LS.12

15.1K 793 52
                                    

"Ra, lo tadi kemana sih? Kok langsung lari gitu aja. Padahal makanan lo aja belum habis." Tanya Dania saat berada di kelas Aurora.

"Trus, muka dia kok luka? Lo tonjok, ya?" tuduhnya.

Aurora memutar bola matanya kesal. "Enak aja lo main nuduh. Justru, gue yang nolongin dia dari Alex dan temannya. Kalo gak ada gue, mungkin ni anak udah gak berbentuk lagi." Katanya kesal.

"Eh. Maaf dong kalo gitu. Gue kan gak mau lo di hukum guru lagi gara-gara mukulin anak orang." Ucap Dania menyesal.

"Iya. Gak papa." Balas Aurora.

"Eh, btw, lo kenapa dikeroyok sama kak Alex?" tanya Dania penasaran.

Dylan yang tadinya diam sekarang memandang Dania dan Aurora bergantian. "Gara-gara temen lo ni." Kata dia menyalahkan.

"Kok gue?" tanya Aurora tak terima.

"Emang iya kan? Kakel tadi kan naksir sama lo. Tapi kayak nya kalah saing sama gue." kata Dylan sombong.

Aurora langsung menoyor kepalanya. "Sok banget lo." Ketusnya.

"Bukan sok. Tapi fakta. Buktinya, cuma gue cowok yang bisa dekat sama lo. Artinya, mereka emang kalah saing sama gue." Jelas Dylan bangga.

Aurora hanya geleng kepala. "Kepedean." Gumamnya. Walau dalam hati membenarkan.

"Biar. Yang penting ganteng." Ujar Dylan dengan senyum andalannya.

Jika gadis lain melihat itu, pasti sudah berteriak histeris. Aurora saja bahkan hampir meleleh. Hampir.

"Geli." Katanya.

Dania dan Dylan tertawa. "Gue emang ganteng kan, Dan?" tanya Dylan.

"Ganteng banget. Cocok sama Aurora." Jawab Dania. Aurora langsung menatapnya tajam.

Kalau bukan Dania, dia pasti sudah mencakarnya. Tapi karena yang mengatakan itu adalah sahabat nya. Dia hanya mengendus kesal.

"Kenapa gak sama lo aja?" goda Dylan pada Dania.

Dania menggeleng. "Gue gak suka sama lo. Lo terlalu cakep. Ntar kalo gue sama lo yang ada fans lo ngamuk, trus ngebully gue. Ogah." Katanya ngeri.

"Kalo lo di bully, tenang aja. Gue hajar ni orang." Kata Aurora sambil menunjuk Dylan. "Soalnya, karena dia lo di bully." Timpalnya.

"Enak aja. Gak mau gue. Gue gak mau nginap di rumah sakit. Ogah." Tolak Dylan.

Aurora meletakkan sikunya di pundak Dylan. "Makanya lo jangan main-main. Apalagi kalo lo sampek nyakitin hati temen gue. Kiri kanan atas bawah lo bakal ngeliat tanah doang. Alias kuburan. Mau gak?" katanya santai.

Tapi efeknya luar biasa bagi yang mendengar. Dylan menelan saliva nya dengan susah payah. Begitupun beberapa orang yang mendengarnya.

"Gak boleh galak-galak dong Ra. Lo bikin satu kelas merinding." Ujar Dania. Karena semua orang melihat kearah mereka dengan tatapan ngeri.

Aurora yang tidak perduli sekitar, hanya mengangkat bahunya acuh. Lalu dia menelungkupkan kepalanya diatas meja.

"Emaknya ngidam apa sih dulu? Sampek anaknya galak kayak gini." Tanya Dylan berbisik. Dania hanya mengangkat bahunya acuh.

Seorang wanita yang mendengar itu pun bingung. "Gue ngidam apa dulu ya? Auah. Terlalu terang." Batinnya.

☆★☆

"Ra, gue duluan ya." Pamit Dania. Aurora mengangguk sekilas. "Lo hati-hati ya. Kalo ada apa-apa hubungi gue." Pesannya sebelum pergi.

Lussy Smith [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang