×22°

2.4K 424 18
                                    

Hyunjin bertopang dagunya sambil memalingkan muka. Enggan melihat pemandangan di depannya, Jeongin yang sedang membaca novel sambil minum cokelat panas dan Minho yang sedang sibuk memandangi Jeongin.

Sejak tadi, Hyunjin terus menahan hasrat ingin memukul Minho. Kelakuan Minho benar-benar membuat Hyunjin risi. Apalagi soal tebakan Minho yang bisa tepat sekali seperti itu. Bagaimana dia bisa tahu? Terlalu peka hingga Hyunjin tak perlu menceritakan secara detail pada Minho. Minho akan tahu sendiri.

"Jujur, aku baru tahu kalau Kak Minho sama Kak Hyunjin saling kenal, lho," ujar Jeongin tersenyum memamerkan giginya yang dihiasi behel. Imutnya. Minho ingin mencubit pipinya kalau tidak ingat tempat.

"Aku juga tidak tahu kamu dan si kutil kuda ini saling kenal," kata Minho dengan senyuman khasnya.

Plak!

Hyunjin sudah tidak tahan. Dia memukul lengan Minho yang duduk di sampingnya.

"Apa-apaan sih?!" Tanya Minho tak terima.

"Sebal saja lihat tingkah sok manismu!" Jawab Hyunjin sinis. Hey, biasanya Minho tidak pernah bersikap seperti itu. Apa itu karena Jeongin? Hyunjin tidak yakin kalau orang yang dimaksud Minho saat itu adalah Jeongin, tapi clue-nya mengarah ke Jeongin.

Jeongin tertawa kecil melihat interaksi Hyunjin dan Minho. "Kayaknya kalian sudah kenal sejak lama."

"Ya, mereka teman dari SMP, Jeong. Asal kamu tahu itu," sahut Woojin menyajikan americano pesanan Hyunjin.

Jeongin ber-oh-ria. "Pantas akrab begitu."

Hyunjin dan Minho saling berpandangan. Namun, cepat-cepat Hyunjin memalingkan muka. Mood-nya sedang tidak baik, sudah tidak baik sejak pulang sekolah tadi dan bertambah tidak baik berkat Lee Minho.

"Aku dan Hyunjin sangat akrab, akulah satu-satunya teman yang dia punya," kata Minho lagi, sekarang dia menopang dagu, memperhatikan dengan saksama Jeongin yang sibuk dengan bacaannya.

"Minho! Tolong kau bantu aku membuat cheese cake!" Seru Woojin dari arah dapur.

"Aku pergi dulu," pamit Minho sebelum menuju ke tempat Woojin.

Sepeninggal Minho, kini tinggallah Hyunjin dan Jeongin berdua dipisahkan oleh sebuah meja kafe. Hyunjin masih memandang keluar jendela kafe, sesekali dia melirik ke arah Jeongin sembari menyesap americano favoritnya. Jeongin tampak menikmati bacaannya dan juga cokelat panasnya. Dia tampak imut dan menggemaskan saat sedang membaca buku seperti itu, pantas Minho menyukainya.

"Minho sepertinya menyukaimu," ujar Hyunjin asal. Mencoba mengorek isi hati Jeongin tentang Minho.

Jeongin menghentikan kegiatan membacanya. Dia sedikit tertegun mendengar penuturan Hyunjin. "Aku? Kak Minho suka padaku?"

Hyunjin mengangguk. "Ya. Bisa dilihat dari caranya menatapmu dan caranya berperilaku padamu. Terlihat sangat manis dan lembut."

Jeongin menggeleng. "Tidak. Mana mungkin Kak Minho suka padaku. Tidak ada yang spesial dariku."

"Siapa yang tahu? Aku hanya menebak melalui cara Minho bersikap padamu. Aku kenal baik seperti apa Minho, asal kau tahu itu," kata Hyunjin sebelum menyesap americano yang tinggal setengah gelas itu.

Jeongin diam. Pikirannya jadi kemana-mana. Memikirkan tentang Minho. Minho menyukainya? Jeongin jelas tidak percaya kalau Minho tidak mengatakannya secara langsung. Ya, meski Minho bersikap sangat baik padanya, Jeongin tidak mau asal mengambil kesimpulan bahwa Minho menyukainya.

Mendadak mood membaca dan minum cokelat panasnya hilang. Yang dilakukan Jeongin selanjutnya adalah melamun.

***

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang