10 | Pihak Ketiga yang Berbahagia

23.5K 4.6K 497
                                    

"Sorry soal Ema." Doni meminta maaf kepada Jeffrey ketika mereka berada di kantin tepat pada jam makan siang. Ema telah pergi satu jam yang lalu setelah Athena pada akhirnya menyetujui permintaan wanita itu dan menempatkannya sebagai staff junior di bawah pengawasan Doni langsung.

Wandi yang telah mengerti awal mula cerita dari mulut Jeffrey sendiri, pada akhirnya tertawa sebelum berkata kepada Doni, "Kok lo minta maaf? Si Jeff mah, pasti keenakan itu."

"Sembarangan lo kalau ngomong." Jeffrey memasang wajah marah yang dibuat-buat dengan menyikut lengan Wandi sebagai bentuk nyata dia benar-benar marah. Dan Wandi mengibaskan tangannya lalu berdecih.

"Bohong banget. Lihat tuh Don, telinganya merah udah kayak kena jewer." Wandi menunjuk telinga Jeffrey dengan garpunya dan Doni menatapnya dengan tertawa.

"Mulut bisa bohong, telinga lo nggak," kata Wandi lagi.

"Tapi ini mah namanya nggak bisa kita katain mampusin jangan, Wan." Doni kembali menyantap makan siangnya. Dan Wandi mengangguk menyetujui pernyataan laki-laki kelinci itu.

"Syukurnya yang tahu masalah Ema nyosor Jeffrey cuma kita-kita aja. Coba kalau yang lain tahu? Aduh, bisa pusing gue dengerin nama Ema-Jeffrey dimana-mana."

Jeffrey mulai mengabaikan keduanya berbicara karena dia tidak bisa membuat alibi lagi. Ini telinga juga. Gue jadi nggak bisa bohong kalau dikit-dikit merah gini. Pada akhirnya Jeffrey memainkan ponselnya sendiri membuka akun instagram dengan kunyahan roti isi di mulutnya.

Tiba-tiba, satu pemikiran terlintas di kepalanya.

Eh, iya. Ibu Athena ada instagram nggak, ya? Nanti tanyain nggak, ya?

Lalu disusul dengan pemikiran lainnya.

Eh, bentar. Nanti itu si Andrea tahu terus muka gue bonyok lagi.

"Ngomong-ngomong, lo dikasih tugas apa dari Hokage?" tanya Wandi kembali kepada Doni dan Jeffrey tiba-tiba menarik keputusannya barusan. Penting ini, nggak bisa gue abaikan pembicaraan mereka.

Doni menelan makanannya lalu membalas, "Gue disuruh cari beberapa informasi tambahan dari perusahaan keluarga Kirnawan." Kemudian setelah meminum air dingin miliknya sendiri, Doni melanjutkan, "Pertengahan tahun, Caridad keluarin produk makanan baru dengan produsen utama dari Kirnawan. Hokage bilang, Kirnawan itu punya beberapa alasan kenapa penjualan mereka menurun drastis. Dari omongan Hokage yang gue tangkap, secara nggak langsung Kirnawan mau pakai nama Caridad buat naikin penjualan mereka lagi. Dan Hokage minta gue untuk cari tahu bener nggak sih omongan mereka, dan alasan kenapa penjualan mereka menurun drastis," jelas Doni.

Jeffrey meletakkan ponselnya dan mulai berkata, "Ibu Athena bilang ke gue, alasan Kirnawan bisa kayak gitu karena ada orang yang sengaja ngejatuhinnya."

Doni mengangguk, "Gue diminta dia buat cari orang itu."

"Kok jadi lo yang diminta?" Jeffrey mengerutkan alisnya. "Maksudnya gini, itu jelas masalah dari Kirnawan sendiri dan sama sekali nggak ada hubungannya sama Caridad dan pekerjaan lo. Emang lo detektif apa? Ini, Ibu Athena mau ngapain sih, pusing gue."

Wandi tersenyum. Disaat inilah seorang mantan sekretaris Athena bertindak, lalu dia berdehem dengan kedua tangan dilipat ke depan. "Gini ya, Jeff. Biar senior lo ini kasih tahu jalan pikir seorang Hokage bernama Athena itu."

Jeffrey menatapnya jijik dan membiarkan laki-laki itu berbicara.

"Hokage itu orangnya kritis. Setiap menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dia harus tahu seluruh seluk beluk perusahaan itu. Nggak peduli jelek atau bagus informasinya. Dan ketika dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan dia akan membuat keputusan dan syarat baru kepada perusahan itu dengan mutlak."

SECRETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang