14 | Kesempatan

19K 4.1K 516
                                    

Yang berdiri di sana itu Athena. Wanita yang berhasil membuat Jeffrey kecewa kemarin, sekarang berjalan ke arahnya dengan rambut yang diikat tinggi. Pemandangan itu seperti film yang bergerak lambat di matanya, lipstick cokelat, kemeja hijau sederhana, dan rambutnya yang bergoyang ringan. Rejeki banget lihat yang begini pagi-pagi. Itu hampir membuat Jeffrey tersenyum seperti orang sinting.

Bonusnya, ada aroma kopi yang menyapa hidungnya, ketika Athena sudah berdiri di depannya.

"Jeffrey."

Iya sayㅡ nggak, move on, Jeff!

"Selamat pagi, bu." Jeffrey memasang wajah seperti biasa. Di dalam hati sudah berperang batin antara move on atau tidak.

"Saya sudah melihat hasil pekerjaan kamu." Athena mengembalikan map yang dibawa Jeffrey kemarin untuknya. Jeffrey ingin tertawa tiba-tiba karena ini sangat lucu. Seumur-umur yang dia tahu, bawahan yang mengantar map kepada atasan. Bukan sebaliknya. Mungkin ini sebagai bentuk penyesalan pembicaraan dia kemarin, Jeffrey membantin lagi.

"Saya juga sudah menandatanganinya. Tapi Tevan sedikit menambahkan." Athena mulai berjalan dan Jeffrey mengekori di samping. "Dia minta tempat pertemuannya di lantai tiga puluh dua."

Dan tiba-tiba alis Jeffrey berkerut. "Lantai tiga puluh dua?"

Athena menutup kedua matanya sebentar sebagai balasan ya. "Dia menginginkan ruangan tanpa dinding-dinding kaca. Dan dia pikir lantai tiga puluh dua adalah pilihan yang tepat. Sudah saatnya orang-orang luar tahu kemampuan seorang Ema dalam menciptakan ruang-ruang pertemuan lain di dalam Caridad Corp." Athena mengulang perkataan Tevan kepadanya kemarin, sedikit tersenyum bangga kepada sepupu wanitanya sendiri.

Dan Jeffrey menatap sangsi ke arah lain. Bukan apa-apa, meski Ema Georgia Caridad masuk dalam salah satu wanita tercantik di Asia, tapi wajah wanita itu selalu muncul di setiap majalah-majalah bisnis dan namanya selalu ada di jejeran arsitek dunia. Ema berhasil menciptakan desain gedung yang tidak pernah orang perkirakan sebelumnya. Dan setiap gedung Caridad Corp yang ada di Indonesia ataupun di luar negeri adalah hasil dari ciptaannya.

Untuk Jeffrey sendiri, karya Ema adalah hal yang paling menakutkan, daripada menganguminya. Karena, seluruh desain gedung Caridad Corp identik dengan warna tidak jelas. Terlihat abstrak dan orang-orang menyukainya tapi Jeffrey tidak. Itu membuatnya pusing sendiri. Dan ruang pertemuan di lantai tiga puluh dua itu adalah puncak dari ketakutannya.

"Saya sarankan kita pakai lantai dua puluh lima saja, bu." Jeffrey menawar dan Athena mengangkat alis.

"Saya sudah berbaik hati tidak memberikan kamu SP karena mengingat perkataan kurang ajar saya kemarin kepada kamu. Dan kamu malah menawar, Jeffrey?"

Jeffrey menundukkan kepalanya sedikit ketika Athena menatap menyalang kepadanya. "Maaf, bu." Dan Athena menahan senyumnya ketika sektretarisnya mengeluarkan kata-kata legendarisnya, maaf bu.

Lalu Athena memulai pembicaraan baru di luar pekerjaan. "Mengenai kemarin, saya tidak bermaksud untuk membandingkan kamu dengan Wandi. Saya tahu kamu dan dia punya kemampuan masing-masing, seharusnya saya tidak berkata demikian kepada kamu."

Jeffrey diam mendengarkan, ini masih pagi dan mereka baru saja tiba di parkiran. Jeffrey sedikit beruntung karena tempat ini masih hanya beberapa orang yang datang. "Saya tidak tahu kalau keteledoran saya membuat kamu harus menunggu seperti orang bodoh kemarin dan dengan mudahnya meminta kamu untuk datang ke parkiran dari lantai limah puluh secara terburu-buru. Saya akan pastikan diri saya sendiri tidak akan memperlakukan kamu seperti itu."

"Satu lagi." Athena menghentikan langkahnya dan menatap Jeffrey. Wanita itu diam sebentar memerhatikan wajah sekretarisnya. Hari ini laki-laki itu menyisir rambutnya ke samping, begitu serasi dengan rahang tegas juga pandangan lurus kepadanya. Athena tersenyum. "Saya bangga kamu mau bekerja bersama saya. Kamu adalah sekretaris hebat, Jeffrey."

Jeffrey mengeraskan rahangnya secara samar, menahan untuk tidak berteriak seperti fangirl ketika atasannya tersenyum dan memujinya. Tahan, Jeff. Tahan.

"Sekarang saya akan berbicara kepada kamu sebagai seorang wanita, bukan atasan." Athena menatap ke arah lain sebentar mengalihkan perhatiannya kepada bibir bawah laki-laki itu yang terlihat penuh.

"Saya sudah tahu sejak lama kalau kamu memiliki perasaan kepada saya. Dan ketika saya berbicara kepada Andrea di kantin, kamu pasti mendengarkan alasan saya. Pada saat itu saya ingin kamu juga mengetahui bahwa saya juga tidak bisa menerima kamu."

Athena menemukan wajah Jeffrey mengerut dan ketika laki-laki itu akan berbicara, Athena memotongnya. "Saya berusia dua puluh delapan tahun dan kamu dua tahun lebih muda dari saya. Kamu sebaiknya memilih wanita yang lebih baik, Jeff. Di sisi lain, saya tidak ada waktu untuk memiliki perasaan emosional seperti itu. Pusat perhatian saya seluruhnya hanya untuk perusahaan besar ini. Saya sudah mengecewakan Andrea, maka saya tidak akan mengecewakan kamu lagi."

Athena berpikir dia sudah berbicara dengan tepat untuk mengutarakan pendapatnya kepada Jeffrey. Lalu dia menepuk beberapa kali pergelangan tangan sekretarisnya seperti seorang teman dan berkata, "Ayo ke atas."

Dan Jeffrey menahan wanita itu dengan satu pertanyaannya. "Saya boleh berbicara sebagai laki-laki sama Ibu?"

Athena mengangkat satu tangannya sebagai tanda pembicaraan mereka sudah selesai. Tapi Jeffrey berhasil memotong jalan wanita itu kemudian berdiri di depannya. "Awalnya saya berpikir untuk menyerah dengan Ibu. Tapi ketika mendengar perkataan tadi, saya harus menarik kata-kata saya kemarin."

"Kamu tahu, pusat perhatian saya hanya fokus kepada perusahaan, Jeff."

"Saya tahu. Tapi Ibu tidak membiarkan saya mencoba."

"Karena kamu tidak akan berhasil."

"Ibu adalah atasan saya, tapi Ibu bukan yang menentukan apakah saya berhasil atau tidak."

Athena mulai lelah dengan perdebatan emosional seperti ini. Sementara beberapa karyawan mulai menatap mereka dari kejauhan dan Athena berpikir untuk mengakhirinya sekarang juga.

"Jadi kamu mau saya melakukan apa?"

"Kasih saya kesempatan."

Athena mengerutkan dahi tiba-tiba. "Maaf?"

"Tolong kasih saya kesempatan. Karena saya sama sekali belum mencoba mengambil jarak dekat dengan Ibu sebagai seorang laki-laki."

"Dan kalau tetap tidak berhasil?"

Jeffrey terdiam sebentar, dua detik kemudian dia kembali berkata, "Saya akan berhasil. Dan Ibu akan melihatnya sendiri nanti."

Athena tersenyum miring. "Kamu menantang saya dengan hal konyol seperti ini, Jeffrey?"

"Saya menganggap hal konyol ini adalah hal yang paling serius yang pernah saya lakukan."

Athena menghela napas dan pada akhirnya mengangguk. "Lakukan saja. Tapi bedakan ketika dalam urusan bekerja dan tidak. Saya tidak akan segan mengeluarkan kamu, ketika kamu mulai kelewatan batas. Kamu mengerti, Jeffrey?"

Jeffrey mengangguk dan tersenyum, "Saya mengerti, bu." Sangat mengerti.

SECRETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang