"Padahal dia lebih sering lembur daripada karyawan yang lain. Dan kamu tetap memotong gajinya satu persen." Hery Tejakusuma Caridad menggelengkan kepalanya melirik kepada cucunya yang duduk bersila bersama dua orang pengrajin batik yang ada di depan rumah mereka saat ini. "Dia pasti sangat pusing sekarang memikirkan bagaimana mengatur keuangannya kembali."
"Riza cuma mengikuti peraturan dasar yang ada di kantor." Athena melihat Eyang-nya duduk di kursi dengan korannya. Lalu membiarkan laki-laki itu kembali menceramahinya, "Setidaknya sedikit bersimpati dengan keadaannya, Riza. Eyang mendidik kamu duduk di singgasana bukan untuk membuat semua orang tunduk kepada kamu. Bukan juga membuat kamu memotong beberapa persen gaji karyawan yang bekerja untuk kita. Dua belas ribu orang yang bekerja di bawah kita tidak pantas menerima itu hanya karena ingin mengatakan kalau pakaian dalam kamu terlihat di muka publik."
Athena melirik kepada dua pengrajin yang menahan tawanya ketika mendengar kalimat terakhir Eyang-nya dan dia menghela napas kasar dari hidung.
"Lagi pula Eyang tidak melihat apa yang Jeffrey lakukan kepada kamu itu salah." Hery sedikit menurunkan korannya agar dia bisa melihat wajah cucunya yang menggunakan koyo di lehernya. Dia kembali ingat acara televisi pagi tadi menampilkan berita utama wajah cucunya di sana. Sekarang dia dan semua orang tidak perlu bertanya-tanya lagi kenapa wajah wanita itu tidak ada di dalam berita online. Televisi adalah media paling besar yang paling pantas di dapatkan oleh Athena. "Dia hanya mengatakan alasan kenapa kamu harus memakai jas kamu kembali. Kalau dia memberitahunya bisik-bisik di depan banyaknya kamera, Eyang yakin kamu tidak akan senang dengan berita hubungan lain antara sekretaris dan ceo. Jadi adalah hal yang masuk akal kalau Jeffrey memilih untuk berbicara sedikit keras."
Hery melihat Athena tidak menyanggah apapun dari kalimatnya. Dan dia tahu bahwa wanita itu sedang berpikr sekarang.
"Jadi Riza harus mengembalikan satu persen itu ke dia lagi?" Hery tertawa karena Athena ternyata tidak menangkap inti kalimatnya.
"Kamu harus menghargai cara dia bekerja, Riza. Itu maksud Eyang."
"Bagaimana?"
"Bagaimana? Kenapa cucu aku sangat bodoh sekarang?" Hery meminum kopi tubruknya yang sudah mendingin setengah jam yang lalu. "Berbicara kepada dia. Berterima kasih karena dia melakukan tugas dengan baik. Berikan dia lebih dari satu persen itu sebagai bonus. Terakhir, turunkan sedikit ego kamu. Minta maaf."
Athena mengerutkan dahi, "Riza tidak punya masalahㅡ"
"Kamu memotong satu persen, Riza. Hanya karena hal sepele. Perlu Eyang mengulang pembicaraan awal kita?"
Hery kemudian meminta dua pengrajin batik itu untuk berisitrahat dan mengambil makan siang mereka sendiri di dapur, dia menggunakan waktu itu untuk membicarakan hal lain dengan cucunya. "Ketika kamu ada di Jakarta, Andrea ke sini. Dia membicarakan Jeffrey yang membiarkan jasnya untuk tamu. Aku tidak pernah melalukan itu untuk Athena, aku rasa Jeffrey adalah pilihan yang tepat untuk dia, itu yang Andrea bilang kepada Eyang."
"Tapi menurut Eyang kamu dan Jeffrey tidak ada kemajuan sama sekali. Apa kamu yang masih menutup diri? Atau kamu masih memiliki perasaan dengan Andrea?"
"Tidak tahu." Tidak tahu yang dimaksud Athena adalah, dia bingung harus menjawab apa dua pertanyaan Eyang-nya.
"Eyang bertanya kepada Andrea dan dia masih memiliki perasaan kepada kamu. Riza, kamu dan Andrea bisa kembali lagi. Eyang tahu tindakan kamu yang meminta berpisah itu sangat mendadak jadiㅡ"
"Tidak bisa." Athena menyela dengan suara santainya. "Riza sudah sangat yakin selesai dengan Andrea"
Hery mengangguk. "Kalau begitu kenapa kamu menjawab dua pertanyaan Eyang dengan tidak tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)