×2°

4.3K 643 36
                                    

"Wah, Seoul!"

Seorang pemuda manis menatap antusias langit kota Seoul dan juga tanah yang sekarang ia pijaki. Sekarang sudah bukan lagi di Busan. Dia sudah berada di Seoul. Ini pertama kalinya Yang Jeongin berdiri di tanah kota Seoul.

Yang Jeongin, pelajar kelas 2 SMA dari Busan. Dia mengikuti program pertukaran pelajar ke salah satu SMA Internasional di Seoul selama satu semester ke depan. Jeongin mengikuti program pertukaran pelajar sebagai syarat mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.

Sejak tiba di stasiun di Seoul, Jeongin kebingungan mencari kerabatnya yang akan menjemputnya di stasiun. Ya, Jeongin punya kerabat yang tinggal di kota Seoul, tetapi mereka hampir tidak pernah bertemu. Terakhir mereka bertemu itu ketika Jeongin masih berusia 5 tahun. Jeongin tidak ingat pasti seperti apa rupa sepupunya tersebut, yang dia ingat hanya namanya.

"Langitnya mendung, sepertinya akan hujan," celetuk seseorang yang duduk di samping Jeongin. Sedari tadi, Jeongin memilih menunggu kerabatnya di halte depan stasiun.

"I-iya," ucap Jeongin tersenyum canggung pada lelaki muda yang duduk di sampingnya tersebut.

Lelaki itu mengamati Jeongin, "Kau menunggu seseorang, ya?"

"Begitulah."

"Kau bukan dari Seoul, ya?"

"Aku dari Busan," jawab Jeongin berusaha bersikap ramah pada orang asing.

"Busan, ya."

Benar ucapan lelaki muda tampan tersebut. Selang beberapa menit, rintik-rintik hujan mulai turun dari langit. Semakin deras, hingga suhu udara menurun. Jeongin merapatkan jaketnya agar tidak kedinginan.

"Ini." Lelaki muda tampan tersebut menyodorkan sebuah payung dengan model transparan pada Jeongin.

"Huh?" Jeongin tidak paham mengapa lelaki itu menyodorkan payung padanya.

"Kurasa kamu lebih butuh ini dibandingkan aku, jadi kupinjamkan ini padamu," jelas lelaki itu dengan senyum manisnya.

"Aaa, terima kasih banyak," kata Jeongin menerimanya, meski dengan agak canggung.

Lelaki itu kembali menatap Jeongin, "kalau boleh tahu, siapa namamu?"

"Yang Jeongin."

"Jeongin? Ah, namamu Jeongin," ucapnya mengingat-ingat nama Jeongin seolah itu adalah hal yang sangat penting, "nama yang bagus, seperti dirimu."

Jeongin meringis dan kembali tersenyum dengan canggung. Orang di sampingnya ini sangatlah sok akrab, tapi dia orang yang baik.

"Itu mobil jemputanku, aku pergi dulu." Lelaki itu berdiri tepat saat sebuah mobil hitam berhenti di depan halte. "Senang berkenalan denganmu, Yang Jeongin."

"Hati-hati di jalan." Jeongin melambai kecil.

Lelaki itu menerobos hujan untuk masuk ke dalam mobil, namun dia berhenti sebelum masuk ke dalam mobil. Menoleh ke arah Jeongin. "Kalau kau bertanya namaku, namaku adalah Lee Minho. Ingat itu baik-baik!"

Dan berakhirnya ucapan lelaki bernama Minho itu, dia segera masuk ke dalam mobil dan mobil tersebut melaju meninggalkan area halte dekat stasiun.

Jeongin masih setia pada tempatnya tunggu, menunggu sepupunya. Dia sudah mengirim pesan pada si kerabat yang merupakan kakak sepupu Jeongin untuk menjemputnya di halte. Tetapi dia tak kunjung datang menjemput Jeongin.

Lee Minho.

Hm. Jeongin berharap bisa bertemu dengan orang itu lagi. Tentu saja untuk mengembalikan payung yang ia pinjamkan pada Jeongin. Orang itu tampan dan sepertinya umurnya sedikit lebih tua dari Jeongin. Kalau dilihat, agaknya dia adalah seorang mahasiswa.


"Yang Jeongin, benar?"

Jeongin hampir melempar ponselnya karena terkejut mendapati seorang pemuda dengan lesung pipi tiba-tiba berada di depannya. Jeongin menyipitkan matanya, seperti mengenali orang ini.

"Bang Chan?" Tanya Jeongin memastikan.

Orang itu tersenyum, "Tepat sekali! Akhirnya aku menemukanmu, maaf aku sedikit terlambat karena ketiduran tadi."

Bang Chan. Sepupu Jeongin. Dia tinggal di apartemennya sendirian, sejak dia memutuskan untuk kuliah di Seoul. Dia juga membuka sebuah kafe yang dikelolanya bersama sahabat-sahabatnya.

"Tidak masalah, Kak. Lagipula ini hujan, ngomong-ngomong Kak Chan kok enggak basah kuyup?" Jeongin memiringkan kepalanya, mengamati pakaian Chan yang tidak basah oleh air hujan.

Chan tertawa, "aku memakai jas hujan tadi saat naik motor, jadi aman. Hanya celana bagian bawah yang basah." Chan melirik payung yang dibawa Jeongin. "Huh? Kamu tukang antisipasi, ya? Sampai bawa-bawa payung segala."

"Ini bukan punyaku, seseorang meminjamkannya untukku."

"Haha, terserahlah. Ayo kita pulang, hujannya sudah agak reda."

Ini mungkin akan menjadi awal yang baik untuk kehidupan baru Jeongin di kota Seoul. Enam bulan ke depan, dia akan tinggal dan menuntut ilmu di ibukota. Semoga dengan awal yang baik ini, Jeongin juga mampu mengakhiri ceritanya di Seoul dengan baik pula.



~TBC~

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang