22. Senju Sai

7.3K 780 103
                                    

Sakura mengambil satu langkah mundur ke belakang. "Sasuke-sama."

"Ya, ini memang aku." sementara Sakura menjauhinya, Sasuke mendekati Sakura secepat wanita itu melakukannya. "Mengapa? Kau ingin melarikan diri lagi?"

"Aku tidak mengerti apa maksudmu."

"Aku juga tidak mengerti apa yang kau lakukan akhir-akhir ini dengan menghindariku."

"Aku tidak menghindarimu."

"Kalau begitu kau sebut apa usaha untuk selalu tidak terlihat atau berada di tempat yang sama denganku?"

Sakura mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tentu saja pria itu bodoh kalau tidak menyadarinya, tapi Sasuke tidak bodoh. Hal itulah yang sangat menyayangkan. Sekarang ia tidak tahu harus menjelaskan bagaimana, karena sebenarnya ia sama sekali tidak ingin berbicara dengan pria itu.

"Aku benar, kan?"

"Maaf jika aku telah membuatmu tidak nyaman, Sasuke-sama."

"Tidak, bukan begitu," Sasuke mencengkeram satu lengan Sakura dan memaksa wanita itu untuk menatapnya. "Kau hanya sedang lari dari tanggung jawab."

Sakura tidak mengerti apa maksud pria itu. Namun saat ia baru saja membuka mulut, Sasuke tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.

"Seharusnya kau menyelesaikan apa yang kau mulai pada tempo hari di kaki bukit."

Kedua mata Sakura melebar.

Dengan itu, Sasuke memberinya sebuah seringaian kecil.

Ia memajukan wajahnya lalu berbisik di telinga Sakura. "Rasanya akan lebih hebat jika dilakukan secara nyata."

Sakura mendorong tubuh Sasuke menjauh darinya. Ia mengangkat rok kimononya dan berlari tergesa-gesa meninggalkan pria itu seperti sedang di kejar hantu. Wajahnya memucat. Mungkin Sasuke adalah makhluk yang lebih membahayakan dari iblis sekali pun.

Di belakangnya, seringaian pria itu semakin melebar. Sasuke masih memandang kepergian Sakura seraya menyisiri rambut hitamnya dengan jemari. Sepertinya akan ada beberapa penghiburan lagi setelah ini.

∞∞∞

"Kau membiarkan aku menikahi monster, Tsunade-basan."

Tsunade berkacak pinggang dan memelototkan mata pada adik sepupunya. "Jaga ucapanmu, Konohamaru. Hanabi adalah putri pemimpin klan Hyuga."

Senju Konohamaru mengeluh. "Kau tidak mengenalnya, Obasan. Dia bukanlah seorang putri yang di pikirkan banyak orang. Jika di pikir-pikir lagi, dia adalah seorang iblis."

"Dan kau adalah malaikat maut."

"Tidak. Aku adalah malaikat cinta. Kalau tidak kau mungkin sudah mati, Obasan!"

Tsunade membungkuk untuk mengambil sandal miliknya. Tahu ia berada dalam situasi bahaya, Konohamaru buru-buru berlari ke balik sofa dan melindungi dirinya di sana.

"Bisakah kau setidaknya menuruti perkataanku?" ucap Tsunade hampir putus asa.

Mulut Konohamaru cemberut. "Mengapa aku harus menikahi Hanabi? Apakah tidak ada orang lain?"

"Kau ingin menikahi Neji?"

"Maksudku wanita lain!"

"Mengapa kau tidak menurut saja hingga semuanya bisa di selesaikan dengan cepat?" Tsunade menjatuhkan sandalnya dan mengenakannya lagi. "Apa yang membuatmu tidak menyukai Hanabi?"

"Yaah," Konohamaru mengangkat bahunya acuh. "Hanabi memang cantik, tapi sikapnya tidak mencerminkan seorang wanita. Dia mungkin lebih cocok di sebut sebagai prajurit dari pada seorang putri. Cara bicaranya pun tidak semanis Hinata-neesan."

S C A R L E T   M O O N ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang