27

702 46 22
                                    

Keesokan harinya Shania bangun lebih pagi dr biasanya. Selain karena memang tidurnya tidak tenang, dia juga ingin menyiapkan bubur untuk Sakti.
Sejak pagi dia sudah sibuk di dapur dg dibantu oleh ART-nya.
Setelah siap Shania kemudian ke kamar untuk membangunkan Sakti.

Shania berbaring disamping suaminya, kemudian dia pegang wajah Sakti lalu mencium nya.
"Sayank..."
"Ayo bangun..." katanya pelan di dekat telinga Sakti.
Shania terus mengusap-usap kepala suaminya, diletakkannya telapak tangan dia di dahi Sakti, dirasakannya sekarang sudah tidak panas lagi.
"Sayank..." panggil nya lagi
"Ayo bangun..." suaranya lembut tidak seperti saat membangunkan Sakti pd hari-hari biasanya. Tangan nya terus mengusap-usap pipi Sakti kadang sambil mencium nya sekilas.

Sakti mulai membuka mata, kemudian mengerjap-ngerjapkannya untuk menyesuaikan dg cahaya yg ada di sekitarnya.

"Ayo bangun" ulang Shania lagi kemudian mencium pipinya.

Sakti kemudian bangun berusaha duduk dan dibantu oleh Shania.

"Masih pusing gak kepalanya?"

"Dikit, udah mendingan"
"Pengen mandi yank, lengket banget badan aku"

"Gak boleh"
"Kata Mama gak boleh mandi, kamu gak boleh banyak gerak"
"Aku lap aja pake handuk basah ya?"

"Eemm..." Sakti mengangguk

"Tunggu bentar aku ambilin dulu handuk nya"

Shania kemudian pergi untuk mencari handuk dan juga wadah berisi air hangat.

"Buka dulu bajunya" kemudian Shania membantu Sakti untuk membuka baju, setelah itu dia mengelap badan Sakti menggunakan air hangat.

"Kamu kalo sakit jadi jinak banget deh kaya anak ayam yg baru netes" kata Shania menggoda suaminya sambil mengelap badannya

"Kamu suka?" jawab Sakti lemah

"Enggak"
"Aku lebih suka kamu yg pecicilan"
Kemudian dia peluk tubuh Sakti, mendekap kepalanya sambil terus mencium nya.
"Jangan sakit lagi, aku gak suka lihat kamu jadi pendiam" katanya kemudian.

"Eemm iya..." jawabnya pendek, mungkin malas untuk berbicara terlalu panjang seperti biasanya

Setelah selesai Shania kemudian mengganti baju Sakti dg yg lebih bersih.

"Sayank, aku pengen ke kamar mandi"

"Ayo aku anterin"

Shania kemudian memapah tubuh Sakti mengantarkannya ke kamar mandi.
Sakti masuk ke kamar mandi dan Shania menunggunya di luar dg membiarkan pintunya terbuka.

"Aku tunggu di luar ya, kamu bisa sendiri kan?"

"Emm, jangan ngintip" kata Sakti sedikit bercanda

"Aku udah pernah lihat semuanya"

"Heemm" Sakti sedikit tersenyum kemudian masuk ke kamar mandi.

"Hati-hati Sayank" kata Shania

"Iya" jawabnya pendek

Entah apa yg dilakukannya, mungkin buang air kecil atau yg lainnya, tapi yg jelas tiba-tiba saja Shania mendengar suara Sakti seperti sedang muntah-muntah.

Shania yg sejak tadi hanya menunggu diluar segera menyusulnya ke dalam.
"Sayank kamu kenapa?" katanya segera menghampiri suaminya

"Kamu gapapa?" lalu sedikit memijat tengkuk Sakti supaya dia bisa mengeluarkan isi perutnya.
Setelah selesai Sakti kemudian berkumur, lalu Shania kembali memapahnya ke tempat tidur.

"Perut aku kram" kata Sakti sambil memegangi perutnya menahan sakit

"Kamu baring dulu aku ambilin kompres buat kamu biar cepet sembuh" kata Shania. Kali ini Shania tidak panik, karena dia tau cara mengatasinya, dia sering mengalaminya saat sedang datang bulan.

Dunia Milik Shansak Yang Lain NgontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang