×44° [END]

3.8K 450 101
                                    

"Ya, aku sudah tiba di Busan, Bu."

"Tentu. Tentu. Sebentar lagi aku akan menuju ke sana, ibu bisa mengirim alamatnya."

"Iya, aku akan segera datang."

Hyunjin mematikan telepon dari ibunya. Menunggu sebentar alamat yang dikirim oleh ibunya, sebelum beranjak menuju ke sebuah halte terdekat.

Di sinilah Hwang Hyunjin sekarang, di kota Busan, tempat dimana ibundanya tinggal sekarang sejak beliau bercerai dengan ayah Hyunjin. Ini sudah empat tahun lamanya sejak Hyunjin lulus dari SMA, dia sudah bekerja untuk perusahaan ayahnya dan saat ini Hyunjin sedang berencana untuk pergi berkunjung ke rumah ibundanya untuk liburan.

Kesibukan dalam hidupnya usai lulus SMA, membuat Hyunjin jarang pergi liburan untuk refreshing dan kali ini adalah kesempatan emas baginya untul merehatkan diri. Sempat terbesit dalam pikiran Hyunjin, mungkin dia bisa bertemu Jeongin di kota ini. Hanya saja, jika dihitung dengan sistematis, Hyunjin hanya punya kesempatan satu banding sepuluh ribu ia bisa bertemu dengan Jeongin sekarang. Sangat tipis, namun bukan berarti tak ada peluang untuk bertemu dengan Jeongin.

Hyunjin sering berandai, seperti apa Jeongin sekarang? Apa dia masih menggemaskan seperti dulu? Apa dia masih gemar mengoceh tentang buku seperti dulu? Apa dia masih memakai kawat gigi seperti dulu? Apa dia sudah mampu mewujudkan impiannya? Apa Jeongin sudah menjadi orang yang sukses? Hyunjin penasaran.

Cukup lama Hyunjin menunggu bus datang di halte, bahkan hingga rintik-rintik hujan mulai turun. Kenapa hujan turun ketika Hyunjin sedang memikirkan soal Jeongin? Apa ini takdir atau hanya kebetulan semata?

"Bulan depan aku pasti akan mengunjungi Kakak di Seoul."

Hyunjin tertegun. Suara itu terdengar familier di telinganya. Perlahan ia menengok ke samping kanannya dan menemukan seorang pemuda bertopi tengah berdiri sambil bercengkerama dengan seseorang dalam telepon. Tunggu dulu... sepertinya Hyunjin mengenalnya, meskipun Hyunjin tak yakin sebab sebagian wajah pemuda itu tertutup oleh masker hitam.

"Iya, sampai jumpa, sampaikan salamku pada Kak Seungmin ya, Kak Chan," kata pemuda itu mengakhiri telepon.

Seungmin? Chan?

Otak Hyunjin sibuk menerka. Mungkinkah pemuda itu Yang Jeongin?

"Yang Jeongin?"

Pemuda itu menoleh begitu Hyunjin menyebutkan namanya. Bisa terlihat dari matanya kalau ia terkejut melihat Hyunjin.

"Apa benar kau, Yang Jeongin?" Tanya Hyunjin sekali lagi.

"K-kak Hyunjin? Hwang Hyunjin?"

Hyunjin mengangguk. Ia tersenyum. "Iya, ini aku. Lama tak jumpa denganmu, Jeong."

Melepas topi dan masker hitamnya, Jeongin menghambur ke pelukan Hyunjin. Melepas rasa rindu bertahun-tahun tak bertemu, mereka juga tidak pernah terhubung secara online.

"Aku merindukanmu, Kak! Sungguh! Ini sudah empat tahun dan perasaanku pada Kakak masih sama. Aku mencintai Kak Hyunjin!" Katanya dalam pelukan Hyunjin.

Hyunjin tidak mampu menyembunyikan senyumannya. Dia bahagia, ini adalah hal yang paling membuatnya bahagia. "Aku juga. Aku juga merindukanmu. Aku merindukan banyak hal yang tidak mampu aku temui ketika tidak bersama dirimu," bisiknya membelai surai Jeongin yang dicat warna cokelat gelap.

"Kak, bagaimana kalau kita pergi ke kafe itu?" Ajak Jeongin usai melepas pelukan mereka. Ia menunjuk sebuah kafe di seberang jalan.

"Ayo." Dan disanggupi oleh Hyunjin.

Akhirnya kedua insan tersebut pergi menerobos hujan menuju ke kafe di seberang jalan.

***

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang