LS.24

13.3K 699 84
                                    

Setelah mengantar Aurora pulang, Dylan juga pulang ke rumahnya. Dia mendudukkan diri di sofa sebelah Ibunya, Anna.

"Kamu dari mana sayang? Kok rapi banget?" tanya Anna heran.

"Tadi abis jalan sama Aurora, Ma." Jawabnya malu-malu.

Ethan yang tadinya fokus menonton tv, sekarang jadi ikut penasaran dengan cerita Dylan. "Kemana?" tanya dia.

"Papa kepo ah!" gerutu Dylan. Dia membaringkan kepalanya di paha Anna.

"Bukan kepo! Pengen tau aja! Kok mau gitu, Aurora jalan sama kamu!?" kata Ethan meledek.

"Papa jahat, ih!"

Ethan tertawa karena berhasil mengerjai putranya itu.

"Tadi, ada yang nyerang kita di restoran, Pa." Ethan langsung berhenti tertawa saat mendengar itu.

"Siapa yang nyerang kalian? Berapa orang? Gimana keadaan kalian? Kalian gak luka, kan? C'mon! Tell me!" Tuntut Ethan.

"Banyak banget, Mas, pertanyaan nya. Melebihi wartawan aja." Sindir Anna.

"CK! Mas serius."

Dylan membenarkan posisinya menjadi duduk. "Aku gak tau siapa mereka. Tapi kayaknya, Bos mereka sama kayak yang kemarin. Jumlah mereka juga lebih banyak dari kemarin, Pa. Untungnya aku dan Aurora gak ada luka berarti." Jelasnya.

"Aurora, sih, sempat kena tembak. Cuma, peluru itu gak berhasil nembus jantung dia, karena gaun yang dia pake anti peluru." Lanjutnya.

"Gimana kalian bisa keluar dari situasi itu?" tanya Ethan lagi.

"Aku gak tau. Mereka tewas dengan kepala tertembus peluru. Dan aku gak habis pikir, Aurora sama sekali gak takut atau trauma setelah kejadian itu. Dia keliatan biasa aja. Bahkan dia sempat senyum pas ada orang yang mau bunuh aku." Ujar Dylan tak mengerti.

Dia menatap Ethan dengan berbagai pertanyaan di matanya. "Dan yang bikin heran. Orang-orang itu malah gemetar pas dia senyum."

Ethan menelan salivanya. Dia jadi teringat dengan Lussy. Saat wanita itu tersenyum, seluruh musuhnya akan langsung tunduk.

Dulu dia juga pernah melihat Lussy tersenyum pada musuhnya. Apa yang terjadi? Musuhnya tersebut tewas bersama dengan gedung yang baru di bangun!

"Sama seperti Ibunya." Gumamnya.

"Papa tau, gak? Aurora, dia bisa gunain senjata! Masa aku kalah sih sama dia, Pa! Papa gak pernah ngajarin aku ih!" kesal Dylan.

"Emang buat apa, belajar gituan?" tanya Ethan.

Dylan berdecak. "Masa aku cuma liatin doang kalo ada musuh yang nyerang sih, Pa! Yakali! Aku juga gak mau kalo orang yang aku sayang luka." Ucapnya memelan diakhir kalimat.

"Melindungi itu bagus. Tapi apa kamu siap nanggung resikonya? Kalo kamu belum siap mental, kamu bakal terus mengingat kejadian itu terus. Bisa-bisa kamu trauma karena itu." Ujar Ethan.

Dia tau bagaimana rasanya saat pertama kali melepaskan timah panas itu dari sarangnya. Saat itu, dia berkeringat dingin dan gemetaran. Itu adalah pertama kalinya dia membunuh orang. Walaupun yang ia bunuh adalah orang jahat. Tapi tetap saja dia tidak tega.

"Masa aku kalah sama Aurora yang cewek sih, Pa." Kata Dylan tak mau kalah. Bukan iri. Hanya saja, dia tidak ingin terus dilindungi oleh gadis itu. Dia juga ingin menjadi selayaknya pria yang melindungi gadisnya.

"Dia bukan gadis sembarangan, Dylan. Dalam darahnya sudah ada jiwa pejuang. Dia tidak akan takut melakukan hal itu. Dia persis seperti Ibunya. Lussy. Begitu pula Nathan. Kedua pasangan itu ada didalam jiwa Aurora." Jelas Ethan.

Lussy Smith [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang