"Bu."
Athena menatap sebentar sekretarisnya itu yang memakai kaos kusam dengan celana training hitam. Menatapnya dengan wajah tidak nyamanㅡlagi.
"Listrik padam itu bukan salah kamu, Jeff." Tadi, baru setengah jam mereka di pos dan Athena mulai memeriksa hasil kerja Jeffrey. Dan daerah kosan sekretarisnya itu tiba-tiba mendapat pemadaman bergilir. Hingga memaksa keduanya berjalan keluar mencari tempat charger mengingat daya batrai laptop dan ponsel yang menurun.
Athena mengambil charger miliknya di dalam mobil. Dan Jeffrey kembali ke kamarnya mengambil barang yang sama. Lalu kedua orang rupawan dengan pakaian babuㅡtidak bermaksud menyinggung pihak manapun, itu menempatkan tambatan hatinyaㅡmaksudnya tempat charger kepada Indomaret. Konbini versi milik Indonesia dengan beberapa saingan mart-mart lainnya di belakang. Syukurnya Jeffrey juga membawa terminal karena colokan yang tersisa di sana tinggal satu.
Tapi yang Jeffrey masalahkan di sini bukan listrik padam di kosannya. Dia sedikit risih sampai tidak bisa duduk dengan tenang karena pandangan orang-orang yang juga duduk di depan Indomaret bersama mereka. Dari mahasiswa, sampai bapak-bapak perokok. Dari remaja yang mencari wifi gratis demi bermain game online sampai ibu-ibu yang menyusui anaknya di tempat umum.
Semuanya mencuri-curi pandang kepada Jeffrey dan Athena. Dan laki-laki itu sadar apa yang membuat mereka tertarik melihat ke arah sini.
Athena yang menggunakan daster itu duduk bersila di kursi. Athena, atasannya yang sekarang sedang minum produk ABC rasa kacang hijau itu sangat serius dengan laptopnya dan terus membicarakan masalah pekerjaan mereka di depan umum.
Pakaian daster jelas tidak sesuai dengan pembicaraan wanita itu yang tinggi dan Jeffrey yang terus memanggil atasannya itu 'Ibu' sudah menjadi alasan yang logis untuk membuat orang-orang menatap kepada mereka.
Orang-orang mungkin ngira, gue anaknya Ibu Athena kali ya. Gue manggil dia ibu mulu habisnya.
Sebenarnya Jeffrey terlalu kepala besar berpikir demikian.
Karena sesungguhnya, orang-orang itu menatap mereka dengan pikiran 'maling'.
Iya, orang-orang di sana mengira keduanya adalah gembel yang baru saja mencuri barang-barang mahal.
"Jeffrey," Athena sedikit meninggikan suaranya ketika menemukan sekretarisnya itu melamun, "Kamu saya panggil dari tadi malah ngelamun."
"Maaf bu kalau saya lancang tapi," Jeffrey sedikit memajukan kepalanya ke telinga Athena dan berbisik, "Tolong, jangan terlalu keras membicarakan pekerjaan di sini. Orang-orang kira kita ibu dan anak. Kalau bisa, kita pindah aja bu. Biar saya enak juga duduknya. Tegang soalnya."
"Hah?" Athena mengerutkan dahinya menangkap sesuatu yang aneh dari kalimat terkahir sekretarisnya. "Maksud kamu dengan tegang apa, Jeffrey?"
Jeffrey reflek menutup mulut atasannya itu yang kelewat nyaring. Tuhan, ini suara nggak bisa dikecilin apa.
Jeffrey kemudian menarik tangannya dari mulut wanita itu dan meminta maaf untuk kesekian kalinya.
"Maksud saya pandangan orang-orang itu buat saya nggak nyaman, bu. Makanya saya tegang."
"Kamu turn on gitu? Karena mereka liatin kamu?"
Aduh tolol banget. Jeffrey menepuk jidatnya sendiri. Ini juga kenapa pembicaraan kita jadi membiru begini sih!
"Saya risih diliatin, bu. Itu maksud saya. Bukan turn on mau begituan." Jeffrey bersuara dan memastikan hanya atasannya yang dapat mendengarkan. Dengan mengusap dadanya sendiri, Jeffrey menghela napas lega ketika Athena pada akhirnya mengangguk mengerti kemana arah pembicaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)