×17°

2.6K 457 8
                                    

"Kak Hyunjin harus mau, ya? Kumohon."

"Tidak. Aku tidak tertarik."

"Oh, ayolah, Kak! Aku mohon, mau ya bergabung dengan tim proyek kami."

"Aku tidak sudi! Enyahlah dari hadapanku!"

"Kak Hyunjin~. Kumohon."

"Pergi!"

Hyunjin lelah. Dia lelah menjadi bulan-bulanan seorang Yang Jeongin. Pemuda manis itu ternyata bersikeras mengajaknya masuk ke tim proyek game. Padahal jelas-jelas Hyunjin tidak mau, tapi Jeongin tetap memaksa. Anehnya, Jeongin juga tidak menyerah. Ada apa sebenarnya dengan Jeongin?

Sejujurnya, Hyunjin merasa sangat canggung ketika bersama Jeongin, itulah kenapa dia memilih bersikap se-kasar mungkin agar terlihat tidak canggung. Siapa yang tidak canggung? Jeongin dengan wajah manis dan menggemaskannya memintamu untuk bergabung dengan tim proyek game. Manis bukan?

Hari ini, Jeongin yang sedang membaca novel di perpustakaan sekolah melihat Hyunjin yang sedang mengembalikan buku, dia langsung segera menghampiri siswa se-angkatannya tersebut. Langsung memintanya bergabung, seperti biasa dan dibalas dengan kalimat penolakan oleh Hyunjin.

Hyunjin tetap teguh pada pemikirannya. Dia tidak suka video game atau hal-hal konyol yang berhubungan dengan itu. Selain itu dia juga benci Jisung, Changbin, dan Felix, itulah mengapa dia enggan bergabung dengan mereka. Mereka sama saja dengan Guanlin, Jeno, Jaemin, dan lainnya, termasuk Jinyoung. Hyunjin tidak menyukai mereka. Tidak ada satupun yang dia percayai dengan baik di dunia ini selain ibunya dan juga Minho, meski terkadang Minho juga lebih sering mengomelinya.

"Kenapa Kak Hyunjin tidak mau bergabung dengan tim proyek game kami?" Tanya Jeongin sekali lagi masih belum menyerah menghadapi Hyunjin.

Huft. Anak ini memang benar-benar keras kepala, begitu isi pikiran Hyunjin. Dia tidak habis pikir dengan Yang Jeongin. Apa Changbin dan Jisung tidak menceritakan seluruhnya tentang Hyunjin sehingga Jeongin masih berani bertanya seperti itu?

"Aku tidak suka video game dan hal-hal konyol tentang proyek kalian," jawab Hyunjin enteng.

"Kenapa Kak Hyunjin tidak suka video game?"

Hyunjin berdecak kesal, Jeongin ini kepo sekali. Untuk saat ini juga Hyunjin tidak mampu menghindari dari Jeongin. Terpaksa dia harus meladeninya.

"Itu hal yang sangat kekanak-kanakan. Kau mengerti?"

Jeongin memiringkan kepalanya. "Kenapa Kak Hyunjin benci hal yang kekanakan?" Tanyanya untuk yang kesekian kalinya.

"Karena aku sudah dewasa."

Dewasa. Itulah alasan Hyunjin memiliki pemikiran yang berbeda dari teman-temannya. Dia selalu menganggap dirinya lebih dewasa dari teman-temannya, hingga menciptakan dirinya yang sekeras batu dan sedingin es.

"Apa orang dewasa tidak suka video game?" Jeongin mengerutkan keningnya, dia teringat akan Chan yang biasanya tanding game bersama Woojin dan Minho ketika ada waktu luang. "Kak Chan menyukai video game, walaupun dia sudah dewasa."

"Aku enggak peduli, yang jelas aku tidak suka video game dan hal konyol yang dilakukan remaja pada umumnya," balas Hyunjin berlalu pergi meninggalkan Jeongin yang masih kebingungan.

***

"Jinyoung, dimana Hyunjin? Kenapa dia tidak pernah berangkat latihan?" Tanya Guanlin menghampiri Jinyoung yang sedang menikmati makan siangnya di atap sekolah yang datar. Guanlin tidak sendirian, dia bersama Samuel dan Seonho.

"Kenapa kau bertanya padaku?" Jinyoung malah balik bertanya.

"Karena kau adalah saudaranya," sahut Samuel.

Jinyoung berdecih. Apa karena Jinyoung itu saudara tiri Hyunjin, dia bisa tahu apa saja tentang si pemuda Hwang tersebut? Hah! Seratus persen tidak. Jinyoung tidak peduli dan tidak mau peduli pada saudara tirinya tersebut. Dia sudah mengibarkan bendera perang pada Hyunjin sejak awal mereka bertemu. Kalaupun Jinyoung terlihat peduli pada Hyunjin, itu semua semata-mata hanya untuk melakukan apa yang harus ia lakukan dari Tuan Hwang, ayah Hyunjin. Meskipun benci, Jinyoung masih punya rasa hormat terhadap ayah tirinya. Bahkan lebih menghormati beliau, daripada Hyunjin sendiri.

"Hanya karena aku saudaranya, aku bisa tahu dimana dia berada sekarang, begitu?" Ucap Jinyoung menutup kotak bekalnya sebelum berdiri. Nafsu makannya sudah hilang gara-gara kedatangan Guanlin menanyakan perihal Hyunjin.

"Tidak usah berbelit-belit, katakan saja dimana dia dan kenapa dia tidak pernah berangkat latihan?" Guanlin lelah berdebat, apalagi lawan debatnya adalah Jinyoung atau Hyunjin.

"Jeno dan Jaemin tidak memberitahu kalian, ya?"

Lagi-lagi Jinyoung bermain-main dengan kalimat. Dia memang sengaja. Sengaja membuat orang lain jengkel.

"Bae Jinyoung, cepat katakan!"

Jinyoung malah menyeringai.

Guanlin menatapnya dengan nanar. Dia datang dengan baik-baik, namun respons yang diberikan Jinyoung benar-benar diluar dugaannya. Jinyoung sama arogannya dengan Hyunjin.

"Dia sudah keluar dari klub basket sejak hari itu," kata Jinyoung akhirnya, sebelum dia berjalan menuju ke pintu.

"Kenapa? Kenapa dia keluar?" Guanlin memutar badannya untuk menghadap Jinyoung yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Kau mau tahu alasannya?" Jinyoung tersenyum miring. "Lebih baik kau tanyakan saja pada Hyunjin pribadi," lanjutnya setelah benar-benar menghilang dari pintu.

***

"Heh! Tadi Guanlin mencarimu!" Ujar Jinyoung ketika dia mendapati Hyunjin di koridor kelas.

Hyunjin mengangkat sebelah alisnya. "Mau apa si keparat itu mencariku?"

"Menanyakan kenapa kau tidak pernah lagi berangkat latihan basket," jawab Jinyoung.

Sudah berapa hari berlalu dan Guanlin baru saja menanyakan soal Hyunjin. Apa dia tidak sadar? Apa dia tidak sadar kalau Hyunjin sudah muak dengan tim basketnya dan memutuskan untuk hengkang dari tim. Ah, Guanlin kan sibuk mengurusi tim inti basket bodohnya itu, sehingga tidak menyadari ada anggotanya yang keluar.

Biarkan saja. Hyunjin tidak peduli dan tidak mau lagi peduli.

"Apa dia buta dan tuli, eoh?! Jelas-jelas aku berdebat dengannya hari itu dan aku muak dengannya, makanya aku keluar," kata Hyunjin kesal sendiri merutuki betapa bodohnya Lai Guanlin.

Dia tidak mau kembali ke klub basket. Mau dibayar sebanyak apapun, dalam bentuk apapun, Hyunjin tidak mau dan tidak peduli. Begitulah Hyunjin, sekali dia tidak suka maka selamanya dia akan tidak suka.

"Bagaimana dengan Yang Jeongin-mu itu? Apa dia masih memintamu untuk bergabung dengan tim proyek game?" Tanya Jinyoung mengalihkan pembicaraan. Cukup penasaran dengan hubungan antara Hyunjin dengan si anak pertukaran pelajar dari Busan.

"Seperti yang kau tahu, dia masih bersikeras mengajakku untuk bergabung, padahal sudah kutolak mentah-mentah." Hyunjin menutup matanya. Kepalanya sedikit pening, memikirkan bagaimana keras kepalanya Jeongin.

"Dia aneh," komentar Jinyoung.

"Lebih aneh dari yang kau bayangkan, Young."

~TBC~

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang