40

1.3K 56 53
                                    

Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa sudah genap seminggu Sakti menyandang status sebagai seorang ayah.
Setelah segala ketegangan, hiruk pikuk penyambutan bayi mereka pulang ke rumah dan segala prosesi acara syukuran, aqiqahan, dan pemberian nama, akhirnya sekarang Sakti bisa sedikit bernafas lega. Bukan karena apa, ternyata punya anak itu ribet, pikirnya.
Awalnya dia pikir tinggal ena-ena terus jadi, tapi ternyata banyak sekali hal-hal kecil dan ngerenik yg harus dilakukan.

"Huuftt... Akhirnya..." kata Sakti sambil menghembuskan nafas terlihat lega

"Kenapa?" tanya Shania

"Akhirnya kita bisa istirahat, aduuh capek banget aku gendong dia terus dari tadi kesana kemari sambil dilihatin ke orang-orang"
"Udah kaya idol aja dia jadi pusat perhatian" kata Sakti sambil tersenyum bahagia melihat anaknya yg sedang tidur dalam gendongannya

"Itu belum seberapa, baru juga berapa jam, aku gendong dia dalam perut aku selama sembilan bulan, coba bayangkan" jawab Shania

"Iya juga sih, berapa jam aja udah kaya gini, apalagi kalo jadi kamu, gak kebayang aku kaya gimana rasanya" jawab Sakti lalu teringat kembali perjuangan Shania kemarin saat melahirkan anaknya

"Kalo kamu capek, tidurin dulu disitu, aku mau ke kamar mandi dulu bersih-bersih sama ganti baju" kata Shania menunjuk ke kasur

"Ini nanti dia tidurnya bareng sama kita lagi?" tanya Sakti

"Iya, emang nya kenapa?" tanya Shania

"Kenapa gak dikamar dia sendiri, kan kemarin anak-anak alay itu udah nyiapin kamar buat dia waktu kita masih di rumah sakit?" kata Sakti

Sewaktu Shania masih di rumah sakit memang Om dan Tante anak mereka yg alay yaitu Okta dan Gracia, sudah mempersiapkan kamar untuk keponakannya. Tapi sejak anaknya dibawa pulang ke rumah, Shania lebih memilih anaknya untuk tidur bersama dia dan suaminya.
Alasannya...

"Nanti aja kalo dia udah besar biar tidur di kamar dia sendiri, sekarang bareng kita dulu" kata Shania

"Kok gitu?" kata Sakti terlihat bingung

"Udah lah, gak akan berasa nanti dia bakalan cepet besar, kalo dia udah besar nanti kita bakal nyesel, karena merasa masih kurang nya waktu yg kita habiskan bareng dia"
"Nanti kalo dia udah gede dia bakal sibuk sama dunia nya sendiri. Makanya mumpung masih kecil peluk cium dia sepuas kamu, ajak tidur bareng, nanti gedean dikit kita bakalan susah peluk-peluk sama cium-cium dia, karena dia udah mulai ngerasa risih dan malu dicium sama orang tuanya" kata Shania menjelaskan pd suaminya

"Oh gitu... Ya ya aku ngerti sekarang"
"Yaudah sana katanya kamu mau ke kamar mandi, biar aku tidurin dia dulu nanti kita gantian" kata Sakti

"Iya"
"Awas jangan di toel toel ya, nanti dia bangun" kata Shania mewanti-wanti

"Iya... Gak percayaan banget sih, udah sana gak usah khawatir" jawab Sakti menyuruh Shania pergi.

Shania tersenyum lalu pergi untuk membersihkan dirinya ke kamar mandi.

Sekembalinya dr kamar mandi dilihatnya anaknya menangis sambil digendong Sakti yg sedang berusaha menenangkannya.

"Kok nangis? Kamu apain?" Shania bertanya dg tatapan curiga

"Gak diapa-apain, orang mau aku tidurin di kasur tau-tau bangun" jawab Sakti seperti tertuduh yg sedang membela diri

"Sini, mungkin dia haus" Shania lalu mengambil anaknya dr sang ayah yg sejak tadi menggendongnya.
"Uuutututu tayang tayang... aus ya Nak?" "Hemm? Emuach"
"Kesana yok, nanti Papa pengen" kata Shania membawa anaknya ke tempat tidur untuk menyusui nya

Dunia Milik Shansak Yang Lain NgontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang