29. Keberadaannya

7K 725 76
                                    

"Sasuke melamarmu?" seru Ino terkejut.

Hinata terkesiap. "Mengejutkan sekali. Bukankah dia menolak apapun tentang pernikahan?"

"Aku tidak tahu harus bagaimana." Sakura menghela napas panjang. "Tapi aku memang membutuhkan seorang suami yang bisa menjadi ayah untuk Sarada."

"Kalau begitu kau seharusnya menerima lamaran Sasuke, bukan? Dia adalah ayah kandung Sarada dan dia bersedia menjadi ayah untuk Sarada."

"Bagaimana denganmu?" tanya Ino. "Kau juga harus memikirkan perasaanmu sendiri, Sakura."

"Ku rasa perasaanku tidak penting."

Ino menggeleng. "Jangan melakukannya karena terpaksa. Kau boleh menolaknya jika kau tidak menginginkannya. Kau berhak untuk mendapatkan pria yang dapat melindungimu dan membuatmu merasa nyaman."

"Tidak semudah itu. Sarada hanya menginginkan Sasuke-sama... untuk menjadi ayahnya."

Hinata mengusap keningnya sendiri. "Mengapa kepalaku yang terasa pening, padahal kaulah yang sedang dilema?"

"Sakura, bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?" ucap Ino, mengabaikan Hinata yang berlari ke luar dari ruang tengah istana Hyuga untuk memuntahkan isi perutnya.

"Tentu."

"Jika kau masih merasa ragu tentang Sasuke, bukankah masih ada beberapa pria yang sepertinya memiliki perasaan. Termasuk Shimura Sai." Ino tersenyum tipis. "Apa mungkin di antara mereka ada seseorang yang kau rasa tepat untuk menjadi suamimu?"

Sakura terdiam. Seseorang yang tepat... awalnya ia berpikir itu adalah Senju Sai. Pria itu memiliki seorang putra, mereka berdua adalah orang tua tunggal. Sai pasti sangat mengerti bagaimana perasaannya.

Tapi kini Sakura tahu kalau sahabatnya menyukai pria berkulit pucat tersebut. Lagipula Sai hanya sebuah pilihan. Masih ada pria-pria lain yang bersedia untuk menikahinya. Salah satunya adalah—

"Aku sangat menyayangi Sarada. Tidak ada yang bisa menjadi ayahnya selain aku."

"Demi putri kita, aku ingin membangun keluarga yang utuh bersamamu."

Sakura terdiam. Ia merasakan kedua matanya yang tiba-tiba mulai memanas.

∞∞∞

"Oniisan." Sakura masuk ke dalam kamar Sasori. Pria itu sedang melepas lelah karena baru saja kembali dari Suna.

Sasori menepuk tempat di sampingnya. Sakura mendekati ranjang dan duduk di sebelahnya. "Di mana Sarada?"

"Sarada sedang tidur siang bersama Sasuke-sama."

"Sejak kapan mereka begitu dekat seperti itu?" ujar Sasori sembari tersenyum. "Biar ku tebak. Hubunganmu dengan Sasuke-kun sepertinya juga telah berkembang."

"B-begitulah."

"Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan kepadaku?"

Sakura menggigit bibir bawahnya. "Oniisan... i-itu... aku hanya ingin menanyakan suatu hal kepadamu."

"Apa? Kau bisa mengatakan segalanya kepadaku."

"Sasuke-sama melamarku."

Kedua mata Sasori melebar sempurna. "Sungguh?"

"Ya."

"Oh, astaga."

"Apa yang harus aku lakukan, Oniisan?"

"Kau bingung? Untuk apa kau merasa bingung?"

"Apakah aku bisa... menikahi Sasuke-sama?"

Sasori tertawa geli. Ia mengangkat tangannya untuk mengusap puncak kepala adiknya tersebut. "Apa ada yang kau khawatirkan? Atau mungkin kau ragu-ragu akan lamaran Sasuke padamu?"

S C A R L E T   M O O N ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang