"Suatu tempat"
****
Satu bulan kemudian...
Kini aku sedang berada di depan rumah yang mempunyai pagar cat putih, berbagai tanaman subur dan bunga bunga tertanam rapi dihalaman rumah ini. Tampak sangat asri dimata melihat tanaman hijau tumbuh subur, sudah hampir 10 menit kududuk di job motor menunggu orang didalam rumah itu keluar.
Menjadi tukan ojek dadakan selama satu bulan full antar pulang jemput dari sekolah kerumah tanpa ongkos pekerjaan paruh waktu yang sangat konyol. Hanya gara-gara sebuah smartphone canggih dengan harga kisaran 4 juta dengan terpaksa mengubah profesiku menjadi tukan ojeknya selama satu bulan.
Flasback on.
"Nangisnya, udahan dong" kataku tidak tega.
"Hhhhpp.. Kk..uu mnanaaaaaaaa" kata Aries dengan air mata yang belum redah sedari tadi.
"Maaf, gua nggak bisa tankap pencurinya."
"Aaaaaaaaaaaa..... Aaaaa...aaaa." rengeknya.
"Ya, mau gimana lagi."
"Tannbggggung.. Ja... Jawab."
"Maksudnya? Gua harus ganti hp lo gitu, gua aja nggak pernah pegang hp secanggih dan semahal itu." Kataku, Aries masih menunduk dengan jeritan tangisannya.
"Kmmuu... Harrrussss ganntunb jawab."
"Yaudah, nanti gua tanggung jawab, tapi sory gua nggak bisa ganti hp lo."
"Teruuss.. Bissnya apa?"
"Gimana, kalo gua jadi tukan ojek lo selama satu minggu."
"......"
"Dua minggu?" Kataku menawarkan lagi.
"....." Aries masi diam menunduk dengan jeritan tangisan yang belum redah-redah.
"Kalo satu bulan gimana? Selama satu bulan itu lo bisa nabung untuk beli HP baru lagi." Tawarku lagi.
"........"
" Tiga minggu, lebih satu hari gimana?" Tawarku yang kesekian kali.
"SATU BULAN FULL!!"
"WHAT?" Mulutku refleks menganga karna kaget dengan permintaan Aries yang kelewat batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Libra dan Aries
Teen FictionCatatan, Libra "Awal dan akhir nggak ada bedanya kok dimana artinya selalu sama, saling tak kenal. Hanya beda rasa pahit atau manis? Tapi, Aku ingin awal yang pahit dan akhir yang manis. Bukan sebaliknya." "Aku nggak pernah ngerti, kenapa langit bir...