30 | Mas Ganteng

15.1K 3.1K 490
                                    

"Pagi." Jeffrey hampir menyemburkan isi kopi di mulutnya ketika suara mirip wanita menyapanya di lobi kantor pada pukul tujuh pagi. Menoleh, dan menemukan Miko adalah pelakunya. Doni dan Wandi tertawa hingga tidak bersuara. "Awas tumpah kopinya, kena kemeja lo baru tahu rasa," kata Doni memperingati Wandi di sela-sela tawanya.

"Pagi, mas Ganteng." Miko mengulang dengan penekanan kata yang manja dan mencoba untuk meniru suara wanitaㅡtapi Jeffrey menangkapnya seperti suara waria. "P-pagi juga." Jeffrey sedikit mengambil satu langkah ke belakang ketika melihat Miko menatapnya dari atas hingga ke bawah dengan tatapan yang menggoda dengan mulut yang berkata, rawr. Jeffrey ingin menangis tiba-tiba sekarang.

"Miko!" Ema muncul tiba-tiba dan memeluk Miko seperti teman lama. Lalu bercipika-cipiki membuat tiga laki-laki lainnya mengerutkan hidung setengah jijik. "Gimana kabar kamu? Baik?"

"Baik, Sist. Tapi Yaya pulang kampung mau ngurus orangtuanya yang sakit. Jadi Sistah minta saya ke sini dan bekerja di sini aja dulu." Sist versi Miko itu untuk Ema dan Sistah untuk Athena. Athena telah lama menginginkan Miko untuk bekerja di sini, dan baru sekarang dia menemukan waktu yang tepat. Saat ini posisinya masih pemula, staff kontrak. Jadi dia berada di tempat yang sama dengan Ema tetapi bagian proyek yang berbeda. Miko sendiri memiliki riwayat kuliah dengan kosentrasi ekonomi bisnis yang tidak selesai karena terhalang biaya, Athena menggunakan kemampuan Miko untuk masuk dibagian pemasaran bersama Fanyaㅡkepala CMO Caridad saat ini.

Ketika Doni memberitahunya mengenai ini tadi malam, Jeffrey sempat berpikir sepertinya otak Athena tidak bekerja dengan baik karena mempekerjakan ART-nya sendiri di kantor, tapi Doni mengatakan hal lain, kata Hokage dia lebih hebat dari penampilannya. Yah, kita liat aja besok gimana kinerjanya.

Padahal sampai sekarang apa yang Jeffrey lihat, Athena sepertinya ingin mencoba membuatnya menderita di sekitaran laki-laki melambai itu.

"Oma lo beneran datang ya, kemarin?" Wandi mendekati Jeffrey sementara Doni berbicara dengan Ema dan Miko di sana. "Kata security, Oma lo sampai ke sini padahal waktu itu lo mau nganter Hokage pulang."

Jeffrey mengangguk bersamaan dengan menyeruput kopinya dan melihat jam tangannya sendiri. "Seharusnya gue jemput Oma sama Ibu gue di bandara, tapi sumpahㅡgue lupa. Bayangin berapa jam mereka nungguin gue di sana?"

Wandi mendecak, "Ya pantas aja lo disemprot. Terus Hokage gimana? Tetep lo antar?"

"Dia pulang pakai Grab. Katanya gue harus utamain keluarga gue dulu." Jeffrey ingat bagaimana wajah Athena terus tersenyum masam dengan cara Omanya yang terus memanggil wanita itu dengan antena. Jeffrey sangat yakin Athena sangat marah dengannya karena itu. Padahal sekarang hubungannya dan Athena sedikit mengalami kemajuan, dan Oma merusaknya.

"Terus mereka nginep di mana? Hotel?"

"Oma gue nggak seneng naik lift. Rohnya berasa keangkat katanya." Wandi tertawa mendengar perkataan Jeffrey. "Jadi gue cari wisma aja."

"Ya mending wisma lah buat mereka. Ntar shareloc tempat wismanya, ya? Gue sama Doni rencana mau ketemu orangtua lo juga."

Jeffrey mengangguk dan pada saat itu Miko bersuara begitu nyaring karena Athena masuk ke dalam kelompok mereka dengan kemeja lengan pendek berwarna merah maroon. "Aduh Sistah," Miko bersuara manja dan memeluk Athena seperti ibu-ibu arisan lalu melihat penampilan wanita itu dengan decakan kagum. "Cantik banget, sih. Heran."

Athena tersenyum, "Miko juga ganteng banget hari ini. Kemeja biru tua, celana kain yang pas. Kayaknya kamu lebih cocok jadi sekretaris aku."

"Eh, masa, sih?" Miko melirik Jeffrey yang melihat Athena di sela-sela meminum kopinya. "Tapi mas Ganteng gimana? Nggak mungkin dong saya ganti posisi dia."

Athena memperbaiki letak dasi Miko sama seperti yang dia lakukan kepada Jeffrey. "Gampang. Sekretaris aku ada dua juga nggak masalah. Nanti kita satu ruangan aja, biar ngobrolnya enak. Kalau sama Jeffrey susah. Dianya banyak malu terus."

Doni dan Ema menahan tawa sementara Wandi melirik Jeffrey yang telinganya merah sekarang. Bukan malu, tapi sangat kesal sepertinya. "Kalem, Jeff. Nggak keren kalau lo ngelawan Miko."

Miko menemukan wajah kesal Jeffrey dan dia berkata, "Sebenarnya saya suka cowok yang brewok-brewok manjahh gitu. Tapi kenapa mas Ganteng lebih cocok mulus, sih? Kan, gemes mau pegang."

"Pegang dagunya?" Athena memiringkan kepalanya menatap Miko dan tersenyum sangat cantik menurut Jeffrey.

"Pegang yang lain juga nggak apa-apa," jawaban Miko membuat yang lain tertawa, tapi Jeffrey menutup mata mengumpat kata najis berkali-kali di dalam kepalanya. Amit-amit, ya Tuhan, amit-amit.

"Eh, jangan terlalu dekat sama Athena, Mik." Ema tiba-tiba menarik pelan tangan Miko dengan wajah jahilnya. "Nanti cowok yang berdiri di depan jendela marah. Itu calon pawang Athena."

"Tapi Sistah mau nggak sama dia? Kalau nggak kasih ke saya aja. Dia tipe saya banget loh. Mukanya unch, badannya ulalala." Jeffrey mengerut geli dan tanpa sadar mendekat kepada Wandi seperti minta perlindungan. Doni tertawa lagi di sana.

"Wan tolong gue, Wan." Wandi terkekeh ketika Jeffrey menundukkan kepala di pundaknya dan berbisik kepadanya dengan suara merengek. "Geli banget gue anjir."

"Bu, ini bapak sekretaris minta pertolongan. Gimana ini, bu?" tanya Wandi kepada Athena. Athena tersenyum hingga menunjukkan deretan rapi giginya. Sangat lucu pikirnya melihat Jeffrey seperti itu.

"Don, tolong antar Miko ke mejanya." Athena memberi perintah kepada Doni sekaligus memberi tanda kepada yang lain bahwa sudah saatnya kembali bekerja. Athena menepuk lengan Miko sebagai penyemangat laki-laki itu. Semangat, kata Athena setelah Miko memberikannya kedipan mata genitnya.

"Atheㅡbu." Jeffrey hampir memanggil nama atasannya jika saja dia tidak ingat saat ini sudah masuk jam kantor. Dia akan meminta maaf dulu mengenai kemarin baru membahas yang lain. Lalu dia menyusul Athena. "Soal kemarin sayaㅡ"

"Liat ke depan, Jeff." Athena menyela tapi Jeffrey tidak mendengarkan. "Saya minta maaf soal Oma. Dia begitu karena susah nyebut nama Ibu."

"Iya nggak apa-apa. Sekarang liat ke depㅡ"

"Saya sudah kasih tahu dia gimana cara nyebut nama Ibu yang benar. Tapi dia nggak mau dengar."

"Iya, Jeff. Sekarang kamu liat ke depㅡkan!" Athena meninggikan suaranya tiba-tiba ketika Jeffrey menginjak lantai yang sudah diberi peringatan Awas Lantai Basah di sana dan terpeleset ke belakang. Membuat beberapa orang di lantai tiga itu melihat apa yang terjadi. "Aduh mas Ganteng kok bisa nggak liat ada tulisan lantai basah, sih? Ketutupan sama wajah cantiknya Sistah, ya?" kata Miko di lantai empat yang melihat kejadian di bawah bersama Doni.

Jeffrey meringis merasakan kepalanya berdenyut sementara Athena dan beberapa karyawan berjongkok membantunya untuk berdiri. "Ke rumah sakit ya, Jeff?" kata Athena dengan panik. "Kamu tadi jatuh bunyinya sampai nyaring begitu loh."

Wahai Athena, sebenarnya daripada sakit karena jatuh, Jeffrey lebih merasa sangat malu sekarang terutama di depan kamu.

Di sela-sela Jeffrey menutup mata merasakan denyutan di belakang kepalanya, tiba-tiba dia berpikir sesuatu, punya amnesia mendadak enak kali, ya? atau jadi pot bunga aja sekalian?

SECRETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang