2. Titah Raja

10.1K 811 23
                                    

"Putrimu harus menyandang nama Uchiha, Haruno-san, karena bagaimana pun dia adalah cucuku."

"T-tapi..."

"Aku tidak bisa membiarkan putraku sendiri menghancurkan nama baik Uchiha atas perbuatan yang telah ia lakukan."

"Sasuke-sama tidak harus bertanggung jawab, Heika. Aku bersedia untuk membesarkan putriku seorang diri."

Fugaku menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia katakan lagi untuk membujuk wanita muda di hadapannya. Sebagai seorang raja, ia tidak bisa membiarkan rakyatnya berada dalam ketidak adilan. Dan sebagai seorang ayah, ia merasa kecewa sekaligus bersalah karena apa yang telah putra bungsunya perbuat.

Sarada tidak melepas tatapannya dari Fugaku. Ia merasa bingung mengapa Sakura terlihat takut pada sosok itu. Di satu sisi ia juga sedikit menyadari kemiripannya dengan pria tua itu. Sarada sama sekali tidak merasa bahwa pria yang datang menemui ibunya adalah orang jahat.

Fugaku menyadari tatapan Sarada kepadanya. Ia pun mengulas senyum lembut. "Siapa namamu?"

"Sarada... Haruno Sarada." jawab Sarada malu-malu. "Kau siapa?"

"Aku adalah kakekmu, Sarada."

"Ojiisan?"

"Biarkan aku berpikir terlebih dahulu, Heika." ujar Sakura, tanpa sengaja mengambil perhatian Sarada dari Fugaku. "Maksudku, aku tidak pernah membayangkan bahwa putriku akan menyandang nama Uchiha."

"Kau salah jika menganggap kami menolakmu karena perbedaan kasta, Haruno-san." Fugaku tersenyum miris. "Sebenarnya sudah sejak lama aku menantikan seorang cucu. Putra sulungku sudah menikah selama empat belas tahun, namun istrinya belum juga di beri keturunan. Kau tidak tahu bagaimana perasaanku, bukan?"

Sakura terkesiap. Ia buru-buru menundukkan kepala. "M-maafkan aku, Tenno Heika!"

Fugaku terkekeh. "Karena itu tolong pertimbangkan untuk tinggal di istana Uchiha bersama putrimu. Jika kau menolak putra bungsuku untuk bertanggung jawab, aku tidak akan menghalangi. Ini semua untuk masa depan Sarada. Aku akan melindungi nama baikmu. Tapi kau tetap akan menjadi anggota keluargaku, Haruno-san."

Sakura tidak tahu harus mengambil keputusan seperti apa. Ia sama sekali tidak pernah membayangkan akan menjadi anggota keluarga Uchiha tanpa dari ikatan pernikahan. Tapi apa yang di katakan Fugaku memang benar; ia harus mengutamakan masa depan Sarada. Putrinya berdarah Uchiha. Dan hidup bersama dirinya yang bukan siapa-siapa akan menghambat masa depannya.

Ia harus mengesampingkan perasaannya sendiri, demi putri tersayangnya. Apalagi raja sudah sangat berbaik hati menerima Sarada; bahkan berniat melindungi nama baiknya. Ia tidak boleh menolak tawaran sebaik itu dari raja. Seharusnya ia berterima kasih.

"Baiklah. Aku akan tinggal di istana Uchiha bersama putriku."

"Terimakasih banyak, Haruno-san."

Sakura tersenyum. "Seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu, Heika, karena telah menerima kami di keluargamu."

"Tentu saja itu harus ku lakukan." Fugaku menoleh pada Sarada. Ia lalu merentangkan kedua tangannya pada gadis kecil itu. "Kemarilah pada Ojiisan, Sarada."

Sarada langsung berlari ke dalam pelukan Fugaku. Gadis kecil itu terlihat sangat senang karena mendapat seorang kakek. Selama ini yang ia ketahui adalah ia hanya memiliki seorang ibu dan paman di kehidupannya.

Sakura merasa lega, sekaligus sedih. Mengapa ia harus menjauhkan Sarada dari keluarga ayah kandungnya, padahal itu adalah kebahagiaan yang harus ia berikan?

S C A R L E T   M O O N ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang