×23°

2.3K 421 8
                                    

Hyunjin datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Tiba di kelas pun kelasnya tampak sepi, sebab ini masih sangat pagi. Alasan Hyunjin berangkat lebih awal adalah karena dia tidak mau berangkat bersama Jinyoung. Ayahnya terus memaksanya untuk berangkat bersama Jinyoung, tapi Hyunjin jelas tidak sudi dan memilih bangun pagi-pagi buta dan berangkat lebih awal dari biasanya.

Mengejutkannya, ternyata ada siswa yang sudah berangkat di kelas Hyunjin. Lee Felix. Dia sedang sibuk menulis sesuatu di bukunya, sepertinya sedang mengerjakan PR. Felix berangkat awal pasti untuk mengerjakan tugas dari guru yang diberikan jauh-jauh hari.

"Pagi, Hyunjin. Tumben berangkat pagi, dimana Jinyoung?" Sapa Felix mencoba bersikap ramah.

"Hm." Hyunjin merespons singkat sebelum duduk di bangkunya. Dia tidak pernah berbicara akrab dengan Felix sejak SMP kelas dua, itu adalah saat terakhir mereka berbicara akrab dan Hyunjin masih menjadi dirinya sendiri, menjadi teman Felix tentunya.

"Eh, iya. Kata Jeongin, kamu sudah mau bergabung dengan tim proyek gane kami." Felix ingat, semalam Jeongin mengirimkan screenshoot chat-nya dengan Hyunjin dan itu membuat gempar satu grup chat tim proyek game.

"Hah?" Hyunjin mengangkat sebelah alisnya. Bingung. Perasaan dia tidak pernah bilang seperti itu pada Jeongin.

Felix membuka galeri smartphone miliknya dan menunjukkan foto screenshoot yang dikirim Jeongin semalam. "Ini buktinya, kau tidak usah mengelak."

Mata Hyunjin melebar. Yang benar? Itu dia yang mengirim pesan pada Jeongin? Dengan cepat Hyunjin mengecek ponsel pintarnya, membuka halaman chat-nya dengan Jeongin dan terkejut setengah mati menemukan kalimat bahwa dia mau bergabung dengan tim proyek game. Hyunjin merasa dia tidak pernah mengirim atau bahkan mengetik pesan ini pada Jeongin. Tidak mungkin pula dia mengetik setengah sadar atau bagaimana.

"Sekarang kau bagian dari kami," kata Felix melanjutkan kegiatan mengerjakan PR-nya.

Hyunjin ingin mengumpat, namun dia tahan. Menyebalkan, Hyunjin yakin seratus persen kalau dia tidak mengirim pesan tersebut pada Jeongin. Lantas siapa? Pasti ada orang lain yang membajak smartphone Hyunjin. Ada dua tersangka utama dalam list tersangka Hyunjin. Lee Minho dan Bae Jinyoung pastinya. Tapi kapan mereka membajak ponsel Hyunjin kalau memang benar mereka pelakunya? Ah, semua terasa sangat menyebalkan bagi Hyunjin.

Persetan dengan tim proyek game. Hyunjin sepertinya tidak bisa mengelak kali ini. Mungkin sesekali dia harus mengikuti alur hidupnya.

"Felix! Pinjam buku tugasnya, dong!" Seru Jaemin memasuki ruang kelas diikuti oleh Jeno. Dia segera menghampiri meja Felix.

"Aku belum menyelesaikannya," kata Felix memperlihatkan hasil pekerjaannya yang belum selesai. Tinggal tiga nomor lagi.

Jaemin mendengus kecewa. "Ya sudah, kita kerjakan sama-sama saja."

Jeno mengikuti Jaemin dan keduanya kini mengerjakan tugas bersama Felix. Tak ada sapaan untuk Hyunjin, padahal jelas di ruang kelas 2-1 bukan cuma ada Felix. Sepertinya mereka benar-benar memutus kontak dengan Hyunjin. Sama seperti mereka, Hyunjin juga memutus kontak. Dia bahkan sampai memblokir nomor Jaemin dan Jeno agar mereka tidak mengganggunya. Bukan hanya nomor, Hyunjin juga memblokir akun media sosial Jaemin dan Jeno sebagai bentuk kebenciannya pada dua orang yang pernah dianggapnya sebagai kawan tersebut.

"Hyunjin sudah mengerjakan tugas fisika Pak Jung?" Tanya Felix menarik terpaksa atensi Hyunjin.

"Tugas apa?"

"Tugas itu loh, yang dua puluh soal essay saat Pak Jung izin tidak masuk seminggu yang lalu."

Mampus! Hyunjin belum mengerjakannya. Dia bahkan tidak ingat jika ada tugas fisika. Oh, ya Tuhan, semua ini karena Yang Jeongin yang membuatnya lupa akan tugas-tugas sekolah.

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang