Dua hari kemudian, pembicara dari Brazil telah menghubungi Jeffrey dan menyetujui pembangunan lahan cokelat Caridad di sana. Setelah berita itu naik ke permukaan di media masa, Jeffrey mulai menerima beberapa telepon dari investor aktif juga pasif yang jauh-jauh sebelumnya sudah mengkonfirmasi menawarkan diri bergabung dengan pembangunan besar itu. Jeffrey sudah menolak semuanya dengan alasan bahwa Caridad adalah perusahaan berbasis bootstrapㅡalias bergerak dengan pendanaan sendiri tanpa campur tangan investor apalagi bussines angle(1). Jeffrey juga sudah menghubungi manajer kontruksi, suveryor kuantitas, dan beberapa orang yang berperan besar dalam pembangunan pabrik cokelat itu nanti. Dan Ema adalah orang terakhir yang Jeffrey hubungi. Tapi wanita itu tidak mengangkatnya sama sekali, jadi Jeffrey harus kembali ke ruangan Athena dan mengatakan hal itu.
Ketika Jeffrey akan mengetok pintunya, dia ragu.
Anjir, muka gue yang ada bunga mawar itu... aduh Tuhan. Jeffrey menutup matanya dan mendesis samar. Sangat memalukan untuknya jika harus berhadapan dengan Athena. Dua hari belakangan ini, dia sudah berhasil menghindari kontak mata dengan Athena walaupun sesekali Jeffrey harus kembali ke ruangan wanita itu dan membawakan teh, atau dokumen penting.
Dan hari ini, Jeffrey mau tidak mau harus berbicara dan berkontak mata langsung dengan Athena jika sudah berhubungan dengan Ema.
Ok, lo bisa, Jeff. Jeffrey menghela napas dahulu dan mengangguk sendiri.
"Ya, masuk." Suara Athena memberi intruksi dengan nada datar ketika Jeffrey sudah mengetok pintu dan membukanya. Athena pada saat itu sedang membaca sesuatu di lembaran-lembaran putih yang menumpuk di sisi meja dengan sesekali matanya bergeser ke arah laptop. "Ada apa, Jeff?" tanya Athena tanpa menatap sekretarisnya.
"Saya sudah menghubungi orang-orang yang akan terlibat dalam pembangunan kita di Brazil nanti, bu."
Athena mengangguk, "Apa ada masalah lain? Nada suara kamu sedikit turun." Athena meletakkan kacamatanya dan menautkan jari-jarinya di bawah dagu dan menatapnya dengan pandangan lurus.
Tiba-tiba Jeffrey merasakan aura Tsunade kembali mengelilingi isi ruangan atasannya.
"Emaㅡmaksud saya Ibu Ema tidak bisa dihubungi. Saya pikir, kalau dia keberatan untuk ikut dalam proyek ini, kita bisa menggantikannya dengan arsitek lain. Saya punya beberapa rekomendasi bagus dari Indonesia dan Laos."
Athena menggeleng dan mulai mencari ponselnya sendiri, "Kita punya arsitek kita sendiri. Jangan pakai orang lain."
Jeffrey mengerutkan dahinya karena perkataan Athena sedikit meremehkan kemampuan orang lain. Dan ketika Jeffrey akan mengutarakan pendapatnya lagi, Athena menyela, "Kamu jangan salah paham. Saya cuma ingin membuat Caridad mempunyai ciri khas sendiri dalam desain bangunannya. Dan Ema berhasil menonjolkan itu."
"Kalau yang kamu maksud itu arsitek Johan Pradipta dari Indonesia, dan Axel Banning dari Laos, maka saya tetap akan menolak. Mereka sudah dikontrak oleh perusahaan HÓL, dan beberapa perusahaan makanan yang merupakan saingan kita. Pembayarannya tentu akan berkali-kali lipat jika kita menggunakan mereka yang sudah memiliki kontrak."
Jeffrey mengangguk, "Jadi, saya tetap menghubungi Ibu Ema?"
Athena menggerakan satu tangannya pertanda menolak. "Biar saya nanti." Lalu wanita itu memasangkan kembali kacamatanya dan melanjutkan perkataannya, "Meeting dimulai jam berapa, Jeff?"
Jeffrey mengerutkan dahi samar selama beberapa detik, "Satu jam lagi, bu." Kalau dipikir-pikir selama Jeffrey bekerja di sini terhitung empat kali Athena mau mengikuti sebuah rapatㅡitupun jika bukan hal yang sangat penting atasannya tidak akan ikut serta. Sesuatu yang langka memang jika Athena bergabung dengan rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)