15 | Satu Hal yang Lain

20.6K 4K 189
                                    

( jangan mabok ya baca chapter ini )

"Santai, Jeff." Wandi menepuk bahu Jeffrey pada hari Jumat kemudian. Memberikan semangat ketika dewan-dewan dari Caridad telah datang bersama dengan beberapa pembicara dari Brazil. "Gue juga ikut ke dalam, kok. Nanti gue akan ikut berbicara kalau memang ada sanggahan yang sulit."

Jeffrey tersenyum terpaksa. Bukan itu yang dia takutkan. Yang dia takutkan adalah Tevan Benjamin Caridad. Presiden(1) yang mengambil posisi Chief Operating Officer di Texas itu, tengah berdiri di sana berbicara dengan beberapa dewan. Doni pernah mengatakan kepadanya, Tevan adalah laki-laki tenang dengan mulut setajam tombak berburu. Semua gagasan lo akan dibantah ketika dia menemukan sesuatu yang tidak selaras dengan apa yang ada, begitu kata Doni. Itu diperparah dengan tempat pertemuan yang paling Jeffrey tidak sukai. Dan tiba-tiba Jeffrey merasa telapak tangannya begitu dingin sekarang.

"Belum mulai, ya?" Ema muncul di hadapan Wandi dan Jeffrey dengan rok pensil selututnya. Hari ini wanita itu menggulung rambutnya menunjukkan bentuk wajahnya yang tegas. Sepintas Jeffrey menemukan kesamaan dengan wajah Athena ketika wanita itu mulai terlihat serius. "Sebentar lagi. Ruangan lagi dipersiapkan." Wandi menjawab.

Jeffrey sendiri terpaksa membawa Ema untuk hadir di pertemuan ini. Athena yang meminta kepadanya untuk membawa wanita itu juga. Daripada dia menggoda karyawan pria seperti ular. Lebih baik dia ikut pertemuan itu. Itu kata Athena kemarin kepadanya.

"Gue, ke toilet sebentar." Jeffrey berpikir dia harus menenangkan dirinya selama dua atau tiga menit. Lalu Jeffrey menghela napas panjang ketika dia menatap wajahnya sendiri di depan kaca wastafel, dan mencuci tangannya tanpa alasan. Lo sudah mempersiapkan semuanya. Tenang, Jeff. Jangan gugup.

*

"Faktanya, Caridad lebih banyak beroperasi di Asia. Maka dari itu untuk memperluasnya, Caridad mengambil kesempatan di Brazil setelah Texas. Tapi, Caridad tidak akan membuka perusahaan cabang mereka yang ke tujuh puluh di sana. Melainkan membuka lahan cokelat sebagai bentuk lapangan pekerjaan untuk 11,9% dari total penduduk yang merupakan pengangguran." Dua jam Ema sudah memerhatikan presentasi Jeffrey yang berdiri di tengah-tengah meja besar berbentuk U itu. Jeffrey terlihat mengagumkan dengan jas biru tuanya. Jangan lupa dengan tubuhnya yang begitu tinggi, Ema tersenyum miring ketika laki-laki itu tidak sengaja menatapnya. Athena, kamu pintar sekali memilih seorang sekretaris.

"Tahun 2015, Caridad mengalami penurunan sebanyak 4% di Amerika, ini karena cokelat yang diproduksi dari Asia ternyata tidak sesuai dengan dirasa oleh orang-orang di sana. Kemudian tahun berikutnya, Caridad membuka lahan sekaligus perusahaan cabang di Texas dengan pencapaian menakjubkan sebanyak 10%."

"Bagaimana dengan pemasarannya nanti?" Tevan bertanya untuk kelima kalinya kepada Jefftey yang berdiri di sana. Sementara beberapa orang dari Brazil mulai terdengar penasaran dengan jawaban sekretaris itu setelah mendengarkan penerjemah dari satu earphone. Kemudian satu pembicara dari Brazil yang menguasai bahasa Indonesia ikut menambahkan. "Brazil adalah negara perekonomian terbesar di Amerika Latin, saat ini tengah terguncang resesi ekonomi, saya kurang yakin jika hanya membuka lapangan pekerjaan. Bukankah jika membuka sebuah toko dan perusahaan cabang, jumlah hitungan persen pengangguran juga akan ikut menurun?"

Ema ingin tertawa ketika menemukan Jeffrey terlihat gugup, dan dia justru menambah pertanyaan ketiga kepada sekretaris itu. "Bank sentral Brazil sendiri memprediksi ekonomi negara mereka akan tumbuh positif 0,8% tahun depan, setelah dua tahun belakangan ini tenggelam dalam resesi. Kalau memang prediksi itu benar, saya pikir orang-orang di sana tidak akan bekerja di lapangan pekerjaan Caridad. Caridad akan mengalami kerugian untuk kedua kalinya di Amerika. Apakah Caridad juga mempunyai solusi dari ini?"

SECRETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang