Sudah lama sekali rasanya tidak pulang ke rumah. Shisui menarik napas pelan sewaktu turun dari kereta kuda sewaan. Ia telah pergi dari rumah selama beberapa hari, mabuk-mabukkan untuk menghilangkan sesuatu di dalam pikirannya. Tapi sekarang ia sudah merasa lebih baik. Setidaknya ia harus tetap melanjutkan hidup.
Matanya menyipit ketika melihat sosok yang tidak mungkin ada di rumahnya. Seorang pria berambut biru terlihat sedang berjalan di koridor dengan raut wajah kesal. Shisui memasuki beranda paviliun utama. Toneri langsung tersenyum sinis setelah berhadapan dengannya.
"Akhirnya seseorang yang tidak tahu diri sudah kembali ke rumah."
"Apa kau yang kau lakukan di sini, Otsutsuki?"
Toneri berpura-pura sedih. "Mengapa semua putra Tenno Heika seperti tidak menginginkan kehadiranku di sini?"
"Karena itu memang kenyataannya."
Toneri mendesis pelan.
"Kehadiranmu di sini sangat tidak di butuhkan. Lebih baik pergi saja."
"Kehadiranku di sini tidak ada hubungannya denganmu maupun kalian."
Shisui menyipitkan matanya. Masa bodoh dengan pria itu. Saat ini ia lebih ingin melakukan hal yang lain-ia sangat merindukan Sakura karena sudah lama tidak melihatnya, dan ingin segera menemui wanita itu.
"Setelah Sakura menjadi milikku, aku tidak akan pernah membiarkannya datang ke sini sekali pun."
Perkataan Toneri sukses membuat Shisui menghentikan langkahnya ketika ia baru saja berjalan melewati pria berambut terang tersebut. Shisui berbalik dan menarik Toneri ke arahnya.
"Katakan lagi maka kau akan mati."
"Tapi aku mendengar kabar yang lebih bagus untukmu." Toneri menjauhkan tangan Shisui dari bajunya dengan cara menyentaknya. "Tempo hari adik bungsumu itu mengajukan lamaran pada Sakura-ku."
Kedua mata Shisui melebar sempurna. "Sasuke?"
"Sakura tidak pernah bahagia tinggal di sini." Toneri memberi Shisui tatapan tajam. "Aku tidak akan membiarkan dia tinggal di sini selamanya melalui ikatan pernikahannya dengan Sasuke."
∞∞∞
"Mama!" Sarada berlari menghampiri Sakura yang sedang memetik beberapa tangkai bunga berwarna cerah.
Sakura menangkap Sarada yang menghambur kepadanya. "Jangan lari, Sarada. Nanti kakimu tersandung dan kau akan terjatuh ke atas tanah."
"Bagaimana, mama?"
"Bagaimana apa?"
"Apakah mama akan menikah dengan papa?" tanya Sarada penuh harap.
Sakura tersedak ludahnya sendiri. "S-Sarada... bukankah mama pernah bilang kepadamu...." ia tidak tahu harus bagaimana mengatakannya.
Mulut Sarada cemberut. Ia mengambil satu langkah ke belakang dan menundukkan kepalanya. "Aku tidak mau memiliki papa selain papa. Aku ingin papa Sasuke menjadi papaku karena dia adalah papa kandungku. Mama, tolong menikahlah dengan papa agar kita bertiga bisa hidup bersama."
"Sarada sayang," Sakura berjongkok di depan Sarada, menarik putrinya ke dalam pelukannya.
Sakura mencoba untuk memantapkan hatinya. Apakah ia siap untuk menikah dengan Sasuke? Ia hanya tidak ingin mengambil keputusan yang salah. Semua ini demi kebaikan dan masa depan Sarada. Sakura tidak ingin merasa menyesal di kemudian hari.
Sarada mengeratkan pelukannya. "Aku sayang mama dan papa."
Tapi kalau sudah seperti itu, apakah ia memiliki pilihan lain? Sakura memejamkan matanya dan berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya. Ikatan antara Sarada dan Sasuke sudah tumbuh menjadi lebih kuat. Ia akan menjadi seseorang yang buruk jika sampai memisahkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
S C A R L E T M O O N ✔
Historical FictionSaat sedang menghadiri malam pesta pernikahan teman dekatnya, Haruno Sakura mendapat pelecehan seksual dari salah satu anggota klan bangsawan di kerajaan Konoha, Uchiha Sasuke. Hal itu membuatnya melahirkan seorang putri di luar nikah. Dan karena pe...