miss me? -jeffrey
****
"Kalau lo noleh ke arah jam tiga, lo akan melihat penampakan seorang bucin."
Wandi mengikuti perkataan Doni dan menemukan Jeffrey berdiri di mesin fotocopy tersenyum sendiri dengan telinga merahnya. Wandi menggeleng dengan decakan lidahnya.
"Biarin aja. Dia lagi kesenengan itu." Wandi kembali membaca laporannya dan meminum kopinya sendiri.
"Masih pagi dan dia sudah kayak orang sinting aja," komentar Doni.
"Ya, wajarlah dia kayak orang sinting. Lo nggak tahu aja kemarin apa yang Hokage lakuin ke dia." Kemarin Wandi ingat, ketika dia menemukan Jeffrey diam sendiri mematung di lift seperti orang bodoh dengan wajah peluh keringat. Wandi pikir, sekretaris itu sakit. Nyatanya tidak. Jeffrey menceritakan semuanya dengan suara gemetar dan Wandi menghela napas panjang memaklumi sikap Jeffrey dan tindakan Athena yang membuat laki-laki itu menjadi sinting pagi ini.
"Kenapa emang?" Doni memutar kursinya dan menggesernya kepada meja Wandi. Wandi mengangkat kedua bahunya.
"Selesain kerjaan lo aja." Wandi melirik ke arah lain ketika mendengar bunyi sepatu wanita mendekat. Ema di sana berjalan dengan langkah panjang mendekati meja Doni. Sesaat kemudian Wandi menghela napas lagi ketika mendengarkan Ema dan Doni beragumen di sampingnya. Sen, kapan lo balik? Gue kangen. Wandi menatap foto berukuran kecil dirinya dan Sena yang dia tempel di sudut komputernya. Sena adalah kekasihnya selama empat tahun dan sekarang wanita itu berada di Ohio mengejar karirnya. Wandi dan Sena sudah setengah bulan tidak berkomunikasi, itu membuat mood-nya sedikit jelek. Tapi Wandi berhasil mengontrol dirinya sendiri dengan baik.
"Cie, bucin lagi kangen." Jeffrey tiba-tiba datang mengejek dan menatap Wandi dengan senyuman miring. Alisnya dia gerakan ke atas dan ke bawah dengan menyebalkan.
"Heran gue, kok ada ya orang yang nggak ngaca kayak lo." Wandi mengabaikan Jeffrey mencari sumpalan yang bagus untuk menutup telinga kirinya yang berdengung karena suara Doni dan Ema cukup menyakiti telinganya.
"Ya ngapain gue ngaca kalau sama-sama bucin?"
"Oh, ngaku?"
"Ya nanti dia yang bucin sama gue."
"Siapa? Hogake?" Wandi melirik dengan senyuman remeh. "Makanya gue sering ngatain lo halu ya gara-gara ini. Suka mengkhayal yang nggak akan kejadian."
"Ya biarin aja sih. Ganggu kesenangan orang aja lo." Jeffrrey mendecak dan mendesis bukan karena perkataan Wandi, melainkan Doni dan Ema yang masih berteriak juga mengumpat satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)