"Saya ganti bensin kamu ya, Rindra?" Athena memegang helm yang diberikan Rindra padanya. Rindra akan mengantarkannya pulang ke rumah karena Jeffrey meminta bantuannya. Tapi mahasiswa semester empat itu melihatnya dengan cengengesan lucu. "Mekdi aja gimana kak?" tawarnya dengan logat Jawa kental. "Aku laper e, tanggal tua belum dikirim orangtua."
Athena memutar matanya tapi tersenyum. "Iyaudah ayo ke sana." Rindra membawa motor matic itu dengan siulan senang, ketika lampu merah menyala, dia bertanya, "Rumah kakak di mana? Biar nyari mekdi deket sana aja gitu."
"Kalau di malbor(*) aja gimana Rindra? Di Sudirman agak jauh, rumah saya di belakang keraton, di altar-nya," balas Athena. Rindra mengangguk.
Butuh waktu satu jam untuk sampai ke sana melewati jalan Malioboro yang ramai. Athena sudah menutup jas yang dipakainya dengan hoodie Jeffrey, tapi Rindra menemukan beberapa orang di dalam restoran cepat saji itu masih menatap wajah Athena. "Rindra kamu mau pesan apa?" Lalu perhatiannya teralihkan ketika Athena menanyakan makanan yang dia inginkan.
Ketika mereka sudah menemukan tempat yang tersedia Athena memperhatikan Rindra yang berdoa lalu tersenyum padanya. "Kamu ambil jurusan apa Rindra, kalau saya boleh tahu." Athena bertanya di sela-sela laki-laki itu memisahkan daging ayam dengan kulitnya. "Ilmu Komunikasi, kak," balas Rindra.
"Saya tebak kamu sering dengar komentar 'ngapain belajar hal yang sudah biasa dilakukan manusia sehari-hari' kan?" Athena tersenyum karena Rindra mengangguk semangat seolah wanita itu sangat tahu penderitaannya.
"Bener banget! Padahal ya kak, ilkom nggak cuma ngobrol, nulis, atau cerita doang. Ya bener sih kalau semua manusia itu bisa komunikasi tapi nggak semua mereka paham gimana caranya. Komunikasi itu kayak pisau bermata dua. Dia bisa jadi solusi dan konflik."
"Saya suka pemikiran kamu." Rindra tertawa ketika Athena memujinya. Dilihatnya wanita itu hanya memesan kentang goreng berserta soda. "Kakak nggak makan nasi?"
Athena menatapnya sebentar sebelum kembali mencolek kentang gorengnya dengan saus sambal. "Sebenarnya jam segini saya sudah nggak makan apa-apa lagi. Tapi untuk kamu, saya rela makan kentang goreng besar sama soda."
"Bisaan banget dah." Rindra terkekeh dan kembali bertanya, "Menurut kakak sendiri jurusan aku itu gimana?"
"Saya lebih melihat ilkom itu susah sih." Athena mengunyah dengan menopang dagunya membuat kesan imut dimana Rindra tanpa sadar menatap wajahnya. "Apalagi tugas memproduksi penyiaran televisi. Kamu harus memikirkan bagaimana program-program itu dieksekusi, mulai dari tahap praproduksi sampai pascaproduksi. Itu belum ditambah dengan tugas-tugas dari mata kuliah lainnya." Athena dan Rindra berdecak seperti cicak secara bersamaan membayangkan hal itu lalu keduanya tertawa ketika menyadarinya.
"Kakak dulu jurusan ilkom juga? Keliatan tahu banget derita anak-anak di jurusan aku."
"Sepupu saya pernah mengambil jurusan itu. Jadi saya sedikit-sedikit paham," jawab Athena sambil mengingat Tevan dulu yang mengambil kosentrasi Ilmu Komunikasi di tingkat Sarjana. "Saya punya beberapa pemahaman kasar kalau ingat sepupu saya dengan ilkom, itu saya gunakan sampai sekarang saya bekerja," lanjutnya.
"Oh ya? Apa kak?"
"Ambil contoh ketika meeting saja, ya. Ketika komunikasi berlangsung, saya akan melihat siapa yang terlibat, bagaimana prosesnya, melalui apa, mengapa itu bisa terjadi, lalu apa akibat yang ditimbulkan. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek itu, saya membuat pesan atau keputusan yang efektif—alias yang bisa dimaknai dan dipahami dengan baik oleh orang lain. Ketika saya memberi pesan atau keputusan yang efektif, saya berharap mendapat feedback yang baik dari para pendengar."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY
RomanceBukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)