×24°

2.4K 427 25
                                    

"Pertama-tama, kita harus menyelesaikan pembuatan aset art video game yang akan kita buat. Aset art itu meliputi, visual atau grafis dan juga sound, dan karena kita akan membuat game berkonsep visual novel, maka alur cerita novel adalah yang yang cukup penting. Alur harus diselesaikan terlebih dahulu, baru kita berlanjut menyelesaikan aset art yang lainnya." Changbin menjelaskan langkah-langkah yang harus tim proyek mereka tempuh untuk menciptakan sebuah game. Dia harus menjelaskan ulang sebab ada penambahan satu personil, yaitu Hwang Hyunjin. "Dilanjutkan dengan proses programming untuk mengimplementasikan konsep game yang sudah kita buat. Dalam proses inilah sistem dalam game dibuat dengan pengkodean komputer."

Hyunjin pusing sendiri. Meskipun dia sudah paham langkah-langkahnya, tapi dia tetap merasa ini adalah hal yang akan sangat sulit dilakukan. Hyunjin memang terbiasa membuat coding, namun itu untuk membuat web dan perangkat lunak sederhana, bukan untuk membuat game. Apalagi game yang aneh-aneh seperti yang dikonsepkan oleh tim proyek game milik Changbin ini.

"Paham, Hwang Hyunjin?" Tanya Changbin pada Hyunjin.

"Aku paham," jawab Hyunjin singkat.

"Baiklah kalau kau sudah paham, kau akan kutempatkan di programming bersama dengan aku dan Jisung." Changbin menuliskan sesuatu di buku catatannya. "Kau bisa pelajari dulu struktur kode yang digunakan dalam pembuatan video game. Tak jauh berbeda dari struktur kode yang digunakan dalam pembuatan web sih, tapi kamu harus tetap mempelajarinya."

Hyunjin mengangguk dengan malas. Dia harus terjebak dalam tim proyek bodoh ini. Menyebalkan. Kenapa takdir selalu jahat pada Hyunjin? Apa Hyunjin pernah berbuat dosa besar di kehidupan yang sebelumnya?

Hyunjin bergerak malas membuka laptop miliknya. Padahal dia sedang malas membuka laptop, tapi terpaksa dia lakukan agar pembelajaran programming pembuat video game-nya mudah. Tak lupa menyambungkan laptop miliknya dengan jaringan wi-fi sekolah untuk kegiatan menjelajah internetnya.

"Kak Hyunjin, semangat!" Hibur Jeongin tersenyum lebar.

Hyunjin berdecih. Kesal sendiri melihat senyuman Jeongin. Sebab kehadiran Jeongin yang membuatnya harus berurusan dengan video game dan tim proyek game yang dia benci. Nasi telah menjadi bubur memang, dia tidak bisa melarikan diri dari tim proyek game ini. Sekarang yang harus Hyunjin lakukan adalah memikirkan bumbu apa yang cocok untuk membuat buburnya menjadi enak, ya terpaksa dia harus menjalaninya dan mengerjakan proyek game yang telah mereka sepakati.

"Kamu pernah bikin web 'kan? Nah bisa juga bikin game pakai gabungan HTML, CSS, dan Javascript. Singkatnya bikin game itu sama kayak bikin web atau bikin mobile application," ujar Jisung yang sepertinya tahu kalau Hyunjin sedang kebingungan tentang pembuatan video game, "tenang saja. Orang cerdas kayak kamu pasti bisa dengan mudah paham yang gitu-gituan."

Hyunjin menghela napas. Kemudian dia melanjutkan pemahamannya pada struktur kode yang digunakan dalam pembuatan video game. Ini mudah, hanya saja Hyunjin yang membuatnya menjadi susah. Pikirannya negatif terus.

"While. While do. Draw graphics. Ahh... bingung," keluhnya.

Hyunjin mengerucutkan bibirnya. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Jeongin sepertinya sedang sibuk menuliskan alur novelnya. Felix sedang sibuk menggambar karakter game mereka. Jisung sekarang sedang sibuk dengan sound-sound yang akan digunakan di video game mereka. Changbin sedang dalam eksperimen pemrogramannya. Semuanya sibuk. Sepertinya proyek ini sangat berharga bagi mereka.

Hyunjin ingat, Minho juga pernah berada di tim proyek game ini. Namun yang ditemukan Minho dan teman-temannya waktu itu adalah sebuah kegagalan. Mereka tak mampu membuat video game hingga mereka lulus dari SMA ini. Entah mengapa tiba-tiba hati Hyunjin tergerak untuk ikut menyelesaikan proyek game ini. Harus selesai. Selesai sebelum Jeongin kembali ke Busan.

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang