LS.33

15.5K 821 91
                                    

Zee menghembuskan napas lega. Akhirnya Lussy datang. Tapi, kemana kakeknya pergi? Jangan bilang pria itu ingin muncul di bagian akhir, agar terlihat seperti film Action sungguhan.

Setelah Lussy muncul, John datang. Dia makin tenang. Dua orang itu saja sanggup mengguncangkan satu negara ini.

"Akhirnya, Aunty datang juga. Tapi, Opa mana? Kakek James juga ilang!" gerutunya.

Dylan dan Dania menoleh ke arahnya. "Lo udah tau, kalo Buk Lara itu, Tante Lussy?" tanya Dylan.

"Menurut lo, dari mana gue tau Aurora? Dari dia, lah. Aunty sering cerita tentang Putrinya itu. Gimana galaknya, tapi sebenarnya baik. Cuek, tapi perhatian. Semua tentang Aurora dia cerita," ujarnya.

"Trus, kok lo gak bilang?"

"Aunty gak mau Aurora tau. Belum saatnya,"

Mereka kembali berfokus pada pertarungan di bawah. Semua kagum melihat bagaimana cara Aurora bertarung. Dia hampir menyeimbangi Nathan dalam hal kekuatan dan kelincahan.

"Semoga mereka selamat." Batin ketiganya.

"Awas!" teriak Dania, lalu mendorong seorang siswi yang berada di sebelahnya. Sedetik kemudian sebuah peluru menancap di dinding belakangnya.

Semua menjadi semakin panik. Bisa-bisa kepala mereka yang tertembus peluru itu.

Kemudian orang itu kembali melepaskan tembakan kearah mereka. Dengan cepat Dania menangkisnya menggunakan belati pemberian Lussy. Wanita itu berpesan agar dia selalu membawa belati itu kemanapun dia pergi. Dan ternyata untuk situasi seperti ini.

Siswa-siswi yang melihat itu merinding. Jika Dania kurang cepat, pasti peluru itu menembus tubuh siswa lainnya.

Suara peluru beradu dengan belati rasanya menusuk telinga. Dan itu bukan terjadi sekali. Tapi lebih dari lima kali!

"Semuanya, masuk ke dalam kelas!" perintah Zee. Karena mereka tidak mungkin melindungi satu persatu murid di sekolah ini.

Mereka menurut dan berdesakan untuk masuk ke dalam kelas. Zee tau jika Brian ingin mengganggu konsentrasi Aurora dan Lussy, dengan cara menembaki siswa disini. Dan dia tidak ingin teman dan tantenya terluka, apalagi mati!

Sekitar lima orang naik ke atas. "Gue rasa kita harus ikut ambil bagian," kata Dylan.

"Gue rasa juga gitu," sahut Dania.

"Mulai!" komando Zee.

Dengan belatinya, Dania menggores tubuh lawan. Dan sisanya ia serahkan pada Dylan dan Zee. Dua orang itu ahlinya tarung tangan kosong.

Zee memukul bagian tubuh lawan yang terluka. Begitu pula Dylan. Mereka memanfaatkan itu sebaik-baiknya.

☆★☆

Lima menit yang lalu, pertarungan sudah dimulai oleh Brian. Pria itu secara lantang memerintahkan anak buahnya untuk menyerang.

Lussy hanya tersenyum menanggapi itu. Dia tau bagaimana sifat pria itu. Mudah marah dan licik. Jadi dia harus berhati-hati dalam menghadapinya.

Tadinya mereka bertarung dengan jujur. Tapi kemudian anak buah Brian menembaki para murid yang berada di lantai dua. Untungnya ada Dania yang menahan peluru itu dengan belatinya.

"Dia belajar dengan cepat." Ucapnya dalam hati.

Meski begitu, dia masih takut jika mereka terluka. Zee pasti bisa mengatasi itu. Pikirnya.

Lussy Smith [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang