×36°

1.8K 376 24
                                    

"H-hyunjin?!"

Jisung dan Felix masih dalam keterkejutan mereka akan kehadiran Hyunjin sekarang, terutama Jisung dia adalah orang yang paling terkejut akan keberadaan Hyunjin sekarang. Jisung tidak menyangka kalau Hyunjin akan tahu soal hal ini.

"Bisa kau ulangi sekali lagi Han Jisung? Aku ini hanya alat untuk mendapatkan apa yang kau mau, begitu?" Hyunjin menatap tajam Jisung. Aura dinginnya kembali muncul.

Jisung meneguk salivanya. Perasaannya campur aduk antara takut dan khawatir. Well, Jisung yakin sekarang Hyunjin terlihat marah, sangat marah. Pemuda berpipi tembam itu kemudian mundur selangkah, menarik Felix ke depannya agar menjadi tameng dari serangan Hyunjin.

Melihat reaksi Jisung, Hyunjin malah tergelak dengan nada mengejek.

"Hey. Aku bertanya padamu lagi, jadi aku ini hanyalah alat yang kau gunakan agar kau bisa mendapatkan cinta Minho? Busuk sekali kau!" Kata Hyunjin masih dengan kekehan meremehkan. Jujur, dia sangat marah pada Jisung.

"H-hyunjin, aku bisa menjelaskannya padamu soal Jisung, dia--"

"BUSUK SEKALI KAU! KAU TEGA MENYAKITI JEONGIN DARI BELAKANG! KAU SEBUT DIRIMU TEMAN YANG BAIK BAGI JEONGIN?! PAYAH!"

Emosi Hyunjin tak tertahankan. Matanya menatap tajam Jisung. Jari telunjuknya teracung sempurna ke arah Jisung yang masih menunduk ketakutan di belakang Felix. Felix pun hanya mampu terdiam mendengar bentakan Hyunjin yang memotong kalimatnya.

"KAU HANYA MENJADIKANKU ALAT AGAR JEONGIN JAUH DARI MINHO?! APAKAH KAU TIDAK MEMILIKI CARA LAIN UNTUK MENDAPATKAN PERHATIAN MINHO?! DASAR KEPARAT!"

Oke, sekarang Hyunjin benar-benar menghancurkan mental Jisung. Pemuda berpipi tembam itu bahkan tidak berani mengangkat kepalanya bahkan untuk sekadar menatap Hyunjin.

"Jangan harap kalian bisa melihatku lagi di tim proyek game!" Putus Hyunjin sebelum pergi menuju ke kelasnya.

Kepala Felix tertunduk. Cepat atau lambat pasti ada yang menyadari hal ini, entah itu Hyunjin, Jeongin, atau Minho, sepandai apapun Jisung menyembunyikannya. Kini Hyunjin sudah tahu segalanya, tinggal menunggu saja pemuda itu bercerita pada Minho soal hal ini dan itu menjadi pertanda bahwa perjuangan cinta Jisung sudah berakhir.

Di sisi lain Jisung terisak mendengar kalimat-kalimat tajam dari Hyunjin. Dia masih bersembunyi di balik Felix dan terisak di punggung sahabatnya tersebut.

"Hey, ada apa ini?" Jeongin yang baru berangkat menatap bingung Felix yang terlihat sendu dan Jisung yang menangis di belakangnya.

"Kau tidak akan percaya apa yang sudah terjadi barusan, Jeong."

Jeongin mengernyitkan dahinya. Apa yang sudah terjadi pada kedua teman baiknya itu?

***

Changbin menghela napas kasar mendengar cerita Felix soal Jisung. Pantas saja Jisung tidak membalas sapaannya saat makan di kafeteria ketika jam istirahat dan sekarang Jisung izin tidak pulang terlebih dahulu.

"Hah, anak itu...," Changbin menghela napas untuk yang kesekian kalinya, "...kenapa dia selalu memikirkan soal Kak Minho sih? Bahkan sampai berpikiran seperti itu, wajar kalau Hyunjin sampai mengatainya seperti itu. Makanya aku bingung mengapa Jisung tiba-tiba merekomendasikan Hyunjin untuk masuk lagi, padahal kita sudah sepakat untuk tidak mengurusi Hyunjin lagi, ternyata dia punya rencan dengan Hyunjin sebagai pion utamanya."

Felix menatap kosong lurus ke depan. "Aku juga tidak tahu. Terkadang cinta bisa membutakan mata dan telinga seseorang, maka dari itu seharusnya kita dapat melawan cinta dengan logika otak kita."

Changbin menarik napas, sebelum akhirnya menyalakan komputer yang biasa dia gunakan untuk membuat game, selain laptop. Biar bagaimanapun Changbin harus menyelesaikan proyek game visual novel mereka, walau tim proyek game mereka sedang dilanda konflik.

"Selamat sore."

Atensi dua pemuda itu kini tertuju pada Jeongin yang baru memasuki ruangan.

Jeongin mengernyitkan dahinya, bingung kenapa hanya ada Felix dan Changbin di ruangan ini. Dimana Jisung dan Hyunjin?

"Jangan bertanya, kami sudah tahu apa yang akan kau tanyakan," kata Changbin sebelum Jeongin sempat bertanya.

Jeongin menunduk dan mengangguk lesu seraya berjalan menuju ke kursi di samping kursi tempat Felix duduk.

"Hyunjin sudah keluar dari tim proyek game kita," kata Felix dengan nada sendu. Dia merasa sedikit bersalah sebab karena Jisung dan Hyunjin, tim mereka jadi seperti ini.

Jeongin membisu. Sesuatu menghantam batinnya begitu keras, menimbulkan denyut-denyut lara. Perih. "K-kenapa? K-kenapa Kak Hyunjin keluar?!" Tanyanya tak percaya dengan kalimat Felix.

"Kau tidak akan percaya dengan ceritanya," sahut Changbin sembari melirik Felix, mengisyaratkan agar si pemuda Australia itu menjelaskan kronologi kejadian pada Jeongin.

Helaan napas berat lolos dari mulut Felix. Kepalanya terasa berdenyut-denyut akibat terlalu banyak berpikir, apalagi kini Jisung dan Hyunjin kian membuatnya sakit kepala. "Baiklah, akan aku jelaskan," ucapnya pada akhirnya.

Dengan berat hati, Felix menceritakan segalanya pada Jeongin. Tentang Jisung, tentang perasaan Jisung pada Minho, tentang rasa sakit Jisung jika Minho menyukai Jeongin, tentang Jisung yang memanfaatkan kehadiran Hyunjin agar Jeongin jauh dari Minho, semua Felix ceritakan. Menceritakannya saja membuat hati Felix ikut tergores. Dia tidak enak hati, pada Jisung dan Hyunjin, bahkan dengan Jeongin.

Jeongin hanya membisu dan membatu mendengarkan cerita Felix. Serasa ada belati kecil muncul dan menggores, menyayat perlahan hati Jeongin. Sakit. Rasa sakit apa ini?

Tidak. Jeongin tidak marah pada siapapun. Ia marah pada dirinya sendiri yang telah menghancurkan kebahagiaan orang lain. Ia marah pada dirinya yang telah menghancurkan kepingan hati orang lain.

"Jangan salahkan dirimu sendiri," ujar Changbin seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh Jeongin.

"Ta-tapi... gara-gara aku mereka jadi seperti ini." Suara Jeongin bergetar, menahan lara yang mulai menjalar ke seluruh batinnya.

Felix kembali menghela napas. Kini dia tak mampu berbuat apapun sama seperti ketika persahabatannya dan Hyunjin hancur. Dia tidak mampu melakukan apapun untuk Jeongin, untuk Jisung, dan untuk Hyunjin.












~TBC~

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang