×27°

2.2K 394 12
                                    

"Aku ingin membuat perjanjian!"

Changbin tidak mempedulikan ucapan Hyunjin. Matanya masih fokus tertuju pada layar laptopnya yang menampilkan kode-kode bahasa pemrograman.

"Perjanjian apa?" Tanya Changbin malas. Dia malas berbicara pada Hyunjin. Terlebih Hyunjin mengganggu waktu istirahat dan belajarnya sekarang.

"Aku akan tetap berada di tim proyek game hanya sampai game kita selesai, setelah itu aku akan keluar," jelas Hyunjin.

"Itu terserah kamu, aku enggak peduli," balas Changbin tanpa menoleh sedikit pun pada Hyunjin, " dengan atau tanpa kamu, kami tetap bisa berjalan dengan baik."

Dalam hati Hyunjin menggerutu. Mengutuk reaksi Changbin yang tidak sesuai dengan harapan Hyunjin sebelumnya. Padahal Hyunjin berniat membuat ancaman bagi tim proyek game, tetapi Changbin ternyata tidak peduli padanya dan itu jelas membuat niat jahat Hyunjin gugur seketika.

"Sudah sana pergi! Mengganggu saja," usir Changbin menggerakkan tangannya bak bos besar yang menyuruh bawahannya untuk enyah dari tempatnya.

Dengan mengumpat, Hyunjin keluar dari ruang tim proyek game. Sia-sia dia bicara pada Seo Changbin.

Hyunjin berjalan ke arah vending machine di kafeteria. Sekaleng soda mungkin bisa meredakan emosinya yang hampir meledak. Setelah membeli soda yang dia inginkan, Hyunjin berjalan menuju kelasnya. Tak sengaja dia melihat Jeongin sedang bermain game bersama Jisung di laptop milik Jisung. Jeongin sangat menyukai video game.

Berhenti sejenak di depan kelas Jisung untuk memandangi Jeongin. Hyunjin tidak mengerti, kenapa dia tidak bisa melarikan diri dari Jeongin, kenapa dia selalu takut luluh pada sepasang manik cokelat gelap itu, kenapa Hyunjin jadi begini. Cukup lama dia berdiri di situ. Hingga bel masuk membuyarkannya dan Hyunjin kembali ke kelasnya.

Dia tidak mengerti kenapa dirinya terjebak dalam perangkap manis Yang Jeongin.

***

Sudah tiga bulan lebih Jeongin tinggal di kota Seoul dan menjalani program pertukaran pelajar. Dia sudah menyelesaikan alur cerita untuk proyek game visual novel mereka. Jeongin berharap dia bisa membantu tim proyek game menyelesaikan game itu sebelum dirinya kembali ke Busan, tepat tiga bulan lagi.

Namun sepertinya untuk saat ini, Jeongin tak dapat membantu banyak. Sejak satu minggu yang lalu, Jeongin sering disibukkan oleh kelas khusus para siswa pertukaran pelajar. Jeongin bahkan jadi jarang berkumpul dengan Changbin, Jisung, dan Felix. Begitu pun dengan Hyunjin, Jeongin jadi jarang bertemu dengan pemuda tampan nan menyebalkan tersebut.

Hari ini, Jeongin pulang sangat terlambat sebab ada kelas tambahan dan pengarahan untuk siswa pertukaran pelajar. Jeongin sudah menelpon Chan, tetapi ponsel Chan tidak aktif. Dia bingung mau pulang dengan siapa, lebih-lebih lagi sekolah ini sudah sepi. Jeongin hanya bisa duduk di halte dengan bibir mengerucut lucu. Hissh... disaat seperti ini Chan tidak dapat dihubungi, nanti kalau Jeongin pulang terlambat pun kena omel olehnya.

"Jeongin?"

Jeongin hampir melempar ponselnya karena terkejut melihat mobil berhenti di depan halte, kaca mobil terbuka dan memperlihatkan pemuda tampan yang selama ini menaruh banyak perhatian pada Jeongin, Lee Minho.

"Kak Minho?"

Minho keluar dari mobilnya, lebih tepatnya itu mobil milik ayahnya, dia hanya meminjamnya untuk berangkat kuliah sejak siang tadi. Lelaki bermarga Lee tersebut segera menghampiri Jeongin.

"Kamu kenapa masih di sini? Belum pulang?" Tanya Minho.

"Aku pulang agak terlambat, karena ada kelas tambahan dan pengarahan dari guru soal program pertukaran pelajar yang kuikuti. Kak Chan tidak bisa kuhubungi, jadi aku bingung mau pulang bagaimana, menunggu bus di jam segini pasti akan sangat lama," jelas Jeongin.

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang