Athena melirik sekilas sekretarisnya yang baru masuk ke ruangannya, sedikit menghela napas ketika Jeffrey berdiri di sana dengan wajah lebam.
Jeffrey mendekat ke meja atasannya dan tidak bersuara. Tapi dia tahu, ada aura-aura hitam di belakang wanita itu. Dan ketika netra wanita itu menatapnya lagi, Jeffrey meneguk salivanya sendiri spontan.
Athena memandangnya sangat tajam. Setajam kritikan dosen killerㅡbukan setajam silet.
Nggak heran, kenapa karyawan di sini pada kasih gelar Tsunade. Bukan karena ukuran dada Athena. Tapi wajah dan aura wanita itu mirip seperti sang Hokage ke-5.
Kalau ukuran dada, Athena urutan paling bawah dibandingkan karyawan-karyawan wanita di gedung ini. Bedah jauh bro. Begitu kata Jeffrey kepada Wandi dan Doni di kantin seminggu yang lalu.
Meski dia setia dan patuh kepada setiap perintah Athena, tapi laki-laki itu akan sangat jujur mengomentari kekurangan Athena kepada dua temannya. Termasuk fisik sekalipun.
Sebangsat itulah Jeffrey kepada atasannya.
"Jeffrey."
Tolong. Gue belum siap diomelin.
"Iya, bu?"
"Kamu pulang lebih awal hari ini."
Eh?
"Maaf bu, pulang awal karena apa, ya?"
Jeffrey mengira wanita itu mungkin peduli kepadanya dan menyuruhnya pulang untuk membersihkan luka-luka itu di rumah dan bisa berisitirahat. Nyatanyaㅡboro-boro peduliㅡAthena justru memberikannya setumpuk kertas putih dengan logo hijau berlambang kuda di sana hingga mata Jeffrey sedikit membulat.
"Kamu bawa mobil, kan?" tanya Athena. Jeffrey mengangguk pelan. Gue mencium aroma akan begadang lagi malam ini.
"Bawa ini." Kan bener kata gue. "Malam ini saya ke tempat kamu."
"Hah?" Jeffrey menutup mulutnya spontan. "Maaf bu reflek."
Athena mengabaikan ekspresi tidak nyaman Jeffrey dan kembali memandang layar laptopnya, "Berkas yang kamu kasih dua hari yang lalu itu isinya tentang produk makanan berjenis biskuit yang belakangan penjualannya kurang bagus. Saya sudah cek semuanya, tapi ada beberapa yang buat saya kurang puas dengan hasil laporan kamu itu."
"Kamu tidak menyertakan informasi nilai gizi dan komposisi apa saja yang mereka gunakan. Semua tumpukan itu cuma berisi laba, kota mana saja yang masih menginginkan produk mereka, kontrak kerjasama, latar belakang tentang produk itu, kekurangan dan kelebihannya. Sementara kamu sudah tahu kalau dua informasi yang saya sebutkan sebelumnya itu adalah poin penting dari yang lain. Cokelat Caridad hanya akan bekerjasama dengan produk makanan yang mengutamakan bahan-bahan terbaik dan nilai gizi yang bagus."
Athena berhenti sebentar dan menatap jam tangannya, "Kamu saya izinkan pulang lebih awal setelah jam makan siang. Perbaiki kesalahan laporan kamu itu dan kita bicarakan selanjutnya nanti malam."
Jeffrey mengangguk mengambil tumpukan berkas itu dengan berat hati. Dia sedikit tidak menyukai bagaimana Athena mengomentari seluruh hasil laporannya itu dengan kata 'cuma'. Sementara Jeffrey mengerjakan itu sambil membawa laptop kemana-mana selama dua hari. Jangan lupakan dengan begadangnya.
Risiko jadi sekretarisnya, ya begini.
Jeffrey yang awalnya berniat akan bertanya 'kenapa membicarakan ini sampai ke tempat saya?' diurungkannya lagi. Sudah terlalu malas bersuara. Mood-nya sudah jelek.
Bukannya pamrih, setidaknya Athena sedikit berperasaan. Wajahnya babak belur begini karena menjaga harga diri wanita itu. Nggak usah bilang makasih deh karena gue udah heroik. Atau sok basa-basi tanya 'luka kamu sudah diobatin?'. Apresiasi hasil laporan gue aja, gue udah merasa dihargai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)