Bintang dan kawan-kawanya.
*****
Libra, itu namaku, Nama bintang di sebelah selatan khatulistiwa yang berada di ketinggian sekian derajat di atas sana lengkap dengan berbagai keindahanya.
Aku, hanya tinggal berdua dengan ibu, Ayah? Dia sudah lama pergi entah kemana. Pada waktu itu keluargaku mengalami suatu masalah yang besar, harta dan rumah satu satunya habis tak terelakkan. Mungkin karna alasan itu Ayahku kabur ke pelanet venus.
Sudahlah, yang sudah biarlah berlalu lagian kini Ibu dan aku sudah bisa mandiri tanpa bantuan Dia.
Sosok, itu sudah hilang Jauh-jauh tempo hari yang lalu, Ibuku juga tak pernah repot repot untuk mencarinya karna katanya "Dia sudah seperti Bulan yang kehilangan Bintangnya."
Kehidupanku, mulai berubah pada waktu itu dan semenjak tak ada Dia, Ibu tak pernah lagi kenal yang namanya kata lelah, siang dan malam ia habiskan di pasar untuk berjualan. Pernah satu ketika Aku berbicara berdua denganya.
"Bu, Aku berhenti sekolah saja." Kataku, yang kini duduk di sampingnya. Lalu dengan terkejut ia menoleh.
"Nak, kamu tahu. Kenapa Ibu sampe bekerja keras seperti ini?"
"Tidak, bu"
"Ibu, ingin memperlihatkan padamu bagaimana kejamnya Dunia ini. Dunia itu bukan teman tapi musuh kamu, Jadi jika kamu ingin sukses lawan Dunia. Bukan kamu yang di perbudak olehnya."
"Tapi, Bu..."
"Ibu, sekolahkan kamu. Bukan supaya kamu menjadi pintar dan tau membaca."
"Terus, apa?"
"Sekolah, adalah waktu untuk beristirahat, nikmati masa mudamu. Sebelum kau berperan dengan Dunia ini."Selepas, waktu itu. Aku mulai sadar jika Dunia bukan teman melainkan Musuh dalam selimut.
Bersekolah dari pagi dan belajar tiap malam bukanlah hobi buatku, dan Ibu juga tak pernah memaksaku belajar hingga pintar ataupun mengerjakan tugas sekolah.
Kata Ibu."Hidup, itu milikmu. Kamu bebas menjalaninya, walau kelak nanti kamu salah mengambil langkah.Tak apa, karna penyesalan memang tak pernah berada di depan." Ibu, Bagai Pelangi. Ia indah dengan berbagai warnanya.
Perempuan, pertama yang ingin kubahagiakan adalah Ibu. Cita-cita seorang anak memang tak jauh dari kata itu, dan terdapat satu perempuan lagi ingin kubahagiakan sama seperti Ibu.
Dia, Adalah Aries. Nama yang terbuat dari rasi bintang sama halnya denganku. Banyak, yang bilang nama "Aries" itu tidak cocok buatnya, itu semua bukan tanpa alasan. karna Kebanyakan memang nama panggilan Aries itu identik dengan pria bukan pada wanita.
Namun, Aries tak pernah mempermasalahkan itu semua. Menurutnya "Nama, adalah amanah dari orang tua? Mereka memberikan sebuah Nama bukan tanpa alasan. Jadi kenapa harus di gantikan kalau Aku menyukai nama itu."
Aries, gadis yang tak jauh dari kata Cantik, ciptaan Tuhan yang hampir sempurna. Namun, Dia itu rada rada galak jika berhadapan denganku ibaratkan hari harinya hanya ada Meteor jahat yang menimpa. dan ia tetap setia mencari Mataharinya yang katanya hilang di tenggelamkan oleh langit biru
Selama, Aku mengenalnya selama itu pula aku jatuh cinta denganya. Dimana sebuah rasa yang terdapat kata Rindu dan ingin di akui olehnya. Namun, rasa itu belum terbalas hingga saat ini.
"Cinta yang tak terbalaskan" Mungkin kata yang cocok untuk-ku karna aku yang terus berada di dekatnya. Namun, Aries lebih peduli mencari Mataharinya.
Kadang Aku iri, dengan Matahari yang dia maksud, jika bisa berandai maka Matahari itu biarlah menjadi aku agar wajah itu bisa kupandang setiap hari, bahkan detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Libra dan Aries
Novela JuvenilCatatan, Libra "Awal dan akhir nggak ada bedanya kok dimana artinya selalu sama, saling tak kenal. Hanya beda rasa pahit atau manis? Tapi, Aku ingin awal yang pahit dan akhir yang manis. Bukan sebaliknya." "Aku nggak pernah ngerti, kenapa langit bir...