"Cie tidur di rumah Hokage." Doni tertawa ketika Wandi menelpon Jeffrey di Burjo siang ini dengan wajah nakalnya. "Cie nggak mojok di rumah yang ada Eyang-nya. Cie lupa temen sampai nggak nelpon."
"Lupa kita dia, Wan." Doni menambahkan dan Jeffrey dapat mendengarkan tawa Ema di seberang sana. "Sepupu gue jangan diapa-apain ya Bapak Sekretaris," kata Ema.
"Ada Yaya sama Miko di sini." Jeffrey membalas dan memastikan bahwa teman-temannya di sana tidak berpikir yang aneh-aneh.
"Mereka siapa?" Doni bertanya kepada Ema.
"Athena bilang anak mereka." Doni dan Wandi sekali lagi tertawa membuat beberapa mata melihat ke arah mereka. "Padahal itu ART loh. Malah dijadiin bahan mainan anak-anakan. Geli gue." Ema menggindikan kedua bahunya sedikit jijik dengan permainan aneh yang dilakukan dua orang itu, tapi dia tersenyum karena Athena melakukan sesi curhatㅡjuga tanya jawab kepadanya kemarin malam untuk pertama kalinya. Salah satunya, "Kalau nonton berdua di ruang tengah bagusnya duduk di sofa atau di karpet aja? Apa aku harus buat cemilan lain? Tapi Jeffrey sudah punya banyak cemilan."
Ema ingat Athena tidak pernah melakukan ini ketika mulai tertarik dengan Andrea. Sangat aneh, pikirnya. Atau mungkin wanita itu sedang memainkan perannya? Perkataan Athena beberapa minggu yang lalu tiba-tiba muncul kembali di kepalanya. "Ema, kamu harus tahu satu hal. Laki-laki itu pada akhirnya akan bosan ketika mengejar sesuatu tetapi tidak ada hasilnya. Dan aku sekarang sedang mencoba melakukan itu kepada Jeffrey. Jadi kamu jangan terlalu berekspetasi tinggi."
Bermain anak-anakan juga masuk dalam perannya untuk membuat Jeffrey bosan? Ema tidak melihat itu sama sekali langkah yang tepat untuk membuat Jeffrey merasa bosan. Atau mungkin belum kali, ya? Atau Athena sudah sadar dengan perasaan dia sendiri? Ema mendesah sendiri memikirkan jalan pikir sepupunya itu. Lalu dia kembali mendengarkan Wandi berbicara di telpon. "Jauh-jauh ke Jakarta cuma ngehalu doang. Gimana gue sama Doni nggak ngataian lo tukang halu."
Ema sedikit menarik ujung lengan kemeja Wandi dan berkata, "Tanyain ke dia dong, Athena mana."
"Hokage dimana, Jeff?" Wandi mengubah pembicaraan mereka dan menekan loudspeaker di ponselnya karena di Burjo siang ini sangat ramai. "Ini Ema nanyain."
"Makan siang sekaligus reunian sama keluarga Ayahnya di PI." Jeffrey meniru jawaban Yaya kepadanya ketika dia keluar dari kamar tamu dan ART itu memberitahunya dimana Athena. Jeffrey berharap Athena tidak melewatkan jadwalnya dengan Kirnawan jam tiga siang ini. Karena dia tidak mungkin berangkat sendiri dan meminta Mikoㅡlaki-laki yang terlihat feminim itu untuk mengantarkannya ke lokasi pertemuan. "Dia gay, kata Miko kamu masuk tipe dia." Jeffrey merinding sendiri ketika mengingat perkataan Athena saat mereka menonton film.
"Lo gabut dong, sekarang?"
"Nyusun proposal proyek yang Doni sama Ema kerjakan di Brazil," jawab Jeffrey yang mendengarkan suara teman-temannya dengan earphone sementara tangannya mengetik di laptop. "Lo tahu tempat yang bagus nggak di Jakarta?" tanyanya kemudian mengingat Wandi adalah anak Jakarta yang baru pindah ke Yogyakarta sejak bekerja di Caridad.
"Bar?"
"Jakarta nggak cuma bar, Wan." Jeffrey memutar kedua matanya. "Maksud gue jalan-jalan biasa kayak di Malioboro atau Alun-Alun Kidul gitu loh."
"Cari sendirilah. Searching Google sana. Kayak susah aja hidup lo, Jeff. Jas aja sampai jadi berita Jakarta News kemarin." Itu suara Doni yang berbicara kepadanya. "Lo dan jas satu koma dua miliar itu jadi perhatian banyak orang. Kantor Caridad sekarang jadi makin banyak wartawan. Mereka selalu tanya berapa gaji setiap karyawan di sini, pusing gue lihatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)