Athena baru saja kembali dari kios kecil di dekat kantor. Membawa beberapa roti kacang dan minuman ABC kacang hijau kesukaannya di dalam plastik kecil. Melewati beberapa karyawan dan mengangguk merespon sapaan mereka. Masuk ke dalam lift kemudian keluar di lantai tiga puluh. Athena berpikir untuk bertemu dengan Wandi membicarakan marketing tentang peluncuran produk mereka di pertengahan tahun nanti.
Athena melangkah dengan langkah panjang dan tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika dia melihat Jeffrey melakukan video call berinteraksi menggunakan gerakan tangan di sanaㅡAthena tahu laki-laki itu sekarang sedang berbicara dengan Ibunya. Posisi Jeffrey pada saat itu sedikit membelakangi Athena sehingga dia tidak tahu bahwa atasannya tengah melihatnya dari kejauhan.
Athena membiarkan Jeffrey berbicara di telpon sementara dirinya masuk ke dalam ruangan Wandi. Tapi itu tidak terjadi, karena Jeffrey mendengar langkah sepatu hak tinggi Athena dan menoleh. "Bu," Athena mau tidak mau berhenti lagi. Menatap sekretarisnya sebentar lalu ke arah seseorang yang ada di layar ponsel laki-laki itu. "Lanjutin aja, Jeff. Nggak apa-apa." Athena kemudian masuk ke dalam ruangan Wandi.
Dua puluh lima menit kemudian Athena sedikit terkejut menemukan Jeffrey berdiri di depan ruangan Wandi menatapnya dengan pandangan sedikit takut. Athena tidak bertanya karena dia tahu kenapa, jadi hal yang dilakukan Athena selanjutnya adalah berpura-pura tidak mengerti dengan ekspresi takut wajah sekretarisnya. Lalu mencoba berjalan lebih dulu dan ternyata Jeffrey mengikutinya dari samping.
"Maaf, bu."
Athena mengangkat satu alisnya. Sedikit menahan tawa. "Untuk apa?" Athena sekali lagi bertingkah seperti tidak mengerti hanya untuk melihat ekspresi lucu sekretarisnya.
"Saya video call sama orangtua saya. Saya nggak tahu ada Ibu."
"Orangtua priosritas utama, bahkan ketika kamu sedang ada dalam kegiatan sangat penting mereka harus dinomor satukan, Jeff." Athena melihat Jeffrey ketika di depan lift lalu tersenyum begitu cantik dengan lipstick merah pekatnya. "Jangan minta maaf kalau karena itu."
Ketika lift terbuka, Jeffrey membiarkan Athena masuk terlebih dahulu dan memerhatikan tombol yang ditekan oleh atasannya. Lima puluh tiga. Jeffrey sedikit mengerutkan dahinya.
Lima puluh tiga adalah lantai dimana hanya ada ruangan santai, juga beberapa blok ruangan berukuran sedang khusus merokok. Dan Jeffrey yakin Athena bukan perokok dan dia adalah orang yang sibuk, tidak mungkin wanita itu hanya duduk di sana dan memandang gedung-gedung tinggiㅡtipikal wanita seperti Athena tidak cocok seperti itu, pikir Jeffrey.
"Kamu sudah makan siang, Jeff?" Athena bertanya dengan mata yang menatap jam tangannya. "Saya mau bicara sama kamu."
Oh, gitu ya. Jeffrey mengerti sekarang kenapa Athena memilih lantai lima puluh tigaㅡdia ingin berbicara dengan Jeffrey mengenai hubungan mereka. Mungkin.
Jadi Jeffrey menjawab dengan senyuman, "Sudah, bu."
Lalu Athena tidak berbicara, menunggu lift terbuka dan pada saat matanya memastikan bahwa hanya ada mereka berdua yang ada di lantai itu, Athena memutar tubuhnya dan menatap Jeffrey. Menunjukkan layar ponselnya kemudian.
"Saya penasaran kenapa kamu bisa melakukan seperti yang ada di gambar ini, Jeff."
Jeffrey melebarkan matanya karena ternyata Athena menyimpan foto dirinya dengan bunga mawar di galeri wanita itu. "Ibu, nyimpan foto saya?" Jeffrey bertanya spontan dan sepertinya pertanyaannya itu berhasil membuat Athena sedikit tersentak lalu wanita itu melipat kedua tangannya ke depan sebagai bentuk eskpresi melindungi diri. Jeffrey menahan dirinya untuk tidak tersenyum ketika dia tahu maksud gerakan tubuh wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)