"Gue mau es krim lagi ya." Pinta Dania. Padahal, saat ini dia sudah memegang dua buah es krim sekaligus. Mulutnya juga sudah belepotan dengan es krim vanila.
Aurora yang melihat itu hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu memberikan tisu padanya.
"Makan kok kemana-mana." Cibirnya.
Dania hanya tersenyum geli. Lalu merapikan mulutnya dengan tisu.
Aurora menganggap Dania sebagai adiknya sendiri. Karena dia tidak punya adik. Apalagi sifat cewek itu yang manja dan cengeng. Jadi mau tidak mau dia harus menjaganya.
"Abis ini, balik ya. Gue banyak urusan." Kata Aurora.
"Ya udah. Gue juga mau tidur di rumah." Balas Dania masih makan.
"Eh, Ra. Gue heran deh sama lo. Lo kok dingin banget sih kalo di sekolah? Padahal kan banyak yang mau temenan sama lo." Tanya Dania heran.
Pasalnya, banyak orang yang mendekati cewek itu. Tapi Aurora malah berkata kasar pada mereka. Banyak juga cowok yang suka padanya. Tapi dengan sadis Aurora menolak mereka. Sejauh ini hanya Dylan lah cowok yang bisa dekat dengannya.
"Mereka fake. Mereka temenan sama gue karena ada maunya aja. Jadi buat apa temenan sama mereka." Sahut Aurora santai.
"Kalo Dylan?" Tanya Dania menggoda.
Aurora jadi bingung harus menjawab apa. "Dia, b aja. Gak ada maksud tertentu yang tersirat di matanya. Sama kayak lo." Ujarnya.
"Jangan bilang lo mulai suka sama dia. Cie cie." Goda Dania.
Aurora hanya menatapnya kesal. Bisa-bisanya cewek itu mengatakan itu. "Enggak. B aja." Ujarnya.
Diam-diam Aurora memikirkan Dylan. Ya. Cowok itu beda dari yang lain. Dia tidak menggoda Aurora seperti kebanyakan cowok lainnya. Bahkan Dylan terkesan cuek.
Lama-lama dia tersenyum sendiri mengingat cowok itu.
☆★☆
Setelah mengantar Dania, dia pulang. Rumahnya tampak sepi, karena Ayahnya belum pulang. Pembantu juga hanya datang untuk sekedar membersihkan rumah. Setelah itu pulang.
Dia melemparkan tasnya asal. Lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi dia turun ke dapur untuk masak.
Ayahnya mengajarinya memasak juga. Bukan hanya cara bertarung. Tapi juga memasak.
Katanya, agar dia bisa menjadi Ibu rumah tangga yang baik.
Setelah beberapa menit berkutat dengan panci dan kompor, sepiring pasta pedas ada di depannya.
Dia membawa makanan itu ke kamar. Lalu memakannya sambil nonton film di laptopnya.
Bukan film drakor. Tapi film action yang di bintangi oleh Tom Cruise. Aktor favoritnya.
Setelah selesai makan, dia kembali ke dapur untuk mengambil cemilan. Cemilan yang dia beli semalam masih ada. Karena memang dia membeli banyak.
"Gue makan banyak, tapi kok gak gendut ya. Heran. Jangan-jangan ada anak di dalam perut gue. Alias anak cacing." Kata dia sambil terkekeh geli.
Lalu dia ingat sesuatu. "Kucing gue mana ya? Kok gak keliatan?" Tanya dia gelisah.
Karena cemas dia mencari keliling rumah. Betapa terkejutnya dia saat melihat kucingnya ada di atas AC.
"Mpus, kok bisa nyangkut di situ? Gimana cara turunnya?" Tanya dia panik. "Sabar ya mpus, Kakak mu akan datang." Katanya sambil melambaikan tangan.
Dia mencari tangga, lalu membawanya ke tempat kucing tadi. Perlahan kakinya menaiki tangga. Setelah berhasil meraih kucing tadi dia turun.
Tapi langkahnya tak berjalan mulus. Saat dia sudah separuh jalan, kakinya tergelincir dan jatuh.
"Hadoooh!!! Pantat gue mendarat dengan sadis. Untung mpus gak papa. Iya kan mpus." Katanya sambil mengelus kepala kucing itu.
Dia berdiri sambil mengelus pantatnya yang sakit. "Bisa hilang pantat gue ni. Lagian kamu ngapain sih nyangkut disitu? Kurang kerjaan banget mpus. Kalo kamu jatoh tadi. Trus mati, kan aku sedih." Kata dia dramatis.
Kucingnya hanya mengeong mendengar ocehannya.
"Kucingnya gak mungkin nyangkut sendiri. Pasti ada yang sengaja menaruh kucing itu. Agar Aurora celaka. Aku tidak akan mengampuninya." Kecam seseorang.
Lalu dia pergi untuk menemukan pelakunya.
"Masuk yuk mpus. Emang kamu gak laper."
Siapa sangka Aurora yang dingin itu menyayangi kucing. Bahkan rela manjat tangga dan jatuh.
"Aurora lucu ya. Kucing kan kalo jatoh gak papa. Sampek dia harus manjat tangga segala." Ledek Dylan yang sedang lewat.
☆★☆
Debugh!!!
"Maaf kan aku. Aku hanya di suruh." Kata orang itu takut.
Dia mundur saat wanita itu mendekatinya. Terlihat senyum di wajah cantik wanita itu.
"Kau, sudah berani mengganggu putri ku. Kau mengganggu kenyamanannya. Aku tidak bisa membiarkanmu." Ucap wanita itu dengan tersenyum.
Pria itu menelan ludah dengan susah payah. Jika wanita di depannya ini sudah tersenyum, maka tamatlah riwayatnya.
"Aku tidak menyentuhnya. Aku hanya mengganggu kucingnya." Katanya.
"Karena kau tau kalau dia pasti akan menolong kucing itu. Putriku terjatuh dari tangga. Itu pasti sakit. Kau harus merasakan nya."
Tanpa ba-bi-bu lagi wanita itu langsung meraih tangan pria tadi. Dia memutarnya kebelakang.
Krakk!!
"Aaarrrggghhtt!!" Pria itu menjerit karena wanita tersebut mematahkan tangannya.
"Tolong maafkan aku. Aku tidak akan menyentuhnya lagi." Kata dia memohon.
Wanita itu mendorong tubuhnya ke dinding. "Karena dia tidak apa-apa, aku akan memaafkanmu. Tapi jika kau kembali lagi, ramatlah riwayatmu." Ancamnya.
"Dan ya. Apa kau pernah melihatku?" Tanya dia lagi. Pria itu langsung menggeleng. "Tidak. Kita tidak pernah bertemu." Jawabnya cepat.
"Bagus. Aku pergi dulu. Bye." Pamitnya.
Lalu dia pergi tanpa menoleh ke belakang.
☆★☆
#liza
KAMU SEDANG MEMBACA
Lussy Smith [Segera Terbit]
Action[TAMAT] Saat semua orang sedang ketakutan. Seorang wanita berjalan memasuki lapangan. Semua melihat ke arahnya kaget. "Ternyata kau masih hidup sayang? Aku kira kau sudah membusuk di neraka," ujar Brian. Lussy tersenyum sinis. "Tidak semudah itu mel...