37

784 41 36
                                    

Akhir-akhir ini Sakti merasa hidupnya sama sekali tidak tenang. Selalu dihantui perasaan takut dan cemas. Rasa khawatir dan juga was-was seperti teror yg terus menghantui perasaannya setiap saat setiap waktu dimanapun dan kapanpun. Dan semua itu bukan disebabkan oleh rentenir ataupun penagih hutang dari bank, atau juga teror hantu gentayangan.
Tapi semua itu karena Shania. Iya benar Shania penyebab nya.

Semakin mendekati masa persalinan nya semakin banyak hal yg dikeluhkan oleh Shania. Sebagai suami, selama 24 jam Sakti tentunya harus selalu siaga, itulah yg membuat nya merasa tidak tenang. Takut dan was-was setiap saat, khawatir terhadap keselamatan  Shania dan juga anaknya.
➖➖➖➖➖➖♦♦♦♦♦♦➖➖➖➖➖➖

"Aduh duh, aaww...!!"
"Hiks, Sshhh...." suara teriakan Shania malam itu sambil mendesis menahan sakit.

"Sayank, adud duh... Rambut aku jangan ditarik gini, sakit tau" suara Sakti tak kalah berteriak.

"Aku lebih sakit lagi, ini semua gara-gara kamu, kamu tuh enak cuma dijambak doank" jawab Shania masih sambil meringis kesakitan

"Dijambak doank apanya, kuku kamu tuh nancep di lengan aku"
"Aduh.!!" teriak Sakti sambil menahan sakit

"Haduh... Nafas aku sesek yank, makin dia gede rasanya makin penuh, ngeganjel banget"
"Heekkhhh heemffhh huff huff... Ssshhh " kata Shania sambil menarik nafas dalam-dalam.

Jangan dibayangkan mereka sedang ena-ena.
Saat ini Shania sedang menahan sakit karena tendangan anak mereka dr dalam perutnya.
Dan Sakti lah yg menjadi sasaran pelampiasan rasa sakit Shania.

"Yank, bilangin donk anak kamu suruh tidur, sakit banget perut aku, hiks" minta Shania pd Sakti.

"Gimana nyuruh nya, dia aja masih dalam perut" jawab Sakti bingung

"Ya kamu ngomong ajak kaya biasa kamu ngajak ngobrol dia" kata Shania memaksa

"Iya... Tapi lepasin dulu ini rambut aku" kata Sakti

Sakti kemudian mendekat dan menempelkan kepalanya setelah Shania melepaskan cengkeramannya.

"Dek... Bobok donk, kasian Mama kesakitan kalo kamunya terus nendang-nendang" kata Sakti sambil terus menerus mengelus perut Shania.
"Bobok ya Nak ya... Besok aja kita main lagi"
"Besok Papa ajak kamu nonton Jepang lawan Senegal tapi yg menang Shani, sekarang kamu bobok ya... Jangan nendang-nendang perut Mama" Sakti terus mengelus perut Shania lalu sebentar-sebentar menciumnya.

Beberapa menit kemudian....

"Tuh kan dia diem, dia tuh emang nurutnya sama kamu" kata Shania setelah dia tidak merasakan tendangan lagi di perutnya

"Ya iya lah... Kan emang dia anak aku" jawab Sakti

"Besok kalo udah lahir kamu aja yg rawat dia" kata Shania

"Kok aku? Terus kamu?" tanya Sakti

Shania diam tidak menjawab

"Dia kan anak kita, ya harus kita rawat bersama donk"
"Aku gak bisa kalo gak ada kamu"
Sakti lalu memeluk istrinya. Tiba-tiba saja ada rasa aneh yg menghinggapi perasaan nya.

"Sayank, kalo aku mati pas melahirkan gimana?" tanya Shania tiba-tiba yg membuat Sakti kaget.

"Kok kamu ngomong nya gitu sih?"
"Aku gak suka" jawab Sakti kesal

"Ya kan cuma misalnya" kata Shania

"Tetep aja aku gak suka" jawab Sakti
"Lagian kamu gak usah khawatir, kalo mati ntar aku charge biar idup lagi. Aku bawa colokan kok kemana-mana" jawab Sakti asal bicara

Dunia Milik Shansak Yang Lain NgontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang