Sasuke memilih untuk duduk di samping Sakura. Kepalanya sedikit terangkat, dan raut wajahnya menunjukkan tidak bersahabat. Tapi pria itu memang sudah biasa seperti itu. Hanya saja Sakura merasa ada yang berbeda dari Sasuke kali ini.
Beberapa menit yang lalu Sasuke menjelaskan kedatangannya. Fugaku menyuruhnya untuk menjemput Sakura serta Sarada pulang. Namun alih-alih mengajaknya pergi, Sasuke malah mengambil tempat di sisinya.
"Mengapa sepi sekali?" tukas Naruto yang baru masuk ke dalam ruang tamu. "Oh? Sasuke? Kau juga di sini?"
Sasuke tidak menjawab. Untungnya Naruto sudah terbiasa dengan sifat sahabatnya itu.
"Di mana Hinata?" tanya Sakura.
"Dia sedang berbaring di kamar sembari menunggu Boruto tertidur. Hinata mengatakan kepadaku kalau dia kembali merasa mual."
"Itu wajar. Kandungannya baru tiga minggu."
Sasuke menoleh dengan cepat pada Sakura. "Hinata hamil?"
"Kenapa kau bertanya kepadaku?" cetus Sakura.
Naruto tertawa. "Ya, benar. Kami akan memiliki bayi lagi. Tidakkah kau ingin memberiku selamat?"
"Selamat." jawab Sasuke datar.
Naruto memandang Neji saat ia duduk di samping pria itu. "Ada apa, Neji? Kau terlihat terganggu."
"Aku lelah." Neji beranjak dari sofa lalu melangkah pergi dari ruang tamu. Kepergiannya membuat Naruto dan Sakura bingung.
Sakura juga berdiri dari sofanya. "Aku akan pergi melihat Sarada. Sudah saatnya bagi kami untuk pulang."
Naruto mengangguk. "Tentu. Boruto pasti sudah tidur sekarang."
Sakura mengambil jalan yang sesuai dengan perkiraannya setelah menemukan dua lorong di luar ruang tamu. Namun setelah itu ia malah tidak juga sampai di kamar Boruto. Apalagi tidak ada seorang pun pelayan yang berlalu lalang di sekitarnya.
Ketika ia hendak kembali ke ruang tamu, tiba-tiba bahunya di sentuh oleh seseorang.
"Sepertinya kau tersesat. Aku bisa membantumu."
Sakura menatap Neji yang tersenyum tipis padanya. Pria itu terlihat ramah, tidak seperti beberapa saat yang lalu. Atau mungkin saja ia salah menerka karena lampu di lorong tidak sejelas di dalam ruangan.
"Terimakasih, Neji-sama. Aku ingin mengambil Sarada."
"Tolong ikut aku."
Sakura mengikuti Neji yang memimpin jalan. Ternyata ia malah mengambil jalan yang lebih jauh dari yang seharusnya. Perawakan Neji yang besar dan tinggi membuat Sakura merasa terintimidasi. Rambut hitam panjang pria itu terurai di punggungnya yang lebar, ujungnya tepat berada di atas bokong.
Sakura merasa pipinya sendiri memanas. Tidak seharusnya ia memandang seorang pria, apalagi seorang bangsawan, dengan sangat tidak sopan seperti itu.
"Apakah Sasori ada di Uchiha?"
Sakura mengangkat kepalanya dan melihat Neji berbicara kepadanya tanpa menoleh. "Ya."
"Aku yakin kau pasti sudah lupa padaku, Sakura." Neji menghentikan langkahnya di pertigaan lorong yang sama sepinya dengan lorong-lorong yang baru mereka lewati. "Dulu kita pernah sesekali bermain bersama saat kau dan Sasori datang ke sini. Umurmu baru lima tahun kala itu."
Sakura tidak mengatakan apa-apa. Ia cukup terkejut mendengar bahwa dulu ia dan Neji sempat dekat. Sasori tidak pernah mengatakan apapun tentang kedekatannya dengan Neji saat dulu. Bahkan dirinya tidak tahu kalau kakaknya dan Neji berteman, hingga Hinata mengatakan tentang hal itu kepadanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
S C A R L E T M O O N ✔
Historical FictionSaat sedang menghadiri malam pesta pernikahan teman dekatnya, Haruno Sakura mendapat pelecehan seksual dari salah satu anggota klan bangsawan di kerajaan Konoha, Uchiha Sasuke. Hal itu membuatnya melahirkan seorang putri di luar nikah. Dan karena pe...