( judul sebelumnya aku ganti karena diedit untuk beberapa hal )
"Van, saya boleh lihat rekapitulasi anggaran kesehatan bulan kemarin?" Jeffrey mendatangi meja Ervan dibagian Health Officer dan menemukan beberapa orang meliriknya. Jeffrey sangat jarang menginjakan kakinya di bagian ini jika tidak perlu-perlu sekali. Biasanya dia akan berbicara dengan Ervan melalui telepon internal. Dan Ervan tahu, jika Jeffrey sudah masuk ke mejanya, maka pasti itu perintah langsung dari Athena atau memang ada perhitungan pengeluaran di sini yang sedikit melenceng.
"Duduk di kursi saya aja, Pak." Ervan berdiri dan sangat tidak nyaman melihat Jeffrey harus membungkukkan badannya untuk menatap layar komputernya. Tapi Jeffrey meliriknya dengan senyuman terpaksa pertanda mood-nya memang sedang tidak bagus ditambah kondisinya memang kurang fit hari ini.
"Santai aja, saya cuma mau lihat sebentar kok. Kamu duduk aja," jawabnya mencoba terdengar ramah.
"Tumben Bapak datang sendiri nge-cek ini? Biasanya nunggu saya langsung ke ruangan Bapak." Ervan kembali duduk dengan posisi tubuh sedikit gugup karena perawakan sekretaris ini sangat mendominasi. Jeffrey mengerutkan dahinya ketika dia melihat layar komputer itu lalu beralih ke tablet yang dia bawa. Kemudian Jeffrey membalas perkataan Ervan tidak relevan, "Saya dapat laporan dari manajer keuangan soal pengeluaran tiga juta diluar pembangunan pabrik sama pemasaran. Langsung dicairkan semuanya pula. Kamu bisa jelaskan ada apa? Karena kalau ini sampai ibu Athena tahu, bukan cuma saya yang kena, kamu bersama tim kamu juga bagian keuangan kena amukannya." Amukan yang dimaksud Jeffrey di sini bukan tingkah atasan mereka yang akan melempar barang tidak jelas, melainkan pandangan mengerikan juga kata-kata kejamnyaㅡbelum lagi potong gaji berapa persen, semoga yang terakhir itu jadi angan semata.
Ervan yang terlihat kurus dengan kulit pucatnya mendadak menatap ke arah lain ketika Jeffrey melihatnya. "Pak Firman kemarin minta biaya pengobatannya dicairin cepat."
Jeffrey menghela napas sebentar dan membalas, "Bukannya kuintansinya harus dicek baru dibikinkan permintaan pengeluaran dana ke keuangan?" Jeffrey melirik lagi layar komputer itu dengan wajah sedikit kesal. "Mana itu Dokter dari non kerjasama dengan perusahaan pula."
"Pak Firman sakit apa memangnya?" tanya Jeffrey lagi.
"Buat istrinya ke Dokter kecantikan, Pak." Jeffrey menghela napas untuk kesekian kalinya, ini sudah hampir malam dan dia tidak makan apa pun dari pagi. Pagi tadi hingga sore ini, banyak sekali laporan masuk yang membuatnya harus menahan emosi. Tapi dari sekian banyak laporan tidak menyenangkan itu, kata-kata Ervan inilah yang paling membuat wajahnya semakin kusut. Astaga Tuhan, Jeffrey memijit pangkal hidungnya. Mentang-mentang pengobatan ditanggung perusahaan main seenaknya aja minta dicairin cepat.
Bukan masalah besar kecilnya nominal yang dikeluarkan, Athena hanya tidak menyukai pengeluaran dana mendadak diluar perencanaan. Walau perusahaan menanggung biaya pengobatan karyawan beserta istri atau suami dengan dua orang anak, tapi perusahaan sudah menentukan berapa jumlah pembayaran yang ditanggung sesuai masing-masing divisi. Para Dokter yang berkerja sama dengan perusahaan ini juga tidak ada yang dari klinik kecantikan. Maka sudah dipastikan dosa pak Firman ini double.
Sudah pakai fasilitas melebihi yang ditentukan, melanggar estetik pula.
"Kalau ibu Athena tahu, bapak bisa bicarakan baik-baik? Jujur, saya agak gugup kalau ngelihat dia marah." Ervan berkata sedikit panik dan matanya terangkat kepada Jeffrey dan berharap kalau sekretaris itu bisa menangani masalahnya.
Yang ditatap memutar matanya jengah. Sudah pasti yang paling banyak kena amukannya gue lah. Duh, padahal baru aja hubungan gue sama dia maju satu langkah. Masa iya mundur selangkah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)