"Bulan di angkasa"
****
"Kamu, tau tidak apa bedanya Senja dan kamu?" Kataku sambil menatapnya dari samping."Tau.."
"Bilang, tidak tau!"
"Nggak! Ngapain aku bohong kalau aku tahu jawabanya."
"Kan, aku mau ngerayu."
"Ngerayu, itu yang kreatif dong"
"Yaudah, biar kucoba lagi."
"Hayu, coba."
Dengan sigap aku berfikir dan beberapa detik kemudian aku menunjuk sebuah lampu jalan. "Kamu, lihat yang disana!"
"Lampu jalan?"
"Iyah, lampu jalan."
"Ada, apa dengan lampu jalan?"
"Lampu, jalan itu persis denganmu yang selalu bercahaya jika malam tiba."
"Ahh, kurang romantis Libra." Katanya.
"Kamu, liat yang di atas sana" cobaku lagi.
"Bintang?"
"Iyah, bintang."
"Ada, apa dengan Bintang?"
"Bintang, walau jauh di atas sana dan sangat kecil jika dilihat dari sini. Namun, mereka itu tetap indah jika di pandang, dan mereka itu selalu berkelip kelip seperti sebuah senyuman yang di tunjukan pada manusia."
"Bintang, memang yang terindah."
"Kamu, salah kalau bilang gitu."
"Memang, ada yang lebih indah di bandingkan dengan sebuah Bintang kecil?"
"Kini, bintang sudah kalah dengan yang lain"
"Siapa?"
"Coba, tebak."
"Bulan?""Bukan."
"Terus, siapa?"
"Kamu." Kataku sambil tersenyum, dan Aries balik tersenyum lebar.
Sedari tadi aku terus merayunya tanpa henti walau ia juga kesal jika di rayu terus. Katanya sih.
"perempuan itu, lebih senang diberi tindakan di bandingkan sebuah rayuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Libra dan Aries
Roman pour AdolescentsCatatan, Libra "Awal dan akhir nggak ada bedanya kok dimana artinya selalu sama, saling tak kenal. Hanya beda rasa pahit atau manis? Tapi, Aku ingin awal yang pahit dan akhir yang manis. Bukan sebaliknya." "Aku nggak pernah ngerti, kenapa langit bir...