang yang sama di Lombok" Tiara menghela napasnya dengan kasar, ia telah bicara sangat panjang. Ia kembali memakan mienya lagi.

"Dengan adanya Lay disisiku ia selalu memotivasi aku agar aku berani, Lay berusaha agar aku selalu nyaman dan terlindungi, dia selalu sabar dengan semua tingkahku"

"Tunggu Tia, apa Lay itu orang yang sama yang datang ke sini waktu itu. Bukannya dia pengacara yang lagi banyak dibicarakan orang"

"Loh kamu tau tentang hal itu" tanya Sanny heran. Dewo hanya menganggukkan kepalanya.

"Kalian kenal dimana?" Tanya keduanya kompak.

"Oh itu, kami satu kampus tapi beda fakultas"

"Jadi omongan sepupu kamu waktu itu kalau aku ga pantas berada disisi kamu karna ini, kamu lebih memilih orang yang kaya, ternyata aku salah, kamu cewek matre juga" ucap Dewo dengan marah.

"Enak saja, kamu pikir aku cewek seperti itu, aku ga pernah ya minta-minta ke Lay, walaupun keluargaku keluarga biasa tapi aku terima apa adanya yang mereka berikan ke aku" ucap Tiara marah, ia menatap Dewo dengan tajam.

"Berarti kamu belum kenal aku sepenuhnya, aku dididik agak keras sama ayahku, aku ga hobi belanja, ga suka hura-hura, aku lebih banyak diam diperpustakaan, aku kenal Lay juga disana. Lay tau hal itu, memang kalau ngikutin dia, aku harus tampil yang modis, acara yang Lay kunjungi selalu resmi, mau tidak mau aku juga harus berpenampilan yang rapi, aku sering nolak tapi Lay tau dia sudah menyiapkan semuanya, biasanya biar aku mau dia nelpon mamaku atau Keanu, mereka akan membujukku agar aku mau ikut" sepanjang Tiara bicara, ia jadi datar gara-gara tidak mood.

"Pintar dia, nyuruh orang-orang yang dekat sama kamu untuk ngebujuk kamu" ucap Dewo masih dengan sinis. Sanny dari tadi hanya diam mendengarkan keduanya bicara.

"Yah itu terserah kamu sich mau ngomong begitu, Lay memang dekat sama keluargaku, aku bisa dekat sama Lay karna Keanu kenal dia, jadi Keanu setuju saja aku berpacaran dengan Lay. Kakakku tuh susah kalau ada cowok yang dekatin aku, dia langsung menginterogasinya, selain Keanu ada juga Aming yang selalu jadi pengawal aku kemana-mana, cowok-cowok takut jadi sama mereka berdua." Untuk menghilangkan dahaganya karna banyak bicara, Tiara segera meneguk minumannya.

Tiara hanya makan sedikit, ia sudah tidak berselera untuk makan karna pembicaraan ini. Sanny dan Dewo juga sudah selesai makan, ia segera menyingkirkan mangkok mie ke tengah meja.

Lama terjadi keheningan diantara mereka. Tiara masih enggan bicara lagi. Dewo juga sibuk memainkan hpnya, ia merasa bersalah karna telah menuduh Tiara yang tidak-tidak.

※※※※※※
Tbc

Vote vote vote

Victim of Love ▪ Yixing✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang